Nio memasuki ruang kerja Allena, dia melihat sekeliling ruangan itu yang amat jarang dia masuki.
Dapat dikatakan, selama ini Nio jarang sekali bahkan hampir tidak pernah ikut campur ke dalam pekerjaan Allena. Dia masih memiliki batasan, jika itu tak ada sangkut pautnya dengannya, maka dia takan pernah ikut campur ke dalamnya.
Nio mencari laptop Allena, dia teringat tadi siang Allena mengambil flashdisk-nya dan memasangnya di laptop Allena. Entah apa maksud Allena melakukan semua itu, tetapi itu sangat membuat Nio penasaran. Jika saja itu bukan flashdisk miliknya, dia takan memikirkan masalah tersebut.
Nio melihat laptop Allena ada di atas meja kerja, dia lantas mendekati meja kerja Allena dan mengambil laptop Allena. Dia membuka laptop Allena dan tanpa diduga, laptop Allena tak terkunci.
'Dia sangat ceroboh,' batin Nio tak habis pikir.
Mungkin karena Allena merasa laptopnya tersimpan di kediamannya sendiri jadi tak masalah tak menguncinya, tetapi berbeda dengan pemikiran Nio. Bagaimana jika yang membuka laptopnya adalah orang jahat? Jelas orang itu akan memanfaatkan apa yang ada di dalam laptop Allena.
Nio mencari tempat tersimpannya file-file document. Dia terdiam setelah menemukannya dan melihat sebuah document yang amat dia kenali.
Bagaimana tidak? Document itu dialah sendiri yang membuatnya.
Nio membuka document itu dan terkejut melihat isi document itu. Itu adalah design proyek terbaru perusahaan Sasongko.
'Kenapa dia menyalin document ini di laptopnya?' batin Nio shock.
Rasanya, amat mustahil Allena akan mencuranginya. Nio juga enggan memikirkan tentang itu meski dia melihat document itu ada di dalam laptop Allena. Tapi, apa sebenarnya tujuan Allena menyalin design itu ke dalam laptopnya?
Nio mengusap wajahnya, dia mengambil ponselnya dan merekam document itu di dalam ponselnya. Entah mengapa dia ingin melakukan semua itu, tetapi dia berpikir mungkin suatu saat nanti semua itu akan berguna baginya. Setelah itu Nio mematikan ponselnya.
Dia kembali melihat document itu sebentar, setelah itu dia menutup laptop Allena. Dia membiarkan salinan document itu ada pada laptop Allena. Setelah itu dia keluar dari ruang kerja Allena dan kembali ke kamarnya. Dia melihat Allena yang masih terlelap.
'Apa sebenarnya yang akan kamu lakukan pada document itu? Apa yang kamu rencanakan?' batin Nio bertanya-tanya.
Nio mematikan ponselnya dan naik ke tempat tidur dan membuang napas kasar. Dia lantas berbaring dan mencoba memejamkan matanya.
***
Ke esokan paginya.
Allena dan Nio duduk bersama di meja makan. Keduanya sedang menikmati sarapan bersama.
"Apa hari ini kamu akan ke kantor?" tanya Nio seraya menatap Allena yang duduk di hadapannya.
"Ya, aku akan mulai bekerja seperti biasanya," ucap Allena.
Nio mengangguk.
"Kenapa?" tanya Allena membuat Nio menatap Allena.
"Tak apa, aku mungkin akan pulang terlambat seperti tadi malam," ucap Nio.
"Apa di kantor sedang banyak pekerjaan?" tanya Allena.
"Ya, kamu sendiri tahu 'kan? Proyek itu baru saja berjalan, jadi aku harus sering-sering memantaunya," ucap Nio.
"Baiklah, asalkan kamu tak melupakan dirimu sendiri. Jangan terlalu lelah," ucap Allena kemudian tersenyum.
"Apa kamu tak ingin melihat proyek itu?" tanya Nio.
Allena terdiam.
"Maksudku, bukankah kamu ingin melihat design-nya? Aku akan menunjukannya padamu," ucap Nio.
"Em... Aku pikir sekarang aku tak ingin melihatnya," ucap Allena dan lagi-lagi tersenyum.
"Kenapa?" tanya Nio seraya mengerutkan dahinya.
"Itu rahasia perusahaan, meski aku istrimu, seharusnya aku tak berhak melihatnya 'kan?" ucap Allena.
Nio terdiam beberapa detik, tetapi kemudian dia tersenyum.
"Baiklah, padahal aku tak merasa keberatan menunjukan design itu padamu, kebetulan kemarin aku membawanya dari kantor," ucap Nio kemudian tersenyum.
Allena terdiam shock.
'Apa maksudnya? Apakah design kemarin bukan design perusahaan Sasongko?' batin Allena.
Allena teringat design yang kemarin dia salin dari flashdisk Nio sudah dia berikan pada Albert, apakah design itu bukan design proyek terbaru Sasongko yang dibuat oleh tangan Nio sendiri?
