"Sakura! Ah.. kau akhirnya datang juga…. Kau tadi tidak mengangkat teleponku berkali-kali..." Sambut sang manager.
"Ponselku tadi tercebur di toilet…."
"Ah alasan lama…! Cepat aku ingin kau ngomong dan menyemangati tim. Moral mereka menjadi tidak bagus setelah mendengar Petra tidak mau manggung sore ini…. Cepat! Ya tuhan… semoga tidak hujan sore ini..…. Mereka ada di ruangan seperti biasa...nanti aku akan menyusul…" dengan sekejap Cindy melihat punggung managernya menghilang di sudut lorong.
Memang sudah tidak asing bagi Cindy yang menjadi kapten dari idol group Re:Star, ia harus menjadi penyemangat dan penampung keluhan dari para personil grup. Walau tugasnya sangat berat, ia selalu berusaha menjalankannya semaksimal mungkin. Hingga seringkali ia tidak menemukan titik temu dan sadar diri bahwa dirinyalah yang menhambat jalan orang lain. Satu persatu personil mulai meninggalkan grup. Dimulai dari akhir tahun lalu saat salah satu personil, Autumn, mengundurkan diri setelah sebelumnya sering mengeluhkan sering dilecehkan secara verbal oleh manager mereka sendiri, Pedro. Pedro memang sudah memiliki rahasia umum memiliki mulut yang ceplas-ceplos. Mungkin karena dia gay, dia pikir berhak seenaknya menghina bagian-bagian yang sensitif bagi wanita. Lalu katanya dia juga sudah tidak betah dengan manajemen akademi yang terlalu ketat dan juga sering memberikan 'janji palsu' sehingga pada akhirnya ia memilih keluar dan menjalani kehidupan baru.
Hal ini terjadi lagi tepat sebelum event perilisan album di GMD beberapa waktu yang lalu yang berakhir gagal akibat tiga orang dipecat akibat dampak dari skandal-skandal yang di media. Rosa dikabarkan tertangkap kamera sedang duduk minum-minum bersama pria-pria kaya di sebuah klub, lalu Ann juga tertangkap kamera sedang ditilang polisi karena menyetir sambil mabuk, dan satu lagi, Miria, yang diperiksa polisi akibat keterlibatannya dalam penggunaan narkoba. Hal yang turut disayangkan adalah mereka merupakan orang di bagian visual dan face of group yang merupakan aset pendapatan terbesar untuk biaya operasional grup. Karena tidak tahan dengan semua tekanan yang dibuat media, dengan segera akademi memutuskan untuk memecat mereka dan menghilangkan mereka dari dinding ketenaran. Skandal itu bukanlah factor utama ketiga personil itu dipecat. Belakangan terakhir manajemen internal akademi memang sedang berantakan. Mereka sering telat menggaji personil, konsep proyek yang seringkali tidak jelas arahnya juga perlakuan tidak menyenangkan'pun bukanlah hal menjadi hal yang tabu di dalam internal manajemen. Ini sering membuat para personil tidak nyaman dan berakhir merasa tertekan dengan sanksi-sanksi yang diberikan akademi. Bahkan menurut kabar mendengar bahwa Miria, yang terkait penggunaan narkoba, menggunakan narkoba jenis anti-depresan. Efek kelanjutannya ia juga mengalami trauma dan tidak mau pergi ke keramaian akibat tekanan hebat selama masih berada di bawah naungan akademi. Hal yang disayangkan juga waktu itu adalah kondisi grup yang sangat terguncang mendengar kasus-kasus teman-teman mereka padahal tampak di luarnya mereka baik-baik saja. Pada akhirnya membatalkan event tersebut dan sebagai gantinya merilisnya di theatre milik akademi.
Dengan empat orang keluar dari awal terbentuknya dua belas orang, kini hanya tersisa delapan dan kali ini juga ada salah satu anggota yang mogok manggung dan pasti sudah memiliki niatan untuk keluar. Ini menambah beban pikiran Cindy. Ia paham bagaimana efek domino yang akan terjadi.
