Chereads / Sexy Queen (She's Mine) / Chapter 34 - PART 34 - SIAPA PENGKHIANAT ITU?

Chapter 34 - PART 34 - SIAPA PENGKHIANAT ITU?

Pukul 10 pagi, Nio memasuki ruang pertemuan. Karena kabar buruk itu dia pun harus melakukan pertemuan darurat dengan para investornya. Bagaimanapun, kabar itu adalah kebohongan dan dia tak ingin para investor berpikir dirinya tak profesional dalam bekerja. Nio juga merasa tak terima karena design yang dia buat dengan tangannya sendiri diakui oleh perusahaan lain.

"Selamat pagi semuanya. Terima kasih kalian semua sudah menyempatkan waktu untuk pertemuan darurat ini. Kalian pasti sudah tahu mengapa pertemuan ini diadakan, Saya akan meluruskan kesalahpahaman yang muncul karena kabar tak mengenakan yang kita semua terima pagi ini," ucap Nio.

Para investor pun menanyakan tentang kebenaran kabar itu.

Nio pun mau tak mau menjelaskan segalanya secara rinci. Dia bahkan menunjukan segala sesuatu yang bisa membuktikan bahwa design itu benar-benar dibuat oleh tangannya sendiri.

Nio telah menyadari sesuatu. Nama perusahaan yang mengklaim design perusahaan Sasongko memang pernah dia baca sebelumnya. Meski dia tak memiliki kerjasama dengan perusahaan itu, tetapi dia sempat membaca nama perusahaan itu kemarin. Tepatnya di berkas yang Wilona berikan kemarin.

Nio jadi menduga bahwa apa yang Wilona katakan adalah benar. Design proyek terbarulah yang diklaim perusahaan itu. Nio memahami, banyak pesaing perusahaan Sasongko, Nio berpikir perusahaan itu ingin menghancurkan reputasi perusahaan Sasongko.

"Lalu, bagaimana bisa design itu bocor ke perusahaan lain? Mengapa Anda sangat ceroboh? Kejadian seperti ini tak pernah terjadi selama kami bekerja sama dengan perusahaan ini," ucap salah satu investor.

"Benar, masalah ini bisa menghambat berjalannya proyek itu. Hal ini juga tak pernah terjadi selama perusahaan ini dipegang oleh pimpinan perusahaan Sasongko. Tuan Bram tak pernah ceroboh seperti ini. Masalah ini benar-benar sangat mengganggu kami," ucap investor lain.

"Saya mengerti kekhawatiran kalian semua, Saya minta maaf untuk masalah ini. Saya akan mencari tahu bagaimana bisa design itu sampai ke tangan perusahaan lain. Saya akan secepatnya menemukan pengkhianat itu," ucap Nio.

"Sebaiknya Anda memegang ucapan Anda, dan segera selesaikan masalah ini," ucap investor itu lagi.

"Saya akan berusaha melakukan yang terbaik, tentu Saya juga tak nyaman dengan masalah ini. Saya akan segera menyelesaikannya," ucap Nio.

Selesai membahas masalah itu, Nio akhirnya menutup meeting tersebut. Nio pun keluar dari ruang pertemuan dan diikuti oleh Wilona.

Nio mengembuskan napas kasar begitu dia sampai di ruangannya. Dia mengusap wajahnya.

"Tuan, apa Anda butuh sesuatu?" tanya Wilona.

Nio tak mengatakan apapun, dia mengabaikan Wilona dan justru mengambil ponselnya. Dia melihat rekaman document yang dia rekam dari laptop Allena tadi malam.

'Jangan sampai semua ini ada hubungannya denganmu, Allena,' batin Nio.

"Tuan, apa Anda baik-baik saja?" tanya Wilona.

"Bagaimana mungkin Saya baik-baik saja? Kenapa kamu masih di sini? Hubungi pengacara dan atur pertemuan dengan perusahaan yang berani mengklaim design perusahaan Sasongko!" geram Nio.

