Chereads / Perfect Your Dream / Chapter 22 - Rumor yang Masih Berlanjut

Chapter 22 - Rumor yang Masih Berlanjut

Elya sudah mendengar rumor yang tidak mendasar itu menyebar dengan sangat cepat. Tentu saja diiringi dengan berbagai macam spekulasi. Elya sendiri bisa mengerti kenapa rumor seperti ini bisa menyebar, ia pikir ini hanya karena prasangka dari teman-teman di sekolahnya karena melihat ia dan Arda bisa dekat dengan sangat cepat. Melihat bagaimana kepribadian Arda yang sangat dingin kepada orang lain, itu membuat Elya mengerti kenapa rumor seperti ini bisa muncul.

Elya berusaha untuk mengerti dan tidak peduli dengan rumor itu, lagian ia pikir ini hanya rumor yang tak berdasar, jadi itu tidak akan bertahan lama. Namun sudah tiga hari semenjak rumor itu menyebar, rumor itu masih tak kunjung reda dan menghilang.

Elya merasa dirugikan karena rumor ini, meskipun itu tidak merugikannya secara langsung, karena Elya juga tidak mempedulikan bagaimana tanggapan oang lain kepadanya, atau bagaimana orang lain melihatnya. Elya merasa dirugikan hanya karena rumor ini membuatnya menjadi tidak nyaman, kemanapun Elya pergi di lingkungan sekolah ini, anak-anak lain akan menoleh dan terus membicarakannya.

Elya berjalan mendekati kelas Arda, beberapa teman Arda memang lebih menyukai Atria dibandingkan dirinya. Namun Elya tidak peduli, selagi ia bisa bersama Arda kenapa ia harus memikirkan orang lain.

Arda yang melihat Elya berdiri di depan pintu pun segera menghampiri Elya. Arda juga sama tidak nyamannya dengan Elya ketika teman-temannya mulai membicarakan tentang rumor ini. Arda hanya tidak menyukai jika ia tanpa sengaja menyakiti orang terdekatnya, Arda yakin kali ini Elya tidak merasa baik-baik saja dengan rumor itu, apalagi rumor itu terjadi karenanya.

"Kenapa enggak ke kantin?"tanya Elya kepada Arda, saat mereka telah berdiri di depan kelas. Sudah hampir sepuluh menit berlalu semenjak bel istirahat berbunyi, karena itulah Elya menghampiri Arda karena ia tidak melihat keberadaan Arda di kantin.

"Lagi malas aja ke kantin, brisik."jawab Arda yang mengacu kepada teman-temannya yang masih saja setia membicarakan mereka meski sudah tiga hari berlalu.

"Kamu sendiri kenapa enggak ke kantin?"tanya Arda kepada Elya,

"Biasanya kan aku ke kantin bareng kamu, jadi agak sedikit tidak nyaman aja kalau pergi sama yang lain. Lagian kan aku juga enggak terlalu kenal sama anak-anak sini."jawab Elya. Sebenarnya bukan karena Elya susah bergaul, hanya saja Elya yang tidak ingin menghabiskan waktu bersama teman-temannya.

"Termasuk sama Atria?"tanya Arda. Arda sudah mengetahui bahwa Elya yang tidak ingin membiarkan dirinya bergabung dengan teman-teman lainnya.

"Sedikit."jawab Elya, Elya tidak membenci Atria, hanya saja ia tidak suka dengan cara Atria. Menurut Elya, Atria adalah orang yang menutupi banyak hal, dan Elya tidak menyukai hal itu. Ia bisa saja berteman dengan Atria, tapi ia tidak akan bisa tahan dengan sikap dan kepribadian Atria yang menutupi banyak hal.

"Kamu enggak mau nemenin aku ke kantin?"tanya Elya kepada Arda, ia sengaja mengubah topik pembicaraan mereka, karena rumor yang menyebar, Elya jadi tidak menyukai jika Arda berbicara tentang Atria.

"Apa kamu baik-baik saja untuk ke kantin?"tanya Arda memastikan Elya. Elya menatap Arda, ia sedikit senang dengan pertanyaan Arda, karena ini berarti pertanda bahwa Arda mengkhawatirkan dirinya, meskipun Arda hanya mengatakannya dengan cara yang biasa.

"Kenapa aku harus terganggu?"tanya Elya sedikit berbohong.

"Lagian itu kan hanya rumor, aku tahu apa yang sebenarnya terjadi dan itu tidak seperti yang mereka bicarakan"jawab Elya yang sebenarnya kata-kata itu hanya untuk menenangkan dan meyakinkan dirinya sendiri. Elya terdiam beberapa saat, dan menatap Arda ketika Arda tidak menanggapi hal ucapannya.

