Elya baru saja kembali dari koperasi sekolah untuk membeli pulpen, kebetulan pulpennya sudah tidak bisa digunakan lagi. Setelah dari koperasi, Elya pun menuju kantin untuk sarapan, kebetulan tadi ia tidak sempat sarapan, atau lebih tepatnya tidak ada yang bisa ia makan untuk sarapan. Sepertinya ia harus meminta Arda menemaninya ke supermarket untuk membeli kebutuhan sehari-hari dan persediaan makanan untuk di apartemennya.
Saat ini keadaan kantin tidak begitu ramai namun juga tidak begitu sepi, sepertinya beberapa anak memang sengaja untuk sarapan di sekolah, daripada sarapan di rumah mereka masing-masing. Lagian mereka juga sudah membayar setiap bulannya untuk makanan ini. Elya menunggu makanan yang baru saja dipersiapkan oleh bibi yang bekerja di kantin, ini pertama kalinya Elya sarapan di sini, jadi ia tidak berharap banyak tentang rasa makanannya.
Saat Elya sedang menunggu makanannya, ia mendengar beberapa anak perempuan, dengan kelompok berbeda saling berbisik. Awalnya Elya cuek dengan hal itu, karena itu bukan urusannya, namun kemudian ia merasa bahwa mereka sedang membicarakan dirinya, mengingat anak-anak itu melirik ke arah Elya dengan cara yang mencurigakan di saat salah satu dari mereka tengah berbisik.
Elya masih berusaha untuk cuek, ia kemudian mengambil makanannya dan mencari kursi dan meja yang agak jauh dari anak-anak itu. Tetapi sepertinya tidak ada tempat untuk Elya bersembunyi, karena situasinya sama saja, ia masih mendengarkan anak-anak itu tengah berbisik seolah sedang membicarakan dirinya.
Sedari tadi Elya mencoba mencari kesalahan yang ada pada dirinya hari ini, ia berkali-kali melihat penampilannya, mungkin saja mereka sedang membicarakan penampilannya. Elya juga berkali-kali merapikan rambutnya dan memperhatikan wajahnya dengan menggunakan ponselnya. Namun semuanya baik-baik saja, jadi kenapa mereka membicarakan dirinya, pikir Elya.
Elya kemudian segera menghubungi Arda, namun Arda tidak menanggapi panggilannya. Elya pun mengirimkan pesan kepada Arda, ia berharap saat ini Arda datang dan menemaninya untuk sarapan. Elya sedikit kesal, karena anak-anak itu telah merusak paginya yang tenang.
"Lagi di mana, udah sampai di sekolah?" Elya mengirimkan pesan itu kepada Arda. Tidak perlu menunggu lama, Arda segera membalas pesannya, ia pun membaca balasan dari Arda itu.
"Aku lagi di jalan, belum."balasan Arda membuat Elya sedikit kecewa. Ia pun meletakkan ponselnya kembali ke atas meja untuk fokus kepada makanannya. Elya memilih untuk mengabaikan apa yang orang pikirkan tentangnya, meskipun tidak merasa nyaman, namun ia tidak ingin terpengaruh karena hal-hal seperti itu.
…
Di sisi lain, Atria baru saja turun dari busway dan berjalan menuju gerbang sekolah. Saat itu ia melihat adik kelasnya tengah berbisik sembari menatapnya. Atria berusaha untuk cuek, ia tidak tahu apa yang mereka katakan, namun Atria yakin itu tentang dirinya ketika ia melihat gerak-gerik mereka.
"Hy, At."Atria menoleh ke belakang saat salah satu teman sekelas Arda menghampirinya, saat ia akan menaiki tangga menuju ke lantai satu.
"Dari mana?"tanya Atria sembari mengeluarkan ekspresi ramahnya.
"Nih, habis dari kelas sepuluh tiga."jawabnya.
"Apa kamu baik-baik saja?"tanya perempuan itu kepada Atria, Atria sedikit bingung dengan pertanyaan mendadak yang terlontar dari temannya itu.
"Apa aku terlihat sakit?"Atria balik bertanya karena menurutnya pagi ini dia dalam kondisi yang baik.
"Maksud aku ... Arda."ucapnya ragu.
"Sepertinya Arda semakin lengket sama anak baru yang ada di kelas kamu."ucapnya lagi. Atria hanya tersenyum mendengarkan.
"Jadi kenapa, kalau Arda dekat sama Elya."jawab Atria masih dengan wajahnya yang sangat ramah.
