Chereads / Perfect Your Dream / Chapter 12 - Merasa ditinggalkan

Chapter 12 - Merasa ditinggalkan

"Kalian pacaran?" tanya Elya kemudian,

"Enggak." Arda yang menjawab pertanyaan Elya itu.

Atria terkejut dengan apa yang dikatakan Arda, meskipun ia tahu Arda mengatakan kebenarannya, tapi ntah kenapa dadanya saat ini terasa sakit. Atria yakin bahwa ia tidak menyukai Arda sama sekali, tapi ucapan Arda justru membuatnya merasakan sesuatu yang aneh dari dirinya, Atria tidak menyukai perasaan ini.

"Benar ternyata dugaan aku."ucap Elya memperlihatkan kesenangannya.

"Dugaan apa?" tanya Atria, ia dapat melihat Elya kini tampak lebih sumringah. Atria bisa menebak kalau Elya sepertinya menyukai Arda.

"Kalau kalian enggak pacaran."jawab Elya santai.

"Aku ke kelas dulu."pamit Arda kepada Atria, Arda beranjak dari duduknya dan berlalu meninggalkan Atria dan Elya.

"Kamu suka sama Arda?" tanya Atria akhirnya, Atria menatap Elya, berharap apa yang dipikirkannya tentang perasaan Elya kepada Arda itu hanya perasaan Atria saja.

Elya tersenyum dan kemudian ia mengangguk. Atria terdiam, ia tidak tahu dengan efek yang timbul dari pertanyaannya sendiri. Mungkin Atria hanya takut kalau Arda akan direbut darinya. Meskipun mereka tidak pacaran, meskipun ia tidak menyukai Arda, hanya saja ia tidak ingin orang lain juga akan mendapatkan apa yang ia rasa menjadi miliknya.

Jika Arda juga menyukai Elya maka orang lain hanya memandangnya sebagai orang yang pernah menakhlukkan Arda, atau orang yang tersingkirkan dan berarti posisi Atria akan tergantikan. Atria tidak bisa membayangkan, apa yang akan dikatakan teman-temannya nanti, meski sebenarnya ia tidak harus menggubris itu, toh itu juga tidak akan terlalu berpengaruh kepadanya. Atria hanya tidak suka, sesuatu yang sudah berhubungan dengannya kini menjauh darinya dan Atria tidak menyukai tentang orang yang tersingkirkan, itu menyakiti harga dirinya. Tapi sepertinya ini hanyalah ketakutan Atria saja.

Atria meyakinkan dirinya, ini hanyalah perasaan sepihak, ia tidak harus merasa terancam dengan kehadiran Elya. Belum tentu juga Arda membalas perasaan Elya, lagian yang Atria tahu, Arda bukanlah tipe orang yang mudah untuk didekati.

Atria juga sudah melihat bagaimana sikap Arda kepada Elya. Arda sama seperti biasanya, ia tetap bersikap dingin kepada orang lain. Lagian Elya sepertinya bukan tipe orang yang akan berteman dengan Arda. Seketika Atria memikirkan dirinya digantikan oleh kehadiran Elya, tidak hanya kepada Arda, tapi juga prestasi dan teman-temannya, jika seperti itu, apakah kehidupan yang Atria inginkan akan terwujud.

"Jangan bilang kamu juga menyukai Arda?" tebak Elya setelah melihat reaksi Atria. Atria tidak menjawab, ia hanya tersenyum. Atria tidak ingin memberikan jawaban kepada Elya, Atria akan membiarkan Elya berpikir semaunya saja.

"Yuk ke kelas."ajak Atria mengalihkan pertanyaan Elya bertepatan dengan bel berbunyi, sedangkan Elya, seperti dugaan Atria, ia sedang mencoba menebak jawaban Atria itu.

Atria dan Elya pun kembali ke kelas, di sana Lia dan Sila sudah duduk di bangkunya masing-masing. Saat mereka akan mengobrol, guru mata pelajaran segera masuk, sepertinya guru itu tidak ingin membuang waktu. Seakan tidak ingin membiarkan waktu berlalu begitu saja, ia langsung memulai pelajaran.

Seperti biasanya, sepulang sekolah Atria akan pergi ke toko buku tempat ia bekerja. Namun sebelum ia pulang ia ingin menemui Arda terlebih dahulu, mungkin Atria ingin memastikan bagaimana sosok Elya di mata Arda.

