Chereads / Perfect Your Dream / Chapter 13 - Semakin Dekat

Chapter 13 - Semakin Dekat

Sudah hampir seminggu Elya berada di sekolah ini. Waktu berjalan begitu cepat bagi Atria, karena setiap hari Atria harus melihat hubungan Arda dan Elya yang semakin dekat. Ketakutan Atria sepertinya benar-benar terjadi, Atria merasa menjadi orang yang ditinggalkan, meskipun setiap hari ia masih bertemu dan berinteraksi dengan Arda.

Bel tanda istirahat baru saja berbunyi, Atria memperhatikan Elya yang terburu-buru memasukan bukunya sembarang ke dalam tas. Saat ini feeling Atria mengatakan bahwa Elya akan bertemu dengan Arda, mungkin mereka janjian untuk ke kantin bersama.

"Kamu mau ke mana kok keliatan terburu-buru gitu."Atria akhirnya memilih untuk bertanya, ia tidak ingin terlanjur memergoki Arda dan Elya bersama seperti sebelum-sebelumnya. Elya yang tengah memasukkan bukunya ke dalam tas pun menoleh kepada Atria.

"Ya mau ke kantin, kan ini jam istirahat."jawabnya dengan santai, tanpa berniat mengajak Atria sama sekali.

Tentu saja Atria mengerti dari jawaban Elya ini, ia memang akan bertemu dengan Arda dan akan makan siang bersamanya. Hal itu bisa dilihat dari eskpresi Elya dan kebiasaan Elya yang tidak pernah mengajak ia dan teman-teman yang lain seperti Sila dan Lia untuk bergabung dengan mereka. Padahal mereka juga akan sama-sama menuju kantin.

Setelah itu Elya segera berlari ke luar kelas seolah takut Atria akan mengikutinya atau menanyakan lebih banyak pertanyaan kepadanya. Atria hanya memperhatikan punggung Elya yang semakin lama semakin mengecil dan kini menghilang di balik pintu itu.

"Elya enggak makan bersama kita?" tanya Lia saat ia mengikuti arah pandang Atria. Atria menoleh menatap Lia yang saat ini sudah berada di sampingnya.

"Sepertinya begitu."jawab Atria.

"Elya kenapa bisa cepat banget dekat sama Arda?" tanya salah seorang teman kelas Atria, yang kebetulan ia duduk di belakang Atria. Atria dan Lia sama-sama menoleh ke sumber suara.

"Padahal Arda seperti itu, dinginnya melebihi es. Teman-teman basketnya aja enggak ada yang bisa mendekati Arda, padahal tau sendiri kan cowok itu sebenarnya yang paling mudah bergaul dan cepat banget akrabnya." sambung teman yang lainnya.

"Apa Arda menyukai Elya?" tanyanya lagi, Lia yang saat ini tengah berdiri di samping Atria pun menoleh ke Atria untuk mendapatkan jawaban.

"Ntahlah, aku juga tidak mengetahui masalah itu." jawab Atria sembari mengangkat bahu.

"Apa hubungan kamu dan Arda tidak seakrab yang terlihat?" tanya teman Atria lagi. Atria terdiam tidak bisa menjawab pertanyaan temannya itu, padahal Atria sendiri mengetahui bahwa hubungan mereka memang tidak seakrab itu, mereka tidak pernah menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi.

"Mungkin Arda belum sempat menceritakan itu sama Atria, kan kita akhir-akhir ini sibuk ujian."kali ini Lia membela Atria. Meskipun Atria berusaha untuk terlihat biasa saja, tapi Lia dapat menangkap ekspresi Atria, bahwa ia tidak nyaman dengan topik ini.

"Bisa jadi sih, lagian enggak apa-apa juga kalau mereka pacaran, mereka cocok kok."sahut teman yang lain yang juga mendengar pembicaraan mereka bertiga.

"Udah ah, aku ke kantin dulu ya."pamit teman-teman Atria itu. Kini tinggal Atria dan Lia yang sedang menunggu Sila menyelesaikan catatannya.

"Apa kita mau ke kantin?" tanya Lia sedikit ragu setelah melihat ekspresi Atria. Atria menoleh ke Lia dan tersenyum.

"Emangnya kamu enggak mau makan siang?" tanya Atria kepada Lia, Atria memperlihatkan senyumannya kepada Lia agar ia terlihat baik-baik saja.

"Kamu enggak apa-apa?" tanya Lia sedikit ragu.

