Saat ini Arda tengah berdiri di depan kelas Elya dan Atria. Jam pelajaran terakhir di kelas Arda kosong, karena guru yang harusnya mengajar sedang ada keperluan, jadinya kelas Arda keluar terlebih dahulu. Saat ini bel pulang sekolah juga sudah berbunyi, dan tentu saja beberapa teman kelas Atria melihat kehadiran Arda termasuk Atria sendiri.
"Sepertinya Arda lagi nungguin Elya tuh."ujar salah seorang teman yang tengah menggoda Elya.
"Cie, Elya yang makin lengket." goda teman yang lain, sedangkan yang digoda hanya tersenyum sumringah melihat sosok Arda.
Saat guru yang mengajar di kelas mereka meninggalkan kelas, Elya segera melangkahkan kakinya menuju Arda. Arda tampak tersenyum melihat Elya dan mereka berdua pun kini berlalu, pergi menghilang dari hadapan Atria.
Beberapa anak memperhatikan Atria, seakan-akan mereka mengasihani Atria. Seolah Atria menjadi orang yang terlupakan dan tersingkirkan. Sedangkan Atria sibuk memasukkan bukunya ke dalam tas, ia berusaha untuk tidak peduli dengan tatapan teman-temannya itu meskipun sebenarnya itu sangat mengganggu.
"Arda kalau udah ketemu Elya senyumnya beda ya." ucap salah satu teman kepada Atria, Atria hanya tersenyum menanggapi sembari memasukkan perlengkapannya, ia tidak ingin terlalu menggubris itu.
"Mereka memang cocok sih. Sama-sama cakep, sama-sama dari keluarga tajir."ucap teman lain yang bangkunya berada di sebelah Atria dan Elya.
Atria menoleh kepada temannya itu, bagaimana ia bisa mengenal keluarga Elya, mengingat Elya tidak begitu berbaur dengan anak-anak di kelas ini. Elya juga tidak pernah memperlihatkan bagaimana keadaan keluarganya, karena di sekolah memang banyak peraturan sehingga tidak bisa menilai mereka hanya dari seragam dan style yang mereka kenakan saja.
"Kamu tahu dari mana Elya dari keluarga tajir?" tanya Atria penasaran, karena sebelumnya ia tidak pernah memikirkan hal ini.
"Ah itu, aku lihat dari sosial media Elya, sekolahnya yang lama juga bagus."jawabnya. Atria tidak pernah mengetahui soal sosial media Elya itu.
"Pantas aja Arda menyukai Elya, mereka berada di level yang sama." kata teman Atria lagi seolah tengah menyindir Atria.
Atria sedikit tersinggung dengan ucapan temannya itu, menurut Atria secara tidak langsung temannya itu mengatakan bahwa ia dan Arda tidak cocok karena mereka berada di level yang berbeda. Atria saat ini sepertinya menjadi sangat sensitif, ia bahkan tidak tahu, ini hanya pandangannya saja atau memang sudah seperti itu. Dulu teman-temannya sangat ramah dan baik kepadanya, namun sekarang, seolah mereka telah memperlihatkan bahwa mereka sebenarnya tidak begitu menyukai Atria seperti yang mereka perlihatkan selama ini.
Atria terdiam sesaat, seketika pikirannya dipenuhi dengan anggapan Arda sudah melihat sosial media Elya. Atria tidak berpikir bahwa Arda orang yang seperti itu, tapi seandainya Atria jadi seorang cowok pun tentu saja ia akan mendekati Elya.
Tidak hanya sampai di situ, beberapa teman Atria yang biasanya mengajak ia untuk nongkrong pun, kini mereka tidak lagi menawari Atria. Mereka terlihat mendekati Elya, dan kadang-kadang mereka juga pergi shopping bersama Elya, karena itu salah satu kegiatan yang disukai Elya yang Atria ketahui.
…
Atria merapikan buku-buku yang kini tidak tersusun rapi alias berantakan, ia juga meletakkan buku-buku yang baru saja sampai dari penerbit di rak buku. Sepertinya Atria saat ini membutuhkan beberapa pekerjaan lagi, tetapi semuanya sudah ia selesaikan. Atria kemudian memilih untuk duduk di salah satu kursi yang ada di dekatnya, karena sudah tidak ada lagi yang bisa ia kerjakan.
"Sepertinya saat ini kamu sedang banyak pikiran." salah satu teman kerja Atria mendekatinya. Atria menoleh ke sumber suara.
"Enggak kok, kak."jawab Atria berbohong.
"Jangan bohong, aku tahu kalau kamu saat ini tengah gusar. Ada apa, enggak biasanya kamu seperti ini."tanyanya lagi sembari meletakkan buku di rak yang terletak tidak jauh dari Atria.