"Baik, Saya akan segera melakukannya," ucap Wilona dan bergegas keluar dari ruangan Nio. Wilona melakukan perintah Nio.

Wilona pun kembali ke ruangan Nio setelah beberapa menit.

"Tuan, perusahaan itu memiliki waktu di jam makan malam. Selain itu, mereka--"

"Atur saja, Wilona. Bagaimanapun caranya, Saya harus menemui mereka hari ini juga!" tegas Nio.

"Ya, Saya sudah mewakili perusahaan untuk menyetujui waktunya. Anda akan menemui pihak mereka malam ini. Saya juga sudah menghubungi pengacara perusahaan. Pengacara akan menemani Anda menemui pihak mereka malam ini," ucap Wilona.

"Hem... Keluarlah, jangan masuk ke sini jika tak Saya panggil," ucap Nio.

"Baik, Tuan," ucap Wilona dan bergegas keluar dari ruangan Nio.

Wilona menutup pintu ruang kerja Nio. Dia mengembuskan napas kasar.

'Benar-benar masalah, Tuan Nio jadi terlihat menakutkan,' batin Wilona. Wilona pun bergegas menuju ruangannya. Gara-gara masalah ini, sepertinya beberapa hari ke depan dia akan bekerja hingga larut malam. Nio pasti akan lebih lama berada di kantor. Bagaimanapun dia tak bisa pulang jika Nio saja masih berada di kantor.

***

Waktu berlalu, menjelang jam makan malam, Nio dengan ditemani oleh Wilona dan pengacara perusahaan Sasongko sampai di salah satu hotel. Hotel itu menjadi tempat pertemuannya dengan pihak perusahaan yang mengklaim design milik perusahaan Sasongko.

"Apa di sini kita akan bertemu dengan pihak mereka?" tanya Nio.

"Ya, Tuan. Saya akan menanyakan pada resepsionis. Perusahaan itu mengatakan akan memesan meja di restoran yang ada di hotel ini atas nama perusahaan mereka," ucap Wilona.

"Ya," ucap Nio dan Wilona bergegas menghampiri meja resepsionis.

Setelah menanyakan meja yang Wilona maksud, seorang petugas hotel pun mengantar Nio, Wilona, dan pengacara menuju restoran dan membawa mereka ke meja yang sudah dipesan oleh perusahaan itu.

Nio duduk di salah satu meja, di sisi kanannya duduk pengacara perusahaan dan Wilona di sisi lainnya.

Perasaannya gelisah memikirkan orang yang akan ditemuinya malam ini. Dia benar-benar berharap orang itu bukanlah orang yang sempat membuatnya cemburu kemarin malam. Mungkin saja nama perusahaannya sama, tetapi pemiliknya berbeda.

Tak lama seorang pria bertubuh tegap berpenampilan formal muncul di hadapan Nio, sontak Nio mendongak dan pandangannya bertemu dengan pria itu. Dada Nio seketika bergemuruh melihat wajah orang.

Orang itu ternyata di dampingi juga oleh dua orang yang berdiri di kedua sisi orang itu.

"Apakah mereka pihak dari perusahaan itu?' tanya Nio dengan suara pelan pada Wilona.

"Benar, Tuan. Pria yang paling depan, sepertinya pria yang berpengaruh di perusahaan itu," ucap Wilona.

Nio menatap Wilona sedikit tajam. Wilona benar-benar tak menyadari, pria itulah yang dicarinya kemarin pagi. Nio jadi menduga, Wilona sebenarnya tak menjalankan perintah Nio dengan tangannya sendiri, Wilona pasti menyuruh orang lain untuk mencari informasi orang yang Nio minta Wilona carikan untuknya kemarin pagi.

Nio pun perlahan bangkit seraya menatap pria itu dengan tatapan tak suka. Rasanya, dia ingin memukul wajah pria itu sekarang. Namun, Nio harus menahan dirinya.

Setelah saling berjabat tangan, pria itu duduk di kursinya. Pria itu duduk berhadapan dengan Nio sekarang.

"Jadi, bagaimana kalian akan meminta maaf atas kecurangan yang kalian buat?" ucap pria itu.