"Memangnya aku kenapa?" Atria berusaha untuk menutupi perasaan tidak nyamannya saat ini. Atria tidak menyukai ketika teman-temannya mengatakan bahwa Arda dan Elya pasangan yang serasi. Jika teman-temannya mengatakan hal seperti itu berarti mereka mengagumi pasangan itu.

Atria merasa seakan tempatnya diambil oleh orang lain, apalagi orang itu Elya, yang ia tahu Elya tidak pernah mencoba untuk bergaul dan bersikap baik kepada teman-temannya di kelas. Elya yang tidak begitu menyukai belajar, dan hanya tertarik dengan fashion, setiap hari ia hanya membicarakan Fashion bahkan di mata Atria, Elya hanya bermain-main dengan hidupnya, bagaimana orang yang seperti itu bisa dikagumi oleh orang lain.

"Aku hanya merasa bahwa kamu saat ini sedang tidak ingin ke kantin."jawab Lia jujur.

Atria tersenyum kepada Lia, meskipun saat ini ia sedang tidak baik-baik saja, meskipun saat ini ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman. Tapi Atria mencoba untuk menyembunyikan hal itu. Ia tidak ingin menjadi Atria yang memiliki kelemahan, ia tidak ingin orang lain melihatnya terluka hanya karena Arda dan Elya yang semakin dekat itu.

"Apa kamu juga berpikir seperti anak-anak yang lain, kalau aku ... menyukai Arda?" tanya Atria. Lia otomatis mengangguk, memang selama ini anak-anak mengira bahwa Atria dan Arda berpacaran. Atria juga tidak pernah menegaskan atau memberikan jawaban kepada teman-teman yang lain sehingga mereka bebas berkelana dengan pikiran mereka masing-masing.

Kali ini pun seperti itu, lagi-lagi Atria tidak memberikan jawaban kepada Lia. Atria hanya tersenyum kepada Lia dan kemudian berjalan menuju ke meja Sila. Lia mengikuti Atria yang saat ini menuju ke tempat Sila.

"Jadi, beneran kamu enggak apa-apa?" tanya Lia sekali lagi memastikan keadaan Atria dan Atria mengangguk.

"Buruan lama banget sih."ucap Lia beralih menoleh kepada Sila, Sila mendongak menatap Atria dan Lia yang kini sudah berdiri di samping mejanya.

"Ia bentar sih, ini dikit lagi."ucapnya sembari mempercepat gerakan tangannya yang memegang pulpen di atas bukunya itu.

Setelah beberapa saat, barulah mereka menuju ke kantin. Dan benar saja dugaan Atria, ia melihat Arda dan Elya saat ini tengah duduk berdua. Lia kemudian melihat ke Atria, entah kenapa ia menjadi canggung dengan apa yang dilihatnya itu.

"Apa kita mau gabung sama mereka aja?" tanya Lia kepada Atria.

"Kenapa gabung di situ, kita kan enggak kenal sama Arda." Sila protes, tentu saja ia tidak akan merasa nyaman jika mereka bergabung bersama Elya dan Arda.

"Siapa yang enggak kenal. Dia anak sekolah kita."Lia juga protes.

"Maksudnya, kita kan nggak dekat dengan Arda." ucap Sila yang tidak ingin bergabung dengan Arda.

"Ya udah kita duduk di sana aja." Atria berbicara seolah-olah sedang menengahi Sila dan Lia yag berdebat. Padahal memang Atria sendiri yang tidak ingin bergabung dengan dua sejoli itu. Atria tidak ingin, Lia dan Sila melihatnya diabaikan oleh Arda hanya karena Arda asyik bersama Elya.

Mereka bertiga pun berjalan menuju meja yang ditunjuk oleh Atria, dan tentu saja tempat yang Atria pilih adalah salah satu tempat yang lumayan jauh dari Arda dan Elya. Namun selama perjalanan menuju ke mejanya, ia mendengar bagaimana anak-anak lain berbisik tentang Arda dan Elya, ataupun tentang Arda yang tak lagi bersama Atria.

Atria berusaha sebisa mungkin untuk mengabaikan hal itu, sesuatu yang membuatnya semakin tidak nyaman. Seharusnya ia mengikuti saran Lia untuk tidak datang ke kantin, tapi Atria tidak ingin terlihat seperti itu. Atria saat ini dipenuhi dengan pikiran-pikiran jahat yang melelahkan dirinya sendiri tentang bagaimana orang lain akan melihatnya ke depannya dan bagaimana orang lain akan mengagumi Arda dan Elya.