Keadaan Re:Star semenjak pembatalan itu membuat kredibilitas dan profesionalitas mereka diragukan di mata publik. Fans mungkin masih ada yang percaya ada juga yang tidak. Tetapi kini para sponsor mulai memantau mereka. Jika mereka tidak lengkap atau kehilangan personil lagi maka daya tarik mereka bisa hilang. Walau mereka sebagai grup tetapi tetap saja produk mereka bukanlah grup itu sendiri melainkan para personilnya. Belum lagi Petra adalah bagian vocal dan yang paling menonjol saat perform. Hilang satu maka struktur saat perform akan diubah pula jadi mengambil seorang lulusan akademi yang baru di wanktu yang singkat ini bukanlah pilihan yang tepat.
Cindy juga tahu realitanya. Dia dan grup-nya sudah diujung tanduk Industri hiburan yang tengah berputar cepat. Puncak ketenaran mereka sangat cepat datang dan perginya. Ia tahu sekarang orang lebih memilih mendengarkan aktris girlband dari Korea yang jauh lebih menarik begitu'pun para sponsor yang menganggap mereka lebih menguntungkan dibandingkan mereka yang hanya sebagai brand lokal Ouro dan Spanyol. Mereka ini sudah kuno. Agensi beserta Akademi yang menaungi mereka sudah tidak jelas manajemennya. Tetapi bukankah memang ini kemauannya? Bukankah ini mimpinya? Menjadi seorang idola?
Iya….
Inilah realitanya…..
Setelah seorang kru menabrak bahunya ia kembali tersadar dan langsung menuju tenda talent. Berbagai kru mondar-mandir di backstage membuatnya sedikit linglung padahal ia sudah sering kemari. Mereka semua sedang memastikan bahwa semuanya sudah siap. Lighting, sound system, bahkan perangkat-perangkat lainnya sudah disetel untuk pertunjukan sore ini. Geladi bersih sudah hampir dimulai dan para talent harus segera bersiap untuk melakukan geladi. Cindy merasakan sesuatu yang jauh berbeda dibandingkan event-event konser sebelumnya. Mungkin karena ini bukanlah event mereka sendiri melainkan acara konser penutupan musim panas oleh salah satu stasiun televisi yang bernama How Your Summer Should be Ended (HYSSE).
Cindy menatap tirai di mana grupnya menunggu dan berkumpul. Ada yang aneh. Ia merasa sangat terasingkan karena hanya dialah yang belum berada di sana. Dengan tarikan nafas yang panjang Cindy memberanikan diri untuk memasuki tirai tersebut.
"Cindy kau akhirnya datang...! Kau pasti sudah mendengarnya… ini sangat buruk…. Cin…. sangat buruk.." sambar Nico yang langsung beranjak dari tempat duduknya. Semuanya'pun menghampiri Cindy.
"Aku sudah menelpon Petra tetapi dia tidak mau mengangkatnya" sambar Rena menginfokan.
"Gimana ini… Petra penting banget posisinya….Mau diubah formasi kita juga susah…." timpal Nico lagi yang orangnya memang suka heboh.
"Iya… bisa kacau kita sore ini…"
"Uh… aku jadi MC lagi…"
Keadaannya kacau. Semuanya gelisah. Cindy harus memegang kendali seluruh personilnya.
"Tenang…. Tenang dulu semuanya...duduk dulu! Kita akan selesaikan ini dengan kepala dingin ok?" ujar Cindy menginstruksikan. Mereka semua'pun duduk di bangku masing-masing. Setelah semuanya tenang Cindy membuka suara tetapi tiba-tiba sebuah kepala mucuk dari balik tirai mereka yang kemudian berteriak.
"….Siap-siap….! Geladi bersih 20 menit lagi!"
Kru itu'pun pergi melanjutkan tugasnya. Mereka hanya bisa membisu untuk beberapa detik hingga akhirnya Cindy kali ini benar-benar membuka suaranya.
"Dengar… aku tahu kita sedang mengalami masa-masa sulit sekarang. Tapi sekiranya kita mampu lho… menampilkan sebuah pertunjukan yang terbaik bagaimana'pun itu situasi kita sekarang….. Banyak orang yang di luar sana sedang menunggu kita. Kita tidak boleh lari dari keadaan. Mereka menunggu kita. Mereka...."
