Guru yang mengajar di kelas saat ini baru saja meninggalkan ruangan. Atria menoleh ke sampingnya dan melihat Elya yang tengah membereskan buku-bukunya. Atria telah dibuat kesal oleh Elya pagi ini. Jadi Atria berpikir bahwa ia harus melakukan sesuatu agar Elya tidak semena-mena dan melakukan semuanya seenaknya, Atria pikir Elya harus diberi pelajaran.
"El, mau makan siang bareng kita? kebetulan kita mau makan di kafe dekat-dekat sini." ajak salah satu teman yang mendekati Elya, perempuan itu tampak melirik ke arah Atria untuk sesaat namun Atria bersikap tak peduli.
"Emang boleh makan siang ke luar, gerbang kan ditutup?" tanya Elya sedikit penasaran.
"Kamu tenang aja, kita punya jalan tikus buat keluar sekolah tanpa sepengetahuan satpam." ucapnya lagi.
"Ah itu pasti sangat menyenangkan." gumam Elya yang tampak tertarik dan ingin bergabung bersama mereka. Atria sendiri masih berpura-pura untuk menulis sesuatu di bukunya, tentu saja Atria mendengar percakapan mereka secara tidak langsung.
"Ayolah El, kamu enggak bosan apa, makan di kantin mulu." teman perempuan itu yang masih membujuk Elya, tampaknya ia dan teman-temannya berusaha untuk mendekati Elya. Elya sendiri tampak berpikir apa yang harus ia lakukan. Elya sebenarnya juga bosan jika ia harus makan di kantin terus. Elya kemudian menoleh ke samping,
"Atria, kamu mau ikut makan di luar nggak?" tanya Elya, tentu saja ia harus menawarkan Atria, karena jika tidak maka Atria bisa berduaan dengan Arda, tentu saja ia tidak menginginkan hal itu terjadi. Atria mendongak menatap mereka yang tengah berdiri. Kemudian ia menggeleng.
"Aku makan di kantin aja." Atria menolak, ia tahu bahwa jika ia menolak maka Elya juga tidak akan pergi. Atria harus menjalankan rencananya untuk memberikan pelajaran kepada Elya. Elya kemudian kembali menoleh kepada teman-temannya yang tadi mengajaknya itu.
"Aku makan di kantin aja deh, lain kali aja." tolak Elya santai.
"Yakin nih kamu enggak mau ikut kita." tanya salah seorang dari mereka memastikan, mereka tampak kesal kepada Atria. Mungkin karena Atria telah membuat mereka gagal dalam usaha untuk mengajak dan berteman dekat dengan Elya, namun Atria cuek dan tidak menghiraukan mereka. Elya mengangguk.
"Ya udah kita pergi dulu." pamit mereka semua sembari menoleh ke Atria yang juga tengah melihat mereka.
Seperti biasa, Elya langsung menuju ke kantin tanpa mengatakan apapun kepada Atria maupun kepada Sila dan Lia. Atria kemudian menuju meja Sila dan Lia, mereka kebetulan duduk berdekatan, mereka berdua tampak asyik dengan catatan mereka.
"Mau ke kantin?" tanya Atria kepada mereka, Sila mendongak menatap Atria.
"Tentu saja, masalah ke kantin tidak bisa ditinggalkan, ntar ini enggak aman." jawab Sila sembari menunjuk perutnya.
"Tadi Elya ngajakin kita, buat makan bersama ia dan Arda, kalian mau gabung?" tanya Atria kemudian. Sila menoleh kepada Lia yang masih duduk di bangkunya, Sila seperti meminta persetujuan dari Lia, Atria juga menoleh kepada Lia untuk mendapatkan jawaban.
"Aku sih enggak masalah, kamu gimana?" tanya Lia kepada Sila, ia tahu Sila bakalan tidak nyaman dengan Arda karena ia tidak dekat dengan Arda. Atria berharap Sila akan menyetujuinya, dan sepertinya dewi keberuntungan kali ini berada di pihak Atria, Sila mengangguk,
"Aku juga enggak keberatan."jawab Sila. Tentu saja Atria senang mendengarkan hal itu, suatu jawaban yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Ya udah yuk, kantin sekarang."ajak Atria yang kini merasa lega itu.
"Lo, Elyanya kemana?" tanya Sila.
"Ya udah duluan lah, kan dia mau bertemu dengan pujaan hatinya." ucap Lia yang diberi anggukan oleh Sila.