"Minta maaf? Apa Anda sungguh berpikir pertemuan malam ini karena pihak kami ingin meminta maaf? Sungguh lelucon," ucap Nio kemudian terkekeh.

Pria itu hanya diam, tetapi kemudian pria itu tersenyum.

"Bagaimana bisa Anda memiliki keberanian untuk mengklaim design milik perusahaan Sasongko? Perusahaan Sasongko tak pernah terlibat apapun dengan perusahaan Anda," ucap Nio.

"Bagaimana bisa Anda bicara seperti itu? Design itu jelas milik perusahaan kami. Oh ya, perusahaan kami hanya akan memberikan waktu 2 kali 24 jam untuk kalian meminta maaf. Tapi, tentu saja tak sesederhana itu," ucap pria itu.

Nio mengerutkan dahinya.

"Lakukanlah di depan media, akui kejahatan kalian di depan publik jika tak ingin masalah ini sampai di meja hijau," ucap pria itu kemudian menyeringai.

Brak!

"Tuan, tenanglah," ucap Wilona panik ketika tiba-tiba saja Nio memukul meja dengan telapak tangannya.

"Tinggalkan meja ini!" ucap Nio penuh penekanan seraya melihat dua orang yang mendampingi pria itu.

"Tuan--"

"Kalian juga pergi dari sini!" tegas Nio pada Wilona dan pengacara perusahaan Sasongko.

Pria itu pun akhirnya meminta kedua orangnya untuk pergi dari meja itu. Setelah kedua orang itu pergi, Wilona dan pengacara perusahaan Sasongko pun meninggalkan meja tersebut.

Kini, hanya ada Nio dan pria itu di meja tersebut.

Nio menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan.

"Jangan Anda pikir Saya tak tahu siapa Anda, sebaiknya Anda katakan apa tujuan Anda?" tegas Nio.

Pria itu tersenyum, kemudian menghela napas.

"Jadi, apakah Anda juga tahu dari mana Saya mendapatkan design itu?" tanya pria itu.

Nio mengerutkan dahinya. Akhirnya pria itu mengatakan sesuatu yang membuktikan bahwa design itu memang bukan milik perusahaan itu.

"Kenapa tak Anda tanyakan padanya bagaimana Saya bisa mendapatkan design itu?" ucap pria itu kemudian menyeringai, membuat dada Nio bergemuruh.

"Lakukanlah apa yang Saya katakan, Tuan Antonio Sasongko. Saya hanya memberikan batas waktu selama 48 jam. Jika tidak--"

"Saya takan pernah melakukannya! Jelas-jelas kalian yang sudah mencuri design itu!" geram Nio.

Pria itu menghela napas dan bangkit dari duduknya.

"Kalau begitu, sampai jumpa di pengadilan," ucap pria kemudian tersenyum.

Pria itu pun meninggalkan Nio.

Nio mengepalkan tangannya. Dia bangkit dari duduknya dan bergegas keluar dari restoran. Wilona yang menunggu di meja lain pun lantas mengikuti Nio.

"Tuan, Anda akan pergi ke mana?" tanya Wilona.

Nio mengabaikan Wilona, dia pergi menuju mobilnya dan melajukan mobilnya meninggalkan hotel tersebut.

Wilona pun mengembuskan napas kasar.

"Sekarang, bagaimana caranya aku pulang? Dia benar-benar menyebalkan! Apa dia tak ingat, dia yang membawaku ke sini?" gerutu Wilona.

***

Sesampainya di kediaman Nio, Nio bergegas keluar dari mobilnya. Dia melihat mobil Allena terparkir di halaman.

Nio pun bergegas memasuki kediamannya dan melihat ke sekeliling lantai bawah.

"ALLENA!" teriak Nio begitu lantang hingga semua pekerja yang ada di kediaman itu keluar dan menghampiri Nio.

Mereka terkejut mendengar teriakan majikan mereka yang sangat keras bahkan hingga terdengar ke setiap sudut ruangan tersebut.