"Kamu cantik, Sayang," ucap Nio dan keduanya pun berciuman, saling menyalurkan hasrat satu sama lain.
Di tengah berlangsungnya ciuman keduanya, Nio mulai menanggalkan kimono Allena, membuat ciuman keduanya berakhir.
Allena pun menjauhi Nio, keduanya saling tatap, di tengah itupun Nio mulai melepaskan kaos yang dia kenakan tanpa melepaskan pandangannya terhadap Allena. Napas keduanya memburu, dan Allena bergegas mendekati Nio, duduk di pangkuan Nio seraya menerjang bibir Nio kembali.
Ini adalah salah satu yang Nio sukai dari banyak hal dalam diri Allena yang Nio sukai. Allena tak pasif ketika di atas ranjang, dia mampu memenuhi hasrat Nio sebagai pria. Melihat Allena yang agresif seperti itu bahkan membuat kepala Nio terasa berputar. Dia haus akan sentuhan Allena.
Tubuh Allena pun tak hentinya bergerak membuat inti keduanya saling bergesekan meski tak secara langsung. Nio lantas mengakhiri ciuman itu, dan Allena mulai menjauhi Nio kembali, dengan sekali tarikan terhadap kaki Allena membuat Allena langsung telentang di atas tempat tidur. Nio pun bergegas menerjang tubuh Allena. Memberikan sentuhan-sentuhan sesual membuat desahan-desahan indah terasa menerjang sarap-sarap sensitif di tubuh Nio. Tubuh Allena yang menggeliat gelisah merasakan setiap sentuhannya membuat Nio semakin tak ingin berhenti dan terus menyentuh titik-titik sensitif tubuh Allena.
Merasa cukup, Allena lantas mendorong Nio hingga tubuh Nio telentang di tempat tidur. Allena bergegas memposisikan inti keduanya dan keduanya melenguh bersamaan saat inti keduanya menyatu dengan sekali lesakan lembut.
Perlahan tubuh Allena pun mulai bergerak, membuat Nio terus melenguh merasakan kenikmatan yang seketika membuat darahnya terasa mendidih. Dia beralih memimpin jalannya kegiatan panas itu, dan Allena tak hentinya mendesahkan namanya membuat dirinya semakin menjadi-jadi hingga desahan panjang Allena keluarkan dan Nio menghentikan kegiatannya sejenak, membiarkan istrinya itu menikmati sisa-sisa pelepasannya. Setelah itu, kegiatan panas itupun berlanjut hingga Nio mendapatkan pelepasannya.
Nio berbaring lelah, disusul oleh Allena yang berbaring di dekat tubuh Nio. Tubuh keduanya bersimbah peluh meski ruangan itu dingin lantaran pendingin ruangan tetap hidup.
Nio meraih bahu Allena, tangan Allena pun memeluk perut Nio. Kepalanya dia letakan di atas dada Nio. Tangannya mengusap wajah Nio, membuat Nio menoleh dan menatap Allena tepat ketika Allena mengangkat kepalanya membuat pandangannya bertemu dengan Nio.
"Aku mencintaimu," ucap Allena seraya tersenyum.
Nio tersenyum, kemudian mendaratkan ciuman di dahi Allena.
"Me too," ucap Nio. Allena pun kembali menyandarkan kepalanya di dada Nio, tak menunggu lama dia langsung terlelap.
Dia lelah sejak kembali ke kediamannya. Hanya karena memikirkan Nio yang terlihat kecewa atas pembahasan sebelumnya, membuat Allena merayu Allena dengan cara seperti itu. Lagi pula, sebagai istri, merayu suami tak lantas membuat harga dirinya jatuh, justru Allena kerap kali bertindak layaknya wanita binal ketika dalam keadaan seperti belum lama tadi dan dia tak merasa malu sedikit pun.
Ya, dua tahun hidup bersama Nio, membuat rasa malu dalam diri Allena terhadap Nio perlahan memudar, menjadi rasa terbiasa dan dia pun tak sungkan di hadapan Nio. Tentu saja, hanya di depan Nio, itu karena Nio adalah suaminya dan dia hanya akan melakukan hal-hal seperti itu di hadapan Nio saja.
***
Ke esokan paginya.
Allena mengerjapkan matanya saat menghirup aroma parfum yang amat dia tahu bahwa itu adalah parfum favorit Nio. Allena mendudukan tubuhnya dan tak lama Nio keluar dari ruang ganti. Nio sudah rapi dengan pakaian kantornya.