"Apa jangan-jangan ... itu bukan rumor?"tanya Elya penuh selidik.

"Ya udah yuk jalan, kalau kamu mau ke kantin, keburu bel."ajak Arda tidak menanggapi pertanyaan Elya. Elya menghentikan langkah Arda, meskipun ia sedikit takut dengan jawaban apa yang akan Arda ucapkan, namun ia tidak ingin menjadi penasaran, dan merasa dibohongi karena ini.

"Jadi ini bukan rumor?"tanya Elya menatap Arda penuh harap, berharap Arda akan mengatakan jawaban yang sesuai dengan keinginan hati Elya.

"Kamu beneran suka sama Atria, kamu beneran ditolak Atria?"tanya Elya dengan ekspresi terkejut. Elya butuh jawaban dari Arda, ia tidak ingin sama seperti yang lainnya, yang hanya berspekulasi tanpa tahu kebenarannya.

"Apa aku harus menjawabnya?"tanya Arda kepada Elya. Arda bisa saja langsung menjawab jujur tentang pertanyaan Elya itu, tapi ia tidak ingin menyakiti Atria, ia mengenal Atria, dan ia mengetahui bagaimana Atria berusaha untuk hidupnya, jadi Arda tidak ingin merusak hal itu.

"Tentu saja kamu harus menjawabnya."jawab Elya lagi, kali ini Elya sedikit memaksa Arda.

"Kalau kamu enggak mau ke kantin, aku balik lagi ke kelas. Aku enggak harus membicarakan hal ini dengan kamu."tolak Arda. Jawaban Arda tentu saja menyakiti Elya, kalimat yang ia ucapkan seolah mengatakan bahwa Elya bukanlah siapa-siapa bagi Arda yang mengharuskannya untuk berbagi.

"Ya udah ayok ke kantin."ucap Elya memilih untuk mengalah, meskipun ia terluka dan kecewa karena ucapan Arda tadi tapi ia tidak ingin memperlihatkannya.

"Aku juga salah satu yang dirugikan dalam rumor itu, asal kamu tau aja!"ucap Elya yang kini telah berjalan di samping Arda untuk menuju ke kantin. Arda menghentikan langkahnya seketika sehingga Elya juga menghentikan langkahnya dan Arda menatap Elya.

"Aku enggak bermaksud apa-apa, hanya saja kamu mengatakan bahwa kamu enggak perlu membahasnya sama aku, jadi enggak adil aja buat aku."ucap Elya lagi. Elya kemudian berjalan mendahului Arda, Arda pun mengikuti Elya.

Saat mereka sampai di kantin pun, anak-anak masih menoleh kepada mereka dan berbisik. Saat ini Elya seakan ingin mendatangi mereka dan memberitahu mereka apa yang sebenarnya terjadi menurut pandangannya, tapi ia tahu itu akan percuma.

Elya juga tidak mengerti kenapa mereka jadi tidak menyukainya, padahal mereka tidak mengenalnya sama sekali. Bukankah jika dilihat dari rumornya, Elya akan menjadi orang yang harus dikasihani, tapi mereka seolah berpihak kepada Atria dan menyalahkan Elya.

Elya dan Arda memilih untuk duduk di kursi paling belakang setelah mengambil makanan mereka. Arda sangat cuek terhadap apa yang terjadi disekelilingnya, sedangkan secuek-cueknya Elya ia tetap tidak bisa bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa, atau seolah-olah itu tidak mengganggunya sama sekali.

"Bukankah kamu bilang kamu baik-baik saja."ucap Arda yang sibuk dengan makanannya, namun ia merasa Elya tetap terusik dengan pandangan orang disekeliling mereka.

"Itu hanya terlalu berisik."ucap Elya asal.

"Kira-kira siapa ya yang membuat rumor murahan seperti ini?"tanya Elya berusaha menebak meski ia mencurigai satu nama.

"Kalau kamu mengetahuinya, memangnya kamu mau ngapain?"tanya Arda tanpa menatap Elya.

"Hanya penasaran, bukankah rumor yang ia buat ini menandakan seberapa lemahnya dia."ucap Elya kemudian.

"Seolah ia ingin berlindung dengan rumor ini."ucap Elya lagi.

"Sepertinya kamu sudah mencurigai seseorang?"tanya Arda setelah mendengar penjelasan Elya,

"Apa aku enggak boleh mencurigai Atria?"tanya Elya,

"Satu-satunya orang yang merasa diuntungkan dengan rumor ini hanyalah dia, ya walaupun mungkin sedikit gila jika benar ia membuat rumor seperti ini."ucap Elya yang sebenarnya tidak yakin dengan ucapannya sendiri.