"Tapi apa kita enggak ganggu mereka nantinya?" tanya Sila yang kemudian tampak ragu. Mereka berjalan bersisian menuju ke kantin. Atria yang berjalan di paling ujung melirik Sila, dan berharap mereka tidak merubah niatnya saat ini, karena itu bisa merubah rencana Atria.
"Enggak kok, Arda tadi juga yang ngajakin." Atria berusaha meyakinkan Sila, ia juga tidak sepenuhnya berbohong.
Arda memang mengajak, tapi hanya dia bukan mereka, karena yang Arda tahu, Elya sering ngajakin Atria. Atria tidak ingin merasa canggung, karena itulah ia membawa teman-temannya, agar Elya tidak bisa bersikap seenaknya saja. Lia adalah tipe orang yang akan mengatakan apapun, sehingga Elya akan berhati-hati dengan tindakan dan ucapannya kalau di hadapan Lia.
Sesampainya di kantin, mereka bertiga langsung menuju ke antrian untuk mendapatkan makanan. Saat mereka mengantri, mata Atria sudah mulai menjelajahi kantin untuk mencari keberadaan Arda dan Elya. Tentu saja tidak butuh waktu yang lama untuk Atria mencari keberadaan mereka, karena biasanya Arda akan lebih nyaman jika ia duduk di tempat biasa yang sering ia datangi.
"Mereka di mana?" tanya Lia saat mereka sudah selesai mengantri dan mereka bertiga sudah mendapatkan makanan mereka. Atria berpura-pura mencari keberadaannya Arda dan Elya agar teman-temannya tidak mengetahui bahwa ia sudah melihat mereka, padahal tempat duduk Arda dan Elya jauh dari tempat mereka mengambil makanan.
"Ah itu mereka di pojok sana." ucap Atria berusaha untuk terlihat sealami mungkin, seolah-olah ia baru menemukan mereka. Mereka bertiga kemudian berjalan menuju ke meja Arda dan Elya, Atria sendiri berjalan di paling belakang, dan membiarkan Sila dan Lia mendatangi meja itu duluan.
"Hi. Sorry ya ganggu." ucap Lia yang langsung duduk di meja panjang itu.
Arda tampak biasa saja sedangkan Elya tampak bingung dengan kehadiran mereka. Atria kemudian juga ikut duduk, Atria memilih untuk duduk di seberang Arda karena ia ingin memastikan ekspresi Arda dengan kehadiran mereka, karena Atria tahu bahwa Arda tidak begitu menyukai berbaur dengan teman-teman lainnya. Kecuali untuk keperluan basketnya.
"Kita enggak ganggu kan, Elya yang ngajakin kita buat gabung."pamit Lia kepada Arda. Arda menoleh ke Lia dan dia mengangguk.
"Tentu saja." jawab Arda datar. Arda kemudian menoleh ke Atria dan Atria hanya tersenyum membalas Arda.
"Makasih ya, kamu udah ngajak kita gabung." ucap Atria kepada Elya yang tampak menahan kekesalannya itu.
"Bukan apa-apa kok, lagian kan lebih asyik kalau makan bersama daripada berdua doang." jawab Elya asal.
"Apa Arda beneran enggak apa-apa. Dia kan enggak suka bergabung dengan anak-anak lainnya." tanya Lia langsung yang membuat Arda menghentikan makanannya. Sedangkan Elya terkejut mendengar hal itu.
"Kalau kamu tahu itu, kenapa masih datang ke sini." jawab Arda membalas ucapan Lia. Atria tahu bahwa Arda akan menjawab jujur setiap perkataan Lia yang terus terang itu.
"Atria bilang Elya ngajakin, jadi enggak ada salahnya. Sepertinya Elya enggak tahu kamu lebih suka dengan dunia mu sendiri." ucap Lia yang tersinggung dengan ucapan Arda.
Elya menatap Atria dengan tatapan amarah yang tertahan. Rasanya saat ini ia ingin mengusir mereka, dan Elya melihat Arda yang mulai badmood gara-gara ucapan Lia itu. Sepertinya Atria sengaja mencari perkara dengannya dan sengaja membuat dirinya marah dan kesal.
"Ya udah kalau gitu mending kita pindah aja." ajak Atria kepada Lia dan Sila.
"Ya udah yuk." ucap Lia yang langsung berdiri, karena ia sudah kesal melihat Arda. Lia bisa dibilang orang yang tidak begitu menyukai Arda tapi ia juga tidak membencinya. Mereka bertiga pun beranjak dari tempat Elya dan Arda, sebelum benar-benar pergi, Atria menunjukkan senyum penuh kemenangannya kepada Elya yang tengah menatapnya tajam.