Chereads / Red Hustle: Revenge of The Dark-Hearted / Chapter 16 - [Bab 15] Mimpi Sang Idola

Chapter 16 - [Bab 15] Mimpi Sang Idola

Kau bisa melakukan ini…..

Kau ini seorang idola….

Kau ini bintang….

Kau superstar...

Kau adalah....

Bib-bib! Bib-bib!

Suara alarm jam tidak ada henti-hentinya berbunyi untuk membangunkan pemiliknya. Orang yang dibangunkan akhirnya merasa terganggu dan tersadar dari tidurnya. Ia berada pada mood yang jelek ketika jam miliknya telah merusak mimpi indahnya. Segera ia mematikan alarm dan kemudian menatap langit-langit kamarnya cukup lama untuk mengumpulkan nyawa. Ia'pun bangun dan melihat cahaya matahari sudah menggedor-gedor masuk dari celah tirai jendela kamarnya. Tirai'pun dibuka olehnya dan cahaya matahari pagi menyeruak masuk menyilaukan matanya tetapi tidak sesilau itu karena dialah yang lebih bersinar, dialah sang superstar.

"Cindy! Apa kau tidur nyenyak semalam sayang?" tanya pria paruh baya di meja makan.

Cindy yang sedang menuruni tangga tersenyum kepada papa-nya, "Ya, pa, entah mengapa aku sangat mudah terlelap di rumah ini.."

"Papa-mu bertanya seperti itu karena selalu tidur lelap dan mengorok setiap malamnya. Dia bahkan tidak menanyakan istrinya sendiri apakah semalam tidur nyenyak atau tidak…" sahut Mama Cindy yang baru keluar dari dapur sambil menghidangkan sarapan ke atas meja.

"Mana mungkin aku lupa… apa tidurmu nyenyak semalam sayang?"

"Tidur siangku lebih baik dari malam-malam bersamamu, Roach." Jawab Mama-nya datar.

"Oh ya? Bagaimana kalau kita bersenang-senang hari ini? Menghabiskan siang dan malam bersama …."

"Hm… kau memang selalu tidak tahu tempat. Kita sedang kedatangan tamu, kau tahu?"

"Hoho maafkan aku kalau ada Cindy di sini, aku hampir kelupaan. Nah Mari kita makan." Ajak Roach pada keluarga kecil tersebut.

Inilah pemandangan yang tidak dan ingin Cindy lihat. Ada empat kursi di sana, tiga diantaranya terisi. Dan salah satu yang mendudukinya adalah palsu. Roach sebenarnya bukan ayah kandung Cindy. Kedua orang tuanya sudah lama bercerai saat dia SMP. Akibat kecelakaan yang kakaknya alami orang tuanya harus mengeluarkan jumlah uang yang tidak sedikit. Walau'pun mereka mendapatkan uang tebusan tapi tetap saja itu tidak dapat menutupi biaya yang besar untuk kecelakaan itu. Saat itu terjadi masalah financial di Ouro yang membuat banyak pekerja yang kehilangan pekerjaannya termasuk ayahnya. Pada situasi dan waktu yang tidak tepat itu terjadilah keretakan rumah tangga dan akhirnya mereka berpisah secara sah. Cindy ikut dengan mama-nya, sedangkan kakak-nya ikut dengan ayah-nya. Ia dan kakak-nya sangat dekat dan suka bermain bersama sejak kecil. Ia suka mengoleksi kostum-kostum imut. Tidak jarang ia menjadi korban hobi kakaknya bahkan pernah orang lain menjadi korban hobinya. Yang ia tahu kakak-nya punya sisi gelap tersendiri.

Walau masa-masa itu tidak semenyenangkan sekarang tetapi ia merindukannya. Walau bukan mansion, rumah yang ditempati mama-nya luas dan terdapat banyak kamar. Rumah itu sejatinya milik Roach, ayah tirinya, yang memiliki usaha warisan keluarga di penjuru Eropa. Dia dengan gagah berani menikahi ibunya yang hampir satu dekade lebih tua darinya. Dengan kekayaan ayah tirinya yang melimpahlah, apapun bisa ia dapatkan termasuk mimpinya menjadi seorang idola.

"Bagaimana persiapan-mu untuk konser sore ini?" tanya Roach yang melahap sarapannya berupa salad.

"Sudah…. Makanya aku kemari untuk menenangkan diri dan meminta restu kalian.." jawab Cindy.

"Kali ini tidak akan batal seperti yang di GMD'kan? Kudengar konser kali ini banyak yang yang ragu membelinya…"

"Roach!"