Tiba-tiba salah personilnya menangis sendu di tengah monolognya.
".. Kiki, ada apa?"
"Dari kemarin ia bilang sudah tidak kuat berada di idol grup ini. Dia beberapa hari yang lalu meminta manajemen untuk membuat graduasi untuknya tetapi mereka menolak karena masih bayang-bayang pemecatan tiga anggota kemarin masih hangat. Kini dia sudah tidak ada pilihan lagi bertahan lebih lama." Kata Morgan yang duduk di sebelah Cindy.
Cindy yang mendengarnya langsung menghampiri Kiki yang tampak mengalami mental breakdown.
"Sudah…. Jangan menangis lagi….."Ujar Cindy yang berjongkok di depan Kiki "…kau bisa melakukan ini... anggap saja ini seperti acara kita yang biasanya. Kau bisa…. Kau tidak mengalaminya sendiri. Kau ini bagian dari kita. Bukankah kita sudah melewati berbagai hal bersama? Di panggung bersama. Di akademi bersama. Aku tahu di sini kurang menyenangkan. Tetapi setidaknya kuatkan dirimu demi event ini. Kita sudah latihan untuk ini. Kita tidak bisa mengecewakan para fans atau orang-orang yang sudah rela kemari. Jika kau memang ingin sebuah perpisahan maka anggap event besar ini adalah event terakhir yang kau lakoni bersama kami. Aku menghargai keputusanmu tetapi bukan berarti kita memang menginginkanmu pergi. Kau…." Kiki tiba-tiba saja berdiri lalu menatapnya tajam dengan mata yang masih basah.
"Kau selalu begitu! Kau memang selalu tidak mengerti apa yang tengah terjadi…..! Apa kau sadar dengan situasi kita saat ini!? Kita ini sudah tamat! Apa kau sadar agensi yang mengurus akademi sudah tidak peduli lagi dengan kita dan memulai proyek baru yang lebih kekinian dan trendi? Mereka sadar kita ini sudah tidak laku! Kita ini secara tidak langsung sudah didiskotinyu! Anak-anak yang masih di akademi bukan untuk kita lagi! Lagipula bagi mereka uang yang kita hasilkan sudah tidak sepadan lagi dengan apa yang mereka keluarkan! Akhirnya apa? Kita setiap hari dihina, dilecehkan! Kau enak bukan perempuan sejak awal! Tidak sejatinya tidak tahu bagaimana rasanya dilecehkan dengan para bajingan di dalam akademi? Kita ini boneka mereka! Kita ini mainan mereka! Kita ini…"
"Kiki jangan bicara seperti itu pada Cindy..!"
"Kiki apa kau sadar bagaimana pengorbanan Cindy hingga menjadi seperti ini..!?"
Kiki tidak melanjutkan kata-katanya. Ia kembali terduduk di kursinya dan kembali menangis. Beberapa personil lain mulai merasaan efek negative atas apa yang dikatakan oleh Kiki. Mereka sadar posisi mereka tidak baik-baik saja. Mereka entah tinggal beberapa lama lagi benar-benar akan didiskontnyu.
"….Apa benar itu kapten…. Kita sudah tidak laku..?"
"Kalau begitu aku seharusnya mengikuti perkataan mama untuk tidak ikut idola-idola itu.."
"… kini aku menyesal kenapa aku tidak ikut kuliah bersama teman-temanku…."
Suara-suara itu membuat tangan Cindy mengepal dengan kuat. Sesuatu dari dalam dirinya terasa ingin cepat-cepat keluar.
"Cukup!!" Cindy meledak. Ia lalu berdiri di depan kursinya dan menatap para personilnya satu-persatu. "…Kalian semua berada di bawah komandoku! Kalian patuh padaku!". Sekejap seluruh personil mematung dan menatap kosong kearahnya. "…Tidak ada yang keluar grup tanpa seizinku…. Kalian semua adalah aset milikku…".
Gadis berambut pink itu bertepuk tangan dua kali.
"Semuanya bersiaplah untuk geladi….. dan tunjukan pada para bajingan itu kita sudah siap untuk tampil sore ini. Untuk masalah Petra tidak perlu dikhawatirkan..... Dia sudah pasti akan datang."