"Kenapa tak membangunkan ku?" tanya Allena dan bergegas turun dari tempat tidur.
"Selamat pagi, Sayang," ucap Nio seraya tersenyum. Wajah Nio tampak berseri, berbeda dengan wajahnya semalam saat membahas masalah anak dengan Allena. Hal itu tentu saja baik bagi Allena, melihat senyuman Nio di pagi hari membuat perasaannya lebih baik.
"Em... Pagi, Sayang," ucap Allena seraya tersenyum.
"Aku pikir, kamu tidur sangat pulas, aku tak mungkin membangunkanmu," ucap Nio seraya tersenyum.
"Hem... Sepertinya, aku kelelahan semalam," ucap Allena dan bergegas menuju ruang ganti. Tak mencuci wajah terlebih dahulu, Allena justru berniat menyiapkan keperluan Nio yang mungkin belum Nio siapkan. Namun, sebuah dompet dan kunci mobil tiba-tiba muncul di hadapannya, membuatnya menoleh dan Nio lah yang menunjukan semua itu.
"Kamu mencari ini? Aku sudah menyiapkannya sendiri. Kamu mandilah, kamu akan ke kantor, bukan?" ucap Nio.
"Uh... Aku tak menyiapkan apapun untukmu pagi ini, aku yakin sarapan pun sudah dibuat oleh para chefmu," ucap Allena.
"Chefmu?" tanya Nio seraya mengerutkan dahinya.
"Ya, mereka hanya mendengarkanmu, setiap hari selalu menggangguku," ucap Allena seraya tersenyum kecil.
Nio lantas tersenyum.
"Aku akan menunggumu di bawah, kamu bisa mandi, segarkan tubuhmu," ucap Nio dan diangguki Allena.
Nio pun pergi menuju ruang makan. Di sana, tepatnya di meja makan memang sudah tersedia sarapan, dan Nio pun duduk di sana, kemudian mulai menyesap kopi hangatnya.
Tak lama sebuah panggilan masuk dari nomor asing, Nio lantas menjawab panggilan itu.
'Halo, Tuan Nio. Selamat pagi, kami dari pihak kepolisian, kami ingin Anda datang ke kantor Polisi, dan bersamaan dengan itu, kami juga mendatangkan saksi-saksi untuk datang ke kantor Polisi,' ucap seorang Polisi yang tak lain adalah kapten yang kemarin menangani para pengkhianat di perusahaan yang Nio kendalikan.
'Ya, tentu. Saya akan ke Kantor Polisi,' ucap Nio.
'Kalau begitu, terima kasih untuk waktu Anda,' ucap Polisi dan telepon itupun berakhir.
Nio menekan panggilan menuju kontak pengacaranya, dia meminta pengacaranya datang menyusulnya ke Kantor Polisi. Setelah itu, dia kembali menyesap kopi hangatnya, dia akan menunggu Allena sampai di meja makan dan akan sarapan bersama Allena. Nio memang tak pernah sarapan lebih dulu, dia akan selalu menunggu kehadiran Allena di meja makan meski dia datang lebih awal ke meja makan. Baginya, menunggu Allena yang berdandan cukup lama, amatlah tak masalah. Urusan perutnya akan terpuaskan ketika dirinya bisa menikmati makanan itu bersama istrinya.
***
Waktu berlalu, Allena dan Nio sudah selesai sarapan. Keduanya lantas memasuki mobil masing-masing setelah sebuah kecupan Nio daratkan di pipi Allena.
Seperti biasa, keduanya akan pergi ke kantor masing-masing untuk memulai hari yang disibukan dengan pekerjaan. Namun, sebelum ke kantor, Nio akan mendatangi kantor Polisi terlebih dahulu.
***
Sesampainya di Kantor Polisi, Nio menoleh dan berniat untuk membuka pintu mobilnya. Namun, kegiatannya terhenti saat melihat seseorang yang baru saja keluar dari salah satu mobil dengan label 'M' yang terparkir di tempat yang mungkin hanya berjarak sekitar 5 meter saja dari mobil Nio.
Nio terus memperhatikan langkah orang itu yang mulai memasuki Kantor Polisi.
'Apa yang dia lakukan di sini?' batin Nio bingung sekaligus penasaran.
Tak di sangka, setelah hampir tiga tahun tak bertemu dengan orang itu, Nio dan orang itu justru dipertemukan di Kantor Polisi.