"Tidak Pa, kali ini kami akan benar-benar tampil di sana.." jawab Cindy dengan senyum yang sangat jelas dipaksakan. Kini hidangan di hadapannya sudah membuatnya tidak berselra. "… sebaiknya aku segera bersiap-siap sebelum managerku menemukanku menghilang di apartemen…." Cindy segera bangkit dan meninggalkan meja makan. Ia langsung pergi ke kamarnya yang berada di lantai atas dan mematung di depan lemari. Terdengar suara langkah kaki yang mengikutinya hingga ke ambang pintu kamarnya. Ibunya'pun datang dari belakang lalu memeluknya dengan penuh kasih sayang.

"Ada masalah apa Shaun? Aku minta maaf atas ucapan Roach. Dia masih harus membiasakan diri ketika berbicara di depan anaknya sendiri…" tanya sang ibu sambil membelai rambut anaknya yang panjang.

"Aku bukan Shaun, Ma, namaku Cindy sekarang.."

"Mau kau Shaun atau Cindy, kau tetaplah anakku….." Mama'pun mengelus ubun-ubun Cindy. "..Aku tahu kau akan kemari jika ada masalah… ada masalah apa? Mama akan dengarkan semua masalahnya."

Cindy tidak merespon pertanyaan Mama-nya. Ia memilih diam.

"Ini masalah idola-idola itu, bukan?" Mama menghela nafas panjang. "…Kalau sudah tidak bisa lebih baik kamu mundur saja dan buat kehidupan yang baru, toh dunia ini luas.." ujar Mama dengan lembut.

"Salah Ma… salah…. Semuanya serba salah Ma! Mama tahu'kan menjadi idola sudah lama menjadi impianku? Aku sudah hampir mendapatkan semuanya, tetapi kini tiba-tiba saja perlahan semuanya hancur Ma!", Cindy terisak. "Hampir semua anggota dan kru perlahan mau mengundurkan diri…. Padahal kita hampir berada di puncak dunia hiburan sekarang… Kenapa mereka malah ingin meninggalkan grup hanya karena ingin kuliah atau mencoba profesi lainnya, padahal kita'kan sudah hampir mendapatkan manisnya? Mama tahu tidak mendapatkan anggota baru yang cocok itu tidak gampang!? Makin kesini aku tidak tahu lagi setelah konser ini siapa yang akan meminta keluar…" Cindy terisak dipelukan Mama-nya yang mengerti bahwa anak-nya mengalami pukulan dari realita dunia hiburan yang kejam.

"Mau bagaimana'pun itu pilihanmu. Kau ingin menjadi idola, seperti inilah rasanya. Kau ingin menjadi pengusaha, maka rasanya'pun tidak sama. Ini pelajaran bagimu dari apa yang kau sudah pilih. Kau ini juga masih muda, mengapa kau tidak mencari profesi yang lain yang sekiranya menarik hatimu?"

"Tetapi kakak… dia selalu mendapatkan apa yang dia inginkan.. bahkan setelah kecelakaan itu dia masih bisa berhasil mendapatkan mimpinya menjadi seorang presenter!"

"Dia tidak mendapatkan itu semua dengan sendirinya, dia berusaha bahkan kuliah untuk mencapai mimpinya.."

Cindy merasa tersinggung mendengar perkataan Mama-nya barusan.

"Mama tidak menyuruhkan untuk berkuliah'kan? Mama tahu aku tidak suka belajar!? Aku ini ingin menjadi idola agar semua memperhatikan aku dan selalu memikirkan aku, tidak seperti kalian yang hanya memperhatikan Kakak. Selalu Kakak yang menjadi nomor satu!"

"Bukan begitu Shaun.." Mama spontan menutup mulutnya ketika nama lama Cindy hampir tersebut olehnya. Cindy menatap sinis Mama-nya itu.

"Mama bahkan tidak menerima diriku yang sekarang, bukan begitu? Bahkan faktanya ini merupakan hasil upaya suami Mama yang sekarang demi mewujudkan mimpiku?"

Mama Cindy langsung geram dan membentaknya setelah mendengar perkataan Cindy yang kurang sopan.

"Jaga ucapan-mu! Dia itu Papa-mu juga! Aku tidak pernah tidak mengajarkan sopan santun kepadamu! Aku bahkan tidak pernah mengerti mengapa anak laki-laki sepertimu malah bertingkah seperti wanita dan berakhir seperti ini! Sejujur jujurnya aku merasa malu..!"