Seluruh personil mulai memakai kostum yang sudah disiapkan begitu'pun Cindy. Mereka tidak berbicara sama sekali. Cindy mencoba mengatur nafas setelah kekacauan barusan yang hampir di luar kendalinya. Ia'pun menatap wajahnya di cermin rias. Wajah cantiknya terpantul di cermin. Kornea bewarna pink-nya juga tampak mengkilat. Ia tersenyum manis untuk meyakinkan dirinya.
Semuanya akan baik-baik saja.
Semuanya sudah terkendali.
Karena dialah yang mengendalikannya.
Di lorong backstage tampak seorang gadis tergesa-gesa berjalan dengan tatapan datar. Seseorang yang mengenalinya'pun langsung menyambutnya.
"Oh Petra….. syukurlah kau kembali…. Teman-temanmu sudah mau naik ke atas stage. Sono cepat ganti baju ….. Uhh hei…..cih.. sombong sekali.." kata Pedro melihat Petra masuk ke backstage tanpa mempedulikan kehadirannya. Tiba-tiba saja ponselnya kemasukan panggilan. "Uh…. Hello…. Kenapa Bu direktur….?...HAH... dipecat!? lho kok bisa begitu? Kita sudah mau perform lho, saya juga sudah menyiapkan semuanya….. kenapa malah saya yang di..... Ah….i-itu…" Telepon ditutup. Jelas itu adalah panggilan pemecatan yang tidak mengenakkan karena ibu direktur sudah tahu kelakuan dan rahasianya terhadap anak-anak akademi. Dia diminta mundur dari event itu sekarang juga dan katanya juga akan ada manager baru yang datang untuk menggantikannya.
Pedro seketika kesal dan membanting ponselnya ke lantai. Ia'pun pergi sambil ngedumel pelan dengan tangan dikepal.
"Dasar si gembrot tidak berguna…"
Di dalam tenda talent Re:Star semuanya tampak normal seperti biasa. Seluruh personil Re:Star sudah mengenakan kostum berupa seragam sekolah musim panas termasuk Petra yang kurang lebih baru saja datang. Tidak ada sambutan. Tidak ada kata-kata maaf. Ruangan itu sunyi dengan wajah kapten yang tersenyum puas pada para personilnya yang sudah lengkap. Kini mereka akan siap melakukan geladi bahkan untuk perform sore ini. Tinggal sentuhan mantranya saja.
"Girls…. Rise and Shine!"
Geladi bersih sudah berakhir. Tidak ada yang cacat. Mereka geladi di depan lapangan kosong yang dikelilingi tirai hitam. Geladi yang sebagian besar berupa mapping dan pengecekan perangkat itu sudah selesai. Sisanya hanyalah eksekusi sore ini yang tinggal beberapa jam lagi. Semuanya berjalan sesuai rencana, semua personil sudah melaksanakannya dengan baik. Semua kru dan personil puas terutama Cindy. Turun dari backstage Re:Star disambut oleh sesorang pria akhir tiga puluhan yang terlihat tidak asing bagi mereka.
"Mr. Roger kenapa bapak ada di sini?" sahut Kiki sedari mengenali siapa pria tersebut.
"Mr. Roger!" sambut personil lainnya.
Mr. Roger adalah seorang produser sekaligus manager yang cukup terkenal di agensi. Ia terkenal sangat ramah dan perhatian terhadap anggota yang di bawah naungannya. Dia juga yang menjadi produser projek baru agensi yang kini sedang membangun industri girlband. Entah apa yang dia lakukan kemari. Tetapi seseorang tahu mengapa.
"Hai…. barusan aku dapat telepon dari Mrs. Guevara katanya manager kalian dikeluarkan. Jadi aku diminta beliau untuk menggantikannya mulai dari hari ini…"
Wajah seluruh personil mendakak cerah mendengarnya. Termasuk Cindy yang melihat rencananya berjalan semestinya.
Singkirkan Pedro…. Selesai.
Mereka'pun kembali keruangan mereka penuh canda tawa terutama melihat sang vocal, Petra, telah kembali.
