"Maaf." ucap Elya saat Atria, Sila dan Lia sudah pergi meninggalkan mereka.
"Bukan apa-apa." jawab Arda datar, meskipun ia tidak menyukainya namun ini bukan masalah besar karena Arda tahu Elya tidak mengetahui hal yang membuatnya tidak nyaman itu.
"Aku pikir kamu enggak masalah sama itu, lagian aku cuma ngajakin Atria, toh mereka bukan satu paket, jadi kenapa Atria ngajakin mereka." ucap Elya yang masih kesal dengan Atria, meskipun sebenarnya ia pun tidak mengajak Atria sama sekali.
Arda yang mendengarkan hal itu pun mendongak menatap Elya. Arda pikir Elya memang ngajakin teman-temannya itu, setelah mendengar apa yang Elya katakan. Arda jadi yakin kalau Atria sengaja melakukannya, jelas-jelas Atria mengetahui dengan baik bahwa Arda tidak suka bergabung dengan orang asing, meskipun mereka teman satu sekolah sekali pun.
"Kamu cuma ngajakin Atria?" tanya Arda memastikan kembali, Elya mengangguk sebagai jawaban.
"Apa Atria tidak mengatakan sesuatu kepada kamu?" tanya Arda lagi,
"Mengatakan apa?" tanya Elya, Elya tampak penasaran apa yang harus Atria katakan kepadanya menurut Arda itu.
"Ah, bukan apa-apa." ucap Arda kemudian, ia tidak ingin melanjutkan apa yang dikatakannya.
Arda yakin bahwa Atria memang sengaja melakukan hal ini, lagian Atria yang Arda kenal adalah orang yang tidak akan berbicara secara jelas tentang apa yang terjadi, sehingga tidak ada yang bisa menyalahkannya. Atria selalu seperti itu, seolah-olah itu bukan dia, dan selalu membiarkan orang lain menjadi salah paham.
"Ya udah, aku ke pergi duluan." pamit Arda segera beranjak dari duduknya.
Elya tampak kaget, ia kemudian menoleh ke piring Arda, di mana Arda tidak menghabiskan makanannya sama sekali. Elya yakin bahwa Arda merasa kesal dan badmood sekarang, dan semua itu karena Atria.
"Kamu mau ke mana?" Elya sedikit berteriak kepada Arda, sehingga membuat beberapa anak menoleh melihat ke arah Elya, namun Arda sendiri memilih untuk terus berjalan dan tidak menanggapi Elya meskipun ia mendengarnya.
Arda segera menuju ke taman tempat biasa di mana Atria duduk menghabiskan waktunya setelah makan siang menunggu bel masuk berbunyi. Saat Arda sampai di sana, ia belum melihat Atria sama sekali, jadi Arda memutuskan untuk menunggu Atria di sana.
Setelah beberapa saat Arda menunggu, Atria datang, kali ini ia tidak tampak membawa novel sama sekali ditangannya, tangan Atria tampak kosong. Atria berjalan mendekati Arda dan duduk di sebelah Arda.
Saat Atria sudah duduk di sebelahnya, Arda memilih untuk diam, membiarkan Atria untuk berbicara terlebih dahulu, karena ia tahu bahwa Atria akan mengatakan sesuatu, untuk membela dirinya. Atria pun juga diam, ia tengah memilih kata-kata apa yang akan ia ucapkan kepada Arda, tentu saja Atria melakukan hal itu dengan maksud dan tujuan, tapi ia yakin Arda tidak akan terlalu mempermasalahkannya, toh ini bukan masalah besar.
"Maaf ya soal yang tadi, aku juga lupa tidak memberi tahu Elya soal kamu yang tidak suka bergabung sama orang yang kamu anggap asing, anak-anak hanya senang karena Elya ngajakin mereka." ucap Atria kemudian, Arda menoleh kepada Atria,
"Apa Elya ngajakin kalian semua?" tanya Arda memastikan, ia ingin mendengar jawaban Atria, Atria mengangguk.
"Aku pikir Elya sudah mengetahuinya, karena dia sudah dekat sama kamu. Kalian sering bersama jadi agak aneh aja kalau Elya tidak mengetahuinya." Atria berbicara dengan hati-hati.
Arda tertawa sinis mendengar apa yang dikatakan Atria, Atria yang mendengar hal itu pun menoleh menatap Arda. Atria sedikit terkejut dengan reaksi Arda, kenapa Arda tertawa seperti itu, apakah Arda menertawakan apa yang diucapkannya atau Arda menertawakan bahwa yang diucapkannya adalah sebuah kebenaran.