Suasana kemudian hening. Tidak ada suara yang keluar. Tidak ada yang bergerak. hanya hati mereka yang kini bergejolak di tempat.

Cindy terpukul dengan ucapan Mama-nya, kepalanya tertunduk menempel pada pintu lemari. Sedangkan Mama-nya juga merasa bersalah dengan mengeluarkan perasaan sebenarnya di depan anaknya yang berada dalam situasi sulit. Mereka berdua mematung tidak bergerak di tengah keheningan pagi itu. Mama menghela nafas panjang.

"Kau tahu saat kau meminta Papa untuk operasi itu, awalnya Mama menolak. Mama sudah memiliki firasat jika mimpimu itu tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya kau mampu. Bahkan saat semuanya berjalan baik-baik saja di akademi atau saat wajahmu akhirnya sering muncul di televisi, Mama sudah memiliki firasat bahwa semuanya akan ada masa jatuhnya. Di dunia ini tidak ada yang abadi. Semua ada pasangannya. Ada baik dan buruknya. Begitu'pun dengan mimpimu itu, kau sudah melihat hal buruknya yang selama ini kau kira bakal terjadi namun nyatanya lebih buruk dari itu. Semuanya ada jalan keluarnya, Cindy. Semuanya ada alternatifnya. Tidak selamanya orang bisa menggapai mimpinya bahkan tidak jarang pula mereka mendapatkan mimpi yang sama sekali tidak diinginkan pada awalnya. Tukang sapu tidaklah menginginkan menjadi tukang sapu sejak lahir. Tetapi ia tetap mengerjakannya. Karena apa? Untuk bertahan hidup. Dan mungkin setahun-dua tahun setelahnya kita tidak melihat tukang sapu itu lagi karena sudah pindah jabatan atau bekerja di tempat lain. Hidup itu selalu berputar, Cindy, sama seperti semesta ini bekerja. Itulah mengapa setiap kita tidur mimpi kita tidak pernah sama. Itulah mengapa bintang-bintang ada yang bersinar terang dan redup tetapi apa positifnya? Mereka hidup walau tidak dikenal. Mereka masih bisa hidup meskipun manusia yang ada di bawahnya tidak ada yang mengenali mereka. Mereka bersinar untuk dirinya sendiri. Ketika mereka sudah bersinar mungkin ada beberapa orang yang menengok ke atas dan berkata 'oh bintang yang itu indah' dan berlalu begitu saja. Yang Mama mau adalah jangan karena mimpimu itu kau tidak bisa menikmati hidup. Kau ini masih muda. Masih banyak peluang di luar sana selain menjadi seorang idola. Atau paling tidak Mama mau kau berkuliah dahulu agar kau memiliki kredibilitas yang layak. Itu maksud Mama"

Mama kembali memeluk Cindy dan mencium ubun-ubunnya.

"Mama hanya bisa mengharapkan yang terbaik untukmu, Cindy. Ini kehidupanmu, tetapi kau ini anakku dan sebuah kewajiban bagiku untuk terus mengarahkanmu bagaimana seharusnya menjalani hidup. Mama tahu kau sudah melakukan yang terbaik. Mama bangga kau dapat membentuk grup idolamu, Cindy.". Cindy tidak merespon. Mama akhirnya mengelus kepala Cindy lalu keluar dari kamar. "Jika kau sudah mau pergi tidak pakai permisi'pun tidak apa-apa. Ini rumahmu, Cindy."

Cindy masih mematung setelah mendengarkan penjelasan mama-nya barusan. Ia sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi kepada mama-nya. Ia tidak mau memikirkan apa-apa lagi karena konsernya sore ini. Ia harus segera bergegas menemui tim-nya yang pasti sudah standby di lokasi untuk melakukan geladi. Tiba-tiba saja teleponnya berbunyi setelah dicek ternyata dari manajer-nya. Ia'pun mengangkat.

"Iya… Halo… Aku akan segera ke sana kok." Sahutnya langsung dari balik telepon.

"Sakura! Ada berita buruk!"

Cindy sudah tidak bisa menahan segala berita buruk sebulan terakhir ini.

"Petra tidak mau ikut tampil konser katanya dia….."

Prak!

Ponsel'pun dibanting olehnya hingga hancur. Ia sudah tidak mau mendengar alasannya lagi. Ia sudah muak dengan berbagai alasan anggota idol grup-nya tidak mau tampil. Ia sudah tidak mau kehilangan banyak fans lagi. Ia tidak mau kehilangan sponsor lainnya.

Terpaksa ia harus menggunakan cara keras.

Terpaksa ia harus menggunakan mantra.