"Petra … huhu…. Aku kangen bangetttt…." ucap Miria yang langsung memeluk Petra setelah pintu tertutup.
"Petra jangan tiba-tiba kabur gitu dong…. Kita'kan jadi khawatir kamu kenapa-napa.." timpal Miria yang memang dikenal dekat dengan Petra. Semuanya mengerumuni Petra setelah ia hampir tidak akan tampil sore ini.
Petra menatap Cindy yang masih memandang pemandangan itu dengan senyuman datar. Cindy menatapnya seakan-akan memberi pesan lewat telepati. 'Sudah nikmati saja, tempatmu adalah di sini…'
Masalah Petra….. selesai.
Dari luar ruangan dua orang staf terdengar sedang mengobrol.
"Tadi kata bagian sales barusan tiket masuknya tiba-tiba ludes dalam kurang lebih tiga puluh menit!"
"Habis dalam sekejap? Kok bisa? Ini'kan bukan acara yang melibatkan musisi-musisi terkenal manca negara?"
"Aku tidak tahu… tetapi yang jelas kita akan kedatangan banyak tamu sore ini…"
Masalah penonton….. selesai.
Kini semuanya berjalan sesuai rencana.
Sudah tidak ada lagi yang dapat menghentikannya untuk bersinar.
'Wah…. Kau memang cocok mengenakan gaun princess ini….'
'Kyaaaaa…. Kau imut bangetttt, sini aku foto...'
'…..Sedikit blush saja dan kau akan tampak sempurna…'
'….Tadaaaa….. lihat kau menjadi sangat imut…. Ah…. Aku yang perempuan saja sampai iri….'
Begitulah reaksi kakak Cindy saat pertama kali mencoba mendandaninya ala putri di film-film Disney. Cindy hanya bisa pasrah melihat kelakuan kakaknya yang mencoba sedikit make-up milik ibunya pada wajahnya. Namun ia teramat terkejut ketika melihat wajahnya berubah total pada bayangan cermin. Entah mengapa ia merasa itu seperti bukan dia. Dia tidak lagi seperti bocah laki-laki berumur enam tahun. Disitulah ia tahu ada keindahan dan kemolekan yang terpendam di dalam tubuhnya. Di saat itulah ia menyukai kecantikan dan hal yang berbau perempuan.
Suatu hal yang tidak wajar memang bagi seorang bocah laki-laki seusianya yang pada akhirnya lebih suka bermain boneka dan cosplay. Sejak kecil Cindy tidak memiliki teman dan dia merupakan juga anak yang pemalu. Hanya kakak perempuannya yang selalu menemani hari-harinya bermain permainan anak perempuan. Kakak-nya memang suka dan ahli menjahit. Ia bahkan sudah bisa membuat baju atau kostum sendiri semenjak umur delapan tahun. Keahlian itu diturunkan oleh ibu mereka yang juga ahli menjahit walau pekerjaan sehari-harinya adalah seorang sales di sebuah perusahaan otomotif.
Cindy semenjak kecil sudah sering ditinggal sendiri. Sebagian besar waktu kedua orang tuanya dihabiskan untuk bekerja dan di rumah hanya ada dia dan kakak perempuannya. Kakak perempuannya sangat menyayanginya. Mereka sering menghabiskan waktu bersama. Ia sering didandani dan dijadikan model dari kostum-kostum yang dibuatnya. Suatu saat mereka berdua menonton televisi yang menampilkan sebuah idol grup dari Jepang yang sedang populer kala itu. mereka berdua tampak terpesona dengan tampang dan karisma yang diberikan salah seorang member idola yang memang cukup dikenal. Kakaknya pada saat itu juga berkomentar.
'Kau tahu Shaun. Walau aku jago menjahit dan membuat baju tetapi aku juga bermimpi ingin tampil di hadapan orang-orang banyak dan menjadi terkenal. Aku ingin wajahku muncul di televisi dan mereka akan mengenalku sebagai reporter nomor satu di Ouro bahkan juga Eropa. Bagaimana denganmu Shaun, apa kau punya mimpi?'