"Hanya saja ... Aku yakin kamu juga merasa kehilangan ketika orang yang biasanya menghabiskan waktu dengan kamu kemudian tiba-tiba menghilang atau dekat dengan yang lain."ucapnya lagi.
"Sedikit."Atria berkata jujur sembari tertawa canggung, teman perempuan itu pun tertawa mendengarkan pengakuan Atria. Mereka pun sampai di depan kelas Arda, sebelum masuk temannya itu berbicara lagi kepada Atria.
"Tapi aku yakin, Arda sengaja melakukan hal itu, agar ia bisa memperlihatkan ke kamu, kalau dia baik-baik saja setelah kamu tolak. Atau mungkin Arda ingin membuktikan kepada dirinya bahwa dia baik-baik saja tanpa kamu."ucap teman sekelas Arda, sepertinya ia ingin menenangkan Atria.
Atria hanya tersenyum, ia tidak membantah hal itu. Sepertinya Naura sudah menceritakan kepada yang lainnya. Atria kini mengerti kenapa adik kelasnya tadi membicarakannya. Arda memang sangat populer sehingga hal-hal seperti ini tentu saja akan dengan cepat menyebar.
Atria dan temannya itu pun berpisah di depan kelas Arda, Atria melanjutkan perjalanan menuju kekelasnya, sedangkan tanpa mereka ketahui Arda mendengarkan percakapan mereka itu. Arda terdiam sejenak, ia tidak yakin dengan rumor yang tersebar saat ini, dan Arda yakin rumor ini sangat baik bagi Atria, karena itulah Atria tidak menyangkalnya sama sekali, Arda sangat mengenal sikap Atria.
Arda pun menuju ke kelasnya, dan benar saja, temannya kemudian mendekati Arda yang baru saja memasuki pintu kelas. Mereka mengikuti Arda menuju ke tempat duduk Arda untuk mendapatkan kebenaran dari rumor yang menyebar. Arda hanya menatap mereka tajam, menunjukkan ketidaksukaan kepada teman-temannya itu atas topik yang saat ini mereka tanyakan kepada Arda. Melihat wajah dingin Arda, mereka pun memilih untuk menjauh dari Arda, sebelum Arda meledak nantinya.
"Apa maksud mereka?"tanya Arda pada Rangga yang merupakan teman sebangkunya, Rangga juga anak basket, dan dia satu-satunya orang yang Arda biarkan untuk berbicara banyak kepadanya. Meski sikap Arda masih sama dinginnya kepada Rangga.
"Ada rumor tentang kamu pagi ini, katanya kamu ditolak sama Atria, karena itulah kamu sekarang dekat sama Elya. Katanya kamu juga sengaja memilih Elya karena Elya dan Atria berada di kelas yang sama."Rangga menjelaskan kepada Arda.
"Siapa yang mengatakan itu?"tanya Arda bingung dari mana rumor itu berasal, sekarang ia mengerti kenapa Atria tidak membantah ucapan temannya tadi.
"Aku sih mendengar anak-anak bilang dari Naura, dan Naura tahu dari Atrianya langsung. "jawab Rangga lagi. Arda sedikit ragu tentang hal itu, sepertinya Naura salah paham dengan apa yang Atria katakan. Arda tahu, Atria akan mengucapkan sesuatu secara ambigu dan membiarkan orang lain berspekulasi tentang hal itu.
"Jadi kamu beneran ditolak Atria?"tanya Rangga yang juga penasaran sama dengan yang lainnya.
"Yang seperti Arda aja ditolak, gimana sama mereka-mereka itu."ucap Rangga yang melirik kepada teman-teman cowoknya yang menyukai Atria.
Arda pun menoleh kepada teman-teman yang dimaksud Rangga. Arda memilih untuk cuek dengan masalah itu, ia tidak berpikir rumor itu sangat berpengaruh kepadanya. Lagian rumor-rumor yang menyebar itu akan terlupakan seiring berjalannya waktu. Arda pikir ia tidak harus menanggapi semua pertanyaan teman-temannya dan memilih untuk mengabaikan rumor itu.
Arda memilih diam dengan sikap Atria yang membuat kesalahpahaman ini. Namun ia juga tidak ingin mempermalukan Atria dengan meminta Atria menyangkal itu. Arda hanya tidak ingin memperburuk keadaan dan citra yang telah susah payah dibangun dan dipertahankan Atria.
Jika ia mengatakan kebenarannya, maka teman-teman mereka akan menganggap Atria sebagai pembohong. Meskipun ia yakin Atria tidak pernah mengatakan hal-hal itu, tapi mereka tidak akan peduli, karena yang mereka percayai, ini semua berasal dari Atria.