Atria dan Naura berjalan bersisian menuruni anak tangga hendak menuju ke gerbang sekolah. Mereka berdua masih membahas tentang hubungan Atria dan Arda atau apa yang sebenarnya terjadi, karena menurut Naura terlalu cepat bagi Arda untuk beralih kepada perempuan lain, meskipun sebenarnya ia tidak menyukai Arda sama sekali.
"Karena sepertinya kamu dan Arda tidak baik-baik saja." ucap Naura kemudian. Atria menghentikan langkahnya, kemudian ia menoleh kepada Naura.
"Apa yang kamu lihat tadi, itu tidak seperti apa yang kamu pikirkan saat ini." elak Atria.
"Aku hanya mencoba untuk tidak membuat Elya menjadi salahpaham sama hubungan aku dan Arda." tambah Atria.
"Jadi beneran Arda dan Elya ada hubungan?" tanya Naura semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.
"Entahlah." jawab Atria sembari mengangkat bahunya.
"Atau Elya menyukai Arda. Soalnya pertemanan antara dua orang yang lawan jenis itu adalah sesuatu yang tidak bisa dipercaya. Akan ada salah satu dari mereka yang memiliki perasaan terhadap yang." ucap Naura yakin.
"Kamu paham banget sama masalah begitu." ucap Atria menanggapi Naura.
"Jadi, apa kamu yang menyukai Arda atau Arda yang menyukai kamu." tanya Naura lagi untuk memastikan tebakannya itu.
Naura dan Atria kini sudah sampai di halte busway, mereka memilih duduk di sana karena memang saat ini halte dalam keadaan sepi. Sepertinya anak-anak tidak langsung pulang, Atria tadi melihat beberapa di antara mereka masih nongkrong di depan kelas, atau ada yang masih mengobrol di bawah pohon rindang yang ada di depan kelas mereka.
"Enggak ada yang seperti itu."elak Atria.
"Atau jangan-jangan Arda suka sama kamu, tapi karena kamu menolak dia, jadi Arda kini beralih ke Elya." Naura mencoba untuk menebak apa yang saat ini terjadi.
Atria pikir ia tidak harus menyangkal apa yang Naura katakan, toh bukan Atria yang mengatakan hal seperti itu. Atria hanya tersenyum mendengar penuturan Naura, reaksi yang Atria berikan membuat Naura berpikir bahwa tebakannya memang benar.
"Jadi benar, Arda suka sama kamu?" tanya Naura sekali kembali memastikan.
"Aku sama Arda cuma teman, perasaan aku kepada Arda enggak lebih dari perasaan seorang teman."jawab Atria lagi. Kali ini Naura semakin yakin dengan tebakannya setelah mendengar jawaban dari Atria.
"Ya udah ya Ra, aku duluan." pamit Atria saat busway yang akan ia naiki telah terlihat, karena ia dan Naura berbeda jalur jadi mereka berpisah di sini.
"Hati-hati, At." ucap Naura kemudian.
Atria menaiki busway dan duduk di salah satu kursi yang kosong. Atria tersenyum mendengar tebakan Naura tadi, seolah ia menemukan sebuah solusi yang menguntungkannya, dan Atria berharap bahwa Naura akan menyebarkan apa yang ia percaya itu. Atria yakin bahwa Naura akan mengatakan hal ini kepada teman-temannya jika mereka berbicara tentang Atria. Setidaknya Atria pikir ini adalah cara yang terbaik agar ia tidak terlihat begitu menyedihkan, toh ia bisa menyangkalnya jika Arda mempermasalahkan hal ini.
Atria segera menuju ke toko buku tempat ia bekerja paruh waktu. Setelah masalah tadi ia tidak bisa untuk fokus belajar, sehingga Atria harus segera menyelesaikan pekerjaannya dan kemudian mengulang pelajaran yang ia abaikan tadi. Meskipun ujian sudah selesai, tapi Atria tidak boleh lengah, ia tetap harus rajin belajar, untuk ujian selanjutnya. Lagian semester depan, mereka akan mengikuti ujian pemilihan universitas. Atria sudah mempunyai pilihan universitas yang akan menjadi tempat ia menuntut ilmu selanjutnya.
…
Atria baru saja menyelesaikan pekerjaannya, menyusun kembali buku yang berantakan dan meletakkannya di rak yang telah disediakan sesuai dengan nomor buku atau kategori buku. Hal ini berguna untuk mempermudah para pelanggan yang datang ketika mereka hendak mencari buku yang mereka inginkan.