Cindy masih menatap para idola dari Jepang tersebut. Kulit mereka bersih, rambut mereka tertata secara menawan, dari tampilan saja mereka terlihat sangat sempurna, Cindy mengaguminya, ia mau seperti itu, ia mau menjadi sempurna dan bersinar seperti mereka.
Ia ingin menjadi seorang idola.
"Yang ditunggu-tunggu di How Summer Should Ended Festival dengan MC kita Sakura dan Livi dari Re: Star..!!"
Tepuk tangan'pun meriah. Kedua gadis berambut pink dan ungu itu'pun muncul dari balik belakang panggung.
"Halo semua..!! Gimana kabarnya apakah sehat!?"
Riuh penonton terdengar menjawab pertanyaan kedua MC tersebut.
Operasi pergantian kelamin'pun tidaklah murah bahkan ia harus terbang dan dirawat di salah rumah sakit Thailand untuk waktu yang cukup lama. Ia telah mengobarkan secara lahir batin terhadap transfomasi tersebut. Dari situlah ia berhasil menemukan dirinya yang selama ini terpendam, di saat itulah ia mengganti namanya menjadi Cindy. Semua rasa sakit akhirnya terbayar ketika ia berhasil masuk ke dalam akademi idola yang ada di Ouro. Akademi ini sudah berjalan selama tiga tahun dengan tahun depan akan meluncurkan produk pertama mereka sebuah idol group bernama Re:Star. Cindy termasuk lulusan generasi yang ketiga yang jumlah lulusannya paling banyak. Jika dibandingkan dengan member yang lainnya dialah yang paling senior karena alumni angkatan pertama dan kedua, semuanya sudah memutuskan untuk 'graduate' dari akademi yang telah menaikkan nama mereka. Belum lagi angkatan setelah generasi ketiga mengalami penurunan jumlah dan banyak yang dipindahkan untuk proyek yang lainnya.
Bisa dibilang Cindy sangat ambisius dalam menggapai mimpinya. Masuknya ia ke akademi sekaligus meneruskan jenjang pendidikannya di sekolah menengah atas. ia tidak banyak mengeluh mengikuti berbagai pelatihan intensif di akademi. Mulai dari pelatihan menjaga pola makan, perawatan wajah hingga tubuh, hingga pelatihan pembangunan karakter yang akan menjadi daya tarik sebuah idola itu sendiri. Karakter yang dimainkannya adalah karakter yang ramah, supel, dan bersifat suka menolong yang disimbolkan dengan warna pink. Warna pink juga dikaitkan dengan warna bunga Sakura yang ada di Jepang sehingga membentuk nama panggungnya, 'Sakura'.
Walau banyak fans yang tahu nama dibalik personil Sakura Re:Star yang sebenarnya, tetapi tetap saja menurut mereka kurang pas karena Cindy selalu mewarnai rambutnya dengan warna pink. Ini'pun merupakan saran dari kakaknya saat sebelum ia pertama kali tampil di muka public. Perlu di ingat hanya Cindy yang berani rambutnya dicat sesuai warna panggungnya dan pergi kemana-mana dengan warna mencolok tersebut, sedangkan yang lainnya lebih sering mengenakan rambut palsu atau wig. Cindy sudah nyaman dengan warna rambutnya terutama ia sadar warnanya yang selaras dengan warna mantra-nya.
Mantra….?
Ah…. Iya. Selain menjadi seorang idola, Cindy juga merupakan seorang caster.
Kurang lebih saat masih tinggal di akademi dia menemukan sebuah buku mantra secara tidak sengaja di perpustakaan. Ketika buku mantra itu dibuka olehnya, dia'pun pingsan tidak sadarkan diri yang membuat dia dilarikan ke pusat kesehatan akademi oleh orang sekitar yang melihatnya pingsan. Lalu keanehan-keanehan mulai terjadi ketika ia sudah kembali ke asrama. Di asrama Cindy entah bagaimana berhasil membuat teman sekamarnya seakan-akan menjadi budaknya, apapun yang dimintanya akan dituruti bahkan yang aneh-aneh mulai dari menjilati ketiaknya sendiri bahkan memakan sampah kering semuanya dituruti. Disitulah dia menyadari sesuatu yang ganjil pada dirinya setelah buku itu dibuka. Setelah itu ia menceritakan kejadian itu kepada kakaknya. Kakaknya sadar dan memintanya untuk bertemu saat itu juga. Karena system akademi tidak memperbolehkan anak didik mereka keluar dari area gedung akademi kecuali di hari-hari tertentu. Ia akhirnya menyelinap. Walau sempat ketahuan petugas dari akademi, tetapi dengan tidak sengaja ia berhasil menghasut mereka untuk membiarkannya keluar.