"Aku juga minta maaf, karena sudah meminta kamu untuk menerima ajakan Elya. Aku harap kedepannya kamu tidak lagi melakukannya." ucap Arda kepada Atria, Atria terkejut mendengar ucapan Arda barusan. Arda menoleh kepada Atria, ia melihat wajah Atria yang tampak terkejut, namun Atria berusaha untuk terlihat baik-baik saja.
"Sepertinya, kamu lebih mempercayai apa yang dikatakan Elya." tuduh Atria kesal, mereka berdua masih saling bertatapan. Arda memilih untuk tidak menjawab, namun matanya masih menatap tajam kepada Atria.
"Apa yang sudah Elya katakan?" tanya Atria kemudian. Arda mengalihkan pandangannya dari Atria,
"Elya tidak mengatakan apapun, dia hanya meminta maaf atas ketidaktahuannya. Bukankah itu jelas-jelas bukan kesalahannya, ia hanya berniat baik, jadi kenapa ia harus meminta maaf." Arda membela Elya, ia tidak tahu kenapa ia harus mempermasalahkan hal sekecil ini.
"Seperti ada orang yang memanfaatkan ketidaktahuannya itu." ucap Arda lagi. Arda beranjak dari duduknya hendak meninggalkan Atria. Sebelum ia pergi, ia menoleh kembali kepada Atria yang kini hanya diam tanpa mengatakan apapun.
"Aku ke kelas duluan."pamit Arda.
"Sepertinya kamu menuduh aku yang memanfaatkan hal itu." ucap Atria yang tidak terima dengan tuduhan Arda. Arda berbalik menatap Atria yang masih duduk di tempatnya sedangkan pandangan Atria kini tengah menatap Arda.
"Aku tidak mengatakan hal itu, kenapa kamu berpikir seperti itu? Bukankah Lia ataupun Sila juga mengetahui tentang hal ini, bahkan anak-anak satu sekolah pun mengetahuinya." ucapan Arda ini mampu menohok Atria, Atria terdiam mendengarkan apa yang dikatakan Arda, seketika mulutnya terasa kaku.
"Aku harap kamu tidak berpikir bahwa kamu tahu segalanya tentang aku, Atria." Arda menekankan setiap kalimatnya.
"Apa yang kamu ketahui itu, sama saja dengan anak lainnya, tidak ada yang spesial." ucap Arda lagi dan berlalu meninggalkan Atria seorang diri.
Atria dibuat kesal oleh Arda, tidak hanya kesal tapi mungkin lebih kepada kecewa. Meski Atria sebenarnya tahu bahwa hubungan mereka tidak pernah spesial di mata Arda tapi Atria merasa kesal dan kecewa.
Sepertinya Apa yang Atria pikirkan akhirnya terjadi, di mana Arda tidak lagi membutuhkannya, dan ia telah menemukan orang yang baru untuknya. Sedangkan bagi Atria, ia masih membutuhkan Arda, tapi tentu saja Atria tidak akan mengemis untuk hal itu.
"Sepertinya Arda memang sangat menjengkelkan." Atria berbicara kepada dirinya sendiri.
"Siapa juga yang mau berteman dengannya, ok kalau itu yang dia mau, kita lihat seberapa bisa Elya memahaminya." ucap Atria yang kini tampak kesal.
Bel pun berbunyi yang menandakan bahwa sudah saatnya untuk kembali ke kelas. Beberapa siswa dan siswi kini telah berlarian menuju ke kelas masing-masing, Atria masih belum beranjak dari duduknya, sepertinya kelas akan menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan bagi Atria. Apalagi karena ia dan Elya duduk berdekatan.
Atria menarik napas dan membuangnya perlahan, ia harus menenangkan dirinya. Atria berjanji kepada dirinya sendiri, bahwa ia tidak akan membiarkan Elya untuk mengambil semua yang sudah menjadi miliknya. Elya bisa saja mengambil Arda dan teman-temannya di kelas, tapi tidak untuk di lingkungan sekolah dan prestasi. Atria tidak akan membiarkan hal itu, ia tidak ingin orang seperti Elya menghancurkan apa yang sudah ia bangun selama ini, Atria harus membangun kembali kepercayaan teman-teman kepadanya.