Saat Atria memasukkan bukunya ke dalam tas, ia sudah tidak melihat keberadaan Elya. Atria kemudian melirik Lia dan Sila yang juga sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Atria tetap melanjutkan kegiatannya, mungkin Elya sedang terburu-buru makanya ia tidak sempat pamit kepadanya, atau memang Elya terbiasa pergi begitu saja, lagian mereka juga tidak terlalu dekat untuk saling berpamitan.

"Elya udah pulang?" tanya Sila yang kini sudah berada di samping Atria.

"Mungkin, dia enggak bilang."jawab Atria seadanya.

"Kalian mau ikut nongkrong? Kita semua mau nongkrong di kafe biasa."ajak salah satu teman kelas Atria, yang memang suka nongkrong bersama.

"Aku dan Sila ikut."jawab Lia dari belakang sana, dia seenaknya membawa Sila padahal ia belum menanyakan pendapat Sila. Lia tidak akan membiarkan Sila pulang terlebih dahulu, karena ia pulang bersama Sila, dan tidak mau pulang sendirian.

Sila melihat Lia dengan sudut matanya, namun Lia seolah tidak peduli. Sila hanya bisa pasrah jika sudah begini, lagian selama ada Lia maka ia bisa menikmati waktunya. Sila dan Lia memang dikenal dengan sebutan satu paket, mereka selalu berdua, ntah karena terpaksa oleh keadaan atau memang karena keinginan mereka sendiri.

"Atria gimana?" tanya teman yang lain.

"Sorry, aku enggak bisa."tolak Atria dengan eskpresi tidak enak. Teman-teman Atria akan mengerti jika Atria bekerja paruh waktu, jadi mereka memaklumi Atria.

"Oh iya, nanti kalau udah nyusul ya, kita rencananya mau nongkrong sampai malam."mereka menawarkan kepada Atria.

"Dalam rangka apa?" tanya Atria kemudian sembari berjalan keluar dari kelas bersama teman-temannya itu.

"Tuh anak, baru jadian, sama anak SMA sebelah."ucap yang lain.

"Jadi traktir nih ceritanya."Atria menggoda temannya itu.

"Kamu datang ya, kita bakal tungguin sampai kamu pulang kerja."ucap teman yang akan mentraktir anak-anak cewek kelas XI.3 itu.

Atria hanya tersenyum, karena ia tidak yakin akan menyusul teman-temannya itu. Atria harus belajar untuk ujian yang akan diadakan sebentar lagi.

"Selamat ya." Atria tersenyum dan dibalas pelukan oleh temannya itu.

Setelah keluar dari kelas, anak-anak itu segera berpencar. Beberapa ada yang ke ruang guru, ke kantin dan juga ada yang langsung ke tempat yang telah mereka janjikan. Sedangkan Atria berjalan menuju ke kelas Arda yang berada di sebelah kelasnya. Atria melihat kelas Arda tidak begitu Ramai.

"Hai Atria." teman-teman kelas Arda memang ramah kepada Atria, bukan karena Arda tapi memang karena mereka menyukai Atria yang juga ramah kepada mereka sekaligus pintar. Mereka sering berdiskusi dengan Atria tentang pelajaran, dan Atria tidak pelit untuk waktunya, meskipun mereka tidak terlalu dekat.

"Ardanya mana?" tanya Atria kepada salah seorang anak yang kini berada di mejanya, meja yang paling dekat dengan pintu. Atria sudah melihat seisi kelas yang mulai sepi, ia tidak menemukan Arda berada di sini.

"Arda. Sepertinya udah pulang."jawabnya yang juga terlihat tidak yakin.

"Arda udah pulang, dia sama anak baru dari kelas kamu itu."sahut teman yang lain.

Setelah berterima kasih Atria segera meninggalkan kelas Arda. Biasanya Arda akan menunggu Atria untuk keluar kelas hanya untuk mengganggu Atria, tapi hari ini Arda langsung pulang, Atria merasa ditinggalkan.

Atria melangkah melewati satu persatu anak tangga, sepertinya kali ini ia akan pulang sendirian. Saat Atria baru keluar gerbang dan menuju ke halte busway, ia melihat Arda dan Elya, dan yang membuat Atria terdiam adalah ia melihat Arda tersenyum kepada Elya. Di mata Atria saat ini, Arda terlihat sangat akrab dengan Elya.

Atria ragu apakah ia akan menghampiri mereka, atau bersembunyi dan menunggu busway selanjutnya. Tapi untuk apa Atria bersembunyi, kali ini Atria benar-benar kesal dengan Arda yang tidak menunggunya, ketakutan Atria semakin menjadi. Atria membenci dirinya yang seperti ini, Atria tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.