Setelah berhasil ke tempat agak terpencil yang kakaknya sebut, ia akhirnta bertemu empat mata dengan kakaknya yang masih mengenakan seragam magang. Ia langsung mengeluarkan seribu pertanyaan tanpa menanyai kabar atau apapun itu.
'Dari mana kau mendapatkan buku mantra itu?'
'Kau tidak berbuat yang macam-macam'kan?'
'Apa ada orang yang masih terpengaruh oleh mantramu?'
Cindy tidak dapat menjawabnya. Ia sendiri bingung apa yang terjadi pada dirinya. Apa yang dimaksud kakaknya dengan mantra? Apa hubungannya dengan buku yang ia temukan di perpustakaan? Kakaknya tidak henti-hentinya menanyainya tentang apakah dia mengecat rambutnya menjadi warna pink?
Cindy menjawab tidak. Yang masih di bawah Pendidikan akademi tidak boleh mengecat rambut mereka untuk urusan apapun bahkan panggung, tetapi ini merupakan tanda tanya besar baginya. Apa yang telah terjadi pada rambutnya?
Wajah kakaknya langsung pucat dan setelah mendengar pernyataan Cindy yang tidak tahu menahu akhirnya ia pergi meninggalkan Cindy yang masih tersimpan seribu pertanyaan. Itulah terakhir kalinya mereka bertemu secara empat mata. Cindy'pun kembali ke asramanya. Petugas yang berhasil ia hasut sebelumnya hanya bisa kebingungan seakan mereka baru siuman sehabis pingsan. Cindy langsung melihat dirinya ke cermin kamarnya dan baru sadar karena warna rambutnya telah berubah total. Ia juga sempat menanyai teman kamarnya warna apakah rambutnya.
'Hitam', jawabnya dan itu salah yang di matanya sendiri menangkap warna rambutnya menjadi pink. Ini berarti satu hal…..
Tidak…
Ini sempurna….. dia tidak menyalahi aturannya.
Lagipula hanya dia yang dapat melihatnya.
Dia kini menjadi semakin cantik.
Dia semakin bercahaya…
Dia sudah hampir sempurna…
"Say…! Say….! Say…! Who knows love..!?" salah sepotong lirik yang catchy di lagu mereka 'Who knows love?' yang membuat para penonton juga ikut bernyanyi. Tampak para fans berat mereka mulai ikut menari dan membentuk kelompok tersendiri di tengah kerumunan. Tidak semua orang tampak senang mereka juga menunggu performa artist lainnya di event tersebut.
Contohnya saja Ghifa, seorang indie singer yang beberapa saat lalu sempat terkenal karena mengeluarkan album perdananya. Namanya cukup terkenal di kalangan anak muda yang memang dalam masa-masa mencari jati diri. Tidak hanya itu beberapa media review menyebutkan bahwa lagu-lagu Ghifa sangatlah penuh akan makna-makna tersirat dan cara mengemasnya'pun dapat membawa pendengarnya ikut merasakan kisah yang Ghifa coba keluarkan pada tiap-tiap track lagunya.
Sebenarnya konsep idol group di negara Ouro atau Spanyol masih dalam tahap eksperimental dari agensi pemilik akademi yang ingin membuka industry baru di bidang idol group. Karena bahasa spanyol kurang cocok diterjemahkan dengan gaya-gaya musik-musik asia yang dinamis sehingga hampir semua lagu ditulis dengan bahasa inggris. Di Eropa sendiri music pop selalu mendominasi dan selalu diiringi music rock dan genre funk-pop. Disinilah mereka melihat ada peluang dalam industry musik dan entertaimen Eropa dengan menampilkan sesuatu yang berbau Asia namun dalam kemasan orang-orang Eropa. Terutama orang-orang di Ouro, rata-rata merupakan pendatang dari manca negara di Eropa sehingga akan nampak keberagamannya.