"Atria, aku mau ke belakang dulu, kamu tolong jaga kasir dulu ya." ucap salah seorang karyawan yang saat ini bekerja bersama Atria.
"Nanti itu aku aja yang selesaiin." ucapnya lagi.
"Ini udah mau selesai kok, kak." jawab Atria sembari menunjukkan dua buku yang kini berada ditangannya.
"Baiklah kalau gitu, maaf ya repotin kamu." ucapnya sedikit merasa tidak enak, namun ia harus segera ke belakang karena ada urusan mendesak.
"Santai, kak." jawab Atria. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Atria pun segera menuju kasir. Saat ini ada beberapa orang yang tengah mencari buku di rak.
Saat di kasir, karena belum ada pelanggan, Atria memilih untuk membersihkan beberapa rak yang ada di sana. Ia membersihkan rak tempat meletakkan beberapa poster dan juga perintilan yang ada. Memang beberapa buku akan mendapatkan poster atau perintilan yang telah disediakan penerbit dan penulis untuk para pembacanya.
"Selamat sore kak." sapa Atria berbalik saat ia merasakan ada orang yang baru saja datang ke kasir. Atria terdiam saat ia melihat Arda yang berdiri di sana, Atria tidak melihat Arda membawa buku apapun ditangannya yang berarti ia ke sini bukan untuk membayar buku.
"Bisa bicara sebentar?" tanya Arda kemudian.
"Maaf, Aku lagi sibuk." tolak Atria berusaha untuk terlihat seolah-olah tidak terjadi apa-apa di antara mereka, apalagi Atria seolah melupakan bahwa ia menghindari dan tidak menegur Arda saat pulang sekolah tadi.
"Baiklah."jawab Arda, kemudian ia hendak meninggalkan kasir ke luar dari toko buku itu.
"Arda." panggil Atria sebelum Arda benar-benar keluar dari toko. Arda menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Atria.
"Kalau kamu butuh sesuatu, kamu bisa hubungin aku di chat kok." ucap Atria. Arda mengangguk dan tersenyum mengiyakan ucapan Atria.
"Aku pergi." pamit Arda dan hanya dibalas anggukan oleh Atria. Rasanya aneh jika seperti ini, biasanya mereka hanya akan langsung menghubungi jika ada perlu satu sama lain, tapi kali ini seolah mereka membutuhkan izin untuk saling menghubungi.
Atria tahu bahwa Arda mendatanginya bukan karena ada keperluan atau meminta bantuan kepada Atria. Atria tahu bahwa Arda ingin membahas masalah, atau alasan kenapa Atria tidak menegurnya. Mungkin Arda merasa bahwa Atria sedang marah kepadanya. Setidaknya pikiran seperti ini membuat Atria merasa lebih baik.
Setelah jam menunjukkan pukul delapan, Atria segera bersiap untuk segera pulang. Tidak begitu banyak yang Atria persiapkan, ia mengambil seragam sekolahnya di loker dan kemudian pamit kepada dua pekerja yang baru datang untuk shift selanjutnya.
Saat Atria keluar dari toko buku, ia melihat Arda tengah berdiri di depan sana. Atria tentu saja terkejut melihat hal itu, Atria tidak yakin untuk alasan apa Arda menunggunya, karena menurut Atria, Arda tidak memandang masalah mereka sepenting itu sampai ia rela menghabiskan waktunya untuk menunggu Atria.
"Kamu ngapain masih di sini?" tanya Atria sembari mendekati Arda.
"Nungguin kamu." jawab Arda.
"Yuk aku anterin kamu pulang." tawar Arda setelah Atria tidak mengatakan apapun.
"Enggak usah, aku bisa sendiri kok." Atria berusaha menolak, lagian ini bukan sikap Arda yang biasanya.
"Kamu tega, aku udah nungguin kamu sedari tadi lo." protes Arda.
"Enggak ada yang nyuruh kamu juga kan." Atria masih bersikeras tidak mau Arda mengantarkannya.
"Ya udah sebagai gantinya, kita beli ice cream dulu di sana. Kamu tinggal pilih mau aku antarkan pulang atau .... "
"Ayok." Atria langsung memotong ucapan Arda dan berjalan menuju kafe yang ada di seberang toko buku, kafe khusus yang menjual ice cream. Arda pun mengikuti Atria sembari menyamakan langkah mereka.