"Bukan apa-apa kak, jangan sok tahu gitu sih." elak Atria sembari tersenyum, untuk memperlihatkan bahwa ia baik-baik saja.
"Oh iya, teman cowok kamu yang sering nyamperin ke sini, mana? kok udah jarang banget ke sini."tanya perempuan yang bernama Novia itu.
"Enggak sering juga kak." bantah Atria.
"Ya setidaknya, dia datang setiap tiga hari sekali." ucap Novia yang seakan menghitung kedatangan Arda.
"Lagi sibuk." jawab Atria, bahkan di saat seperti ini, lingkungan seakan tidak mendukung Atria.
Bagaimana orang-orang di sekelilingnya mempertanyakan Arda. Atria yakin dia baik-baik saja, hanya saja Atria tidak menyukai bagaimana teman-temannya kini telah berpaling darinya dan kini malah mengagumi Elya, tentu saja ada perasaan yang tidak menyenangkan dari dalam diri Atria, meski ia tidak tahu kenapa ia merasa kalah tanpa adanya pertandingan apapun.
Atria kemudian berjalan ke depan, saat ia melihat ada orang yang berdiri di kasir untuk membayar buku. Atria menuju kasir dan melayani orang tersebut dalam pembayarannya.
Setelah selesai ia duduk kembali, kali ini Atria hanya duduk di kasir, seketika ia mengeluarkan ponselnya dan mengecek pesan dalam ponselnya tersebut. Tanpa sadar, Atria membuka pesan Arda, ia melihat kapan terakhir kali mereka berkirim pesan.
Seketika Atria tersadar dari tindakannya yang menurutnya tidak masuk akal itu, dan ia memasukkan kembali ponselnya. Atria bingung dengan apa yang telah ia lakukan, ia tidak sedang menunggu pesan Arda kan? bahkan Atria dan Arda juga jarang berkirim pesan kecuali untuk hal-hal yang penting, tapi Atria terlihat berharap Arda akan mengirim pesan kepadanya.
Atria memukul kepalanya sendiri dengan pelan, seakan merutuki kebodohan dirinya. Sepertinya Atria menyadari bahwa ia kehilangan orang yang selalu ia andalkan, orang yang membuat Atria bisa menjadi dirinya sendiri. Atria jadi penasaran, orang seperti apa ia di mata Arda, dan di mata teman-temannya yang lain.
Atria pikir sepertinya teman-temannya mulai menunjukkan sikap yang menyebalkan kepadanya, meskipun Atria tidak mengerti alasan kenapa teman-temannya bersikap seperti itu. Padahal yang Atria ketahui, ia tidak pernah menyakiti atau membuat anak-anak lain merasa jengkel kepadanya. Selama ini mereka juga selalu memuji dan mengatakan hal-hal yang baik kepada Atria. Teman-teman yang tidak berubah untuk saat ini hanya Lia dan Sila, mereka masih bersikap seperti biasa kepada Atria.
Beberapa hari yang lalu, ada kejadian yang tidak menyenangkan bagi Atria. Atria meminjam buku sosiologi di mana ia tidak bisa menemukan buku tersebut di perpustakaan sekolah. Biasanya temannya akan segera meminjamkan kepada Atria, tapi waktu itu ia menolak meminjamkannya dengan alasan ia juga membutuhkannya, Atria tahu ia berbohong. Atria bingung kenapa temannya bersikap seperti itu, bahkan Atria tidak pernah mengembalikan buku atau apapun yang ia pinjamkan lebih dari waktu yang telah ia janjikan, Atria selalu berusaha menjaga kepercayaan teman-temannya itu.
Atria juga selalu mengembalikannya dalam keadaan yang bagus, bahkan terkadang Atria juga memberikan imbalan kepada mereka yang sudah berbaik hati kepadanya. Teman-teman Atria juga akhir-akhir ini tidak bertanya tentang apapun kepada Atria, di mana mereka biasanya akan menghabiskan waktu untuk bercerita. Atria akan menjelaskan banyak hal yang ia ketahui, jadi Atria tidak mengerti kenapa tiba-tiba sikap mereka berubah kepadanya.
Saat ini tidak ada satupun kemungkinan yang membuat Atria mengerti perubahan perlakuan teman-temannya itu. Bahkan Atria juga tidak bisa menyimpulkan titik permasalahannya. Di saat Atria sedang bertanya-tanya tentang permasalahan yang ia alami, bersamaan dengan itu turun lah hujan. Padahal dari tadi tidak ada tanda akan turun hujan, membuat Atria semakin larut dalam pemikirannya sendiri, seolah hujan ingin menemani Atria yang mulai merasa ditinggalkan.