Tapi, jelas-jelas di design itu terlihat bahwa itu design terbaru perusahaan Sasongko. Munginkah Nio sengaja memanipulasi design itu agar orang yang mungkin ingin mencuranginya dapat terkecoh? Jika begitu, bukankah rencana Allena untuk Albert terancam gagal? Pikir Allena.
Allena menenggak air minumnya, dia hanya tersenyum dan tak mengatakan apapun pada Nio.
Selesai sarapan, Nio dan Allena memasuki mobil masing-masing. Keduanya lantas melajukan mobil menuju kantor masing-masing.
***
Sesampainya di perusahaan Sasongko, Nio mengerutkan dahinya ketika melihat Wilona berlari menghampirinya.
"Ada apa Wilona? Kenapa buru-buru seperti itu?" tanya Nio bingung.
"Tuan, kenapa Anda sangat sulit dihubungi?" tanya Wilona.
"Memangnya ada apa?" tanya Nio semakin dibuat bingung. Pagi ini, Nio memang belum mengaktifkan ponselnya jadi dia tak tahu bahwa Wilona menghubunginya.
Lihat saja, sekretarisnya itu seperti habis dikejar-kejar sesuatu yang menyeramkan. Dadanya kembang kempis, napasnya tak beraturan. Entah apa yang sebenarnya terjadi. Nio bahkan belum memasuki ruangannya tetapi Wilona sudah menyambutnya dengan kepanikan.
"Tuan, kita mendapatkan informasi bahwa ada salah satu perusahaan yang akan menuntut perusahaan kita," ucap Wilona.
"Katakan dengan jelas di ruangan Saya," ucap Nio dan bergegas menuju ruangannya.
Wilona pun mengikuti Nio menuju ruangan Nio. Nio berbalik dan melihat Wilona.
"Katakan, ada apa sebenarnya? Apa maksudmu ada salah satu perusahaan yang akan menuntut perusahaan ini? Apa masalahnya?" tanya Nio penasaran.
"Tuan, design perusahaan Sasongko diklaim oleh perusahaan lain, perusahaan itu mengakui design itu adalah milik perusahaan mereka. Jadi, mereka meminta perusahaan Sasongko untuk segera meminta maaf. Jika tidak..."
"Jika tidak apa?" tanya Nio yang bahkan tak mendengarkan Wilona untuk menyelesaikan ucapannya.
"Perusahaan itu akan menuntut perusahaan Sasongko," ucap Wilona dan memberikan sebuah berkas pada Nio.
Nio mengambil berkas itu dan membukanya. Dia melihat isi berkas itu adalah peringatan untuk perusahaannya karena telah mencuri design perusahaan lain. Nio pun merasa bingung, dia tak mengerti, design mana yang perusahaan itu maksud?
Nio melihat nama perusahaan itu, sepertinya dia pernah membaca nama perusahaan itu. Tapi, dimana? Pikirnya.
"Apa mereka menunjukan design yang mereka maksud?" tanya Nio.
"Tidak, tapi mereka meminta perusahaan Sasongko untuk segera menemui pihak mereka dan meminta maaf dalam waktu 2 kali 24 jam. Saya rasa, ketika Anda menemui pihak mereka, mereka akan menunjukan design yang mereka maksud. Tapi, Saya khawatir design proyek terbaru lah yang mereka maksud," ucap Wilona.
Nio terdiam sejenak. Bagaimana mungkin design proyek terbaru perusahaan Sasongko adalah milik perusahaan lain? Jelas-jelas dia membuat design itu dengan tangannya sendiri.
"Dan Tuan, para inverstor sudah tahu tentang masalah ini," ucap Wilona.
Nio mengerutkan dahinya.
"Secepat itu?" tanya Nio.
"Ya, mereka ingin Anda mengadakan pertemuan untuk membahas masalah ini. Anda harus menjelaskan masalah ini," ucap Wilona.
Plak!
Nio melempar berkas itu ke atas meja.
Wilona pun terdiam. Dia melihat kemarahan di mata Nio. Itu membuatnya khawatir Nio takan bisa mengendalikan dirinya di hadapan para investor nanti.
"Atur pertemuan hari ini, dan panggil para investor untuk datang ke perusahaan Sasongko. Kita akan mengadakan meeting dengan mereka," ucap Nio.
"Baik, kalau begitu Saya permisi," ucap Wilona dan bergegas keluar dari ruangan Nio.
Nio mendudukan tubuhnya di kursi kerjanya. Mendapatkan kabar mengejutkan ini, tiba-tiba membuatnya teringat kembali pada apa yang Allena lakukan.
Jika kecurigaan Wilona benar, bahwa design proyek terbarulah yang perusahaan itu maksud, apakah itu ada hubungannya dengan Allena.
Nio mengusap wajahnya dan membuang napas kasar.
'Tidak, sepertinya aku sudah gila. Bisa-bisanya aku mencurigai istriku hingga sejauh itu,' batin Nio segera menepis prasangkanya tentang Allena.