Namun seperti realitanya, industry hiburan memang bergerak sangat cepat. Agensi yang menjalankan Re:Star sering kalah pamor dengan industry hiburan berupa girl band dan idol grup yang berkembang di Asia. Seperti yang sering didengar kebanyakan orang barat. Orang Asia memiliki suatu kecantikan (keunikan) yang tidak dimiliki oleh orang-orang barat. Sehingga membuat sebuah idol group dapat dikatakan seperti sesuatu yang keliru apabila memang targetnya adalah orang barat itu sendiri. Walau pada akhirnya target paling bawah mereka adalah sebuah negara kecil bernama Ouro. Tetapi akhirnya juga banyak pihak-pihak yang lebih mengambil keuntungan dari ketenaran grup-grup yang populer secara luas untuk menjajakan produk mereka. Karena kesulitan mencari pasar dan kalah pamor inilah salah satu factor yang mengakibatkan agensi mulai mengalami deficit income dan kesulitan menggaji para kru dan personil mereka.
Sebenarnya kesempatan yang tidak pasti ini juga yang Cindy incar. Ia dan grup-nya ingin mengusai pasar internal Ouro terlebih dahulu sebelum dapat mengepakkan sayap mereka di daerah dunia lainnya seperti di amerika latin yang dulu sempat muncul girl group di era 80-an hingga awal tahun 2000-an. Agensi juga kabarnya ingin memperluas industry di sana dengan Re: Star tetapi berisikan anggota dari negara mereka masing-masing seperti AKB48 yang agensinya meluas ke negara lain hingga melahirkan idol grup baru seperti BNK48 dan JKT48. Mungkin bila event How Summer Should be Ended sukses besar dan mereka kembali heboh disorot media dengan tanggapan positif, mungkin mereka bisa bangkit lagi.
Hmph…..
Tenang saja…. Semuanya sudah berada di bawah kendaliku…..
Semuanya hanya tinggal memperhatikan aku…..
Tidak ada satu'pun yang lepas…..
Dari sinarku….
Seorang pria tampak risih dengan kerumunan yang menggila saat idol group itu akhirnya tampil untuk dua lagu pembuka. Ia sedari awal tidak nyaman setelah teman-nya memaksanya untuk pergi bersamanya ke karnaval atau lebih tepatnya acara untuk event konser ini. Menurutnya ini pengalaman yang baru karena Ini kali pertamanya ia menonton sebuah konser. Belum lagi ini konser terbuka di pinggir pantai dekat karnaval. Sebuah kesempatan langka! Sayangnya tidak ada tempat duduk belum lagi mau perempuan atau laki-laki keduannya berbaur menjadi satu. Beruntung angin laut'pun masih terasa berhembus dengan sangat kencang membuat suasana di tengah kerumunan tidak terlalu sesak.
Tampaknya ia kehilangan jejak temannya yang hilang di balik kerumunan penonton. Ia tidak mengerti, mengapa ia dibawa kemari oleh temannya. Ia tidak suka dengan music pop apalagi idol group. Awalnya ia kira hanya akan naik wahana-wahana yang ada di karnaval tetapi ia malah berujung disini.
Sudahlah….. temannya itu memang sulit dimengerti.
Dalam kondisi seperti ini haruskah ia keluar? Ia tidak nyaman dengan kerumunan ini. Tempat ini agak sesak tetapi masih cukup rongga untuk bergerak mengingat lapangan ini lumayan luas. Bagaimana dengan temannya yang menghilang itu? Ke mana dia menghilang?
…. STAR..!!
… STAR…!!!
UOHHHHH!!!
Sial..!
Dia sudah tidak tahan lagi. Ia harus segera keluar dari sini.
Pria itu akhirnya nyempil di antara tubuh muda-mudi yang sedang asyik menikmati konser tersebut. Mereka menggerakan tubuh, melambai-lambaikan tangan dan bernyanyi keras-keras. Bukan tipe keadaan kesukaannya. Yang jelas ia harus keluar dari kegilaan ini.
Duk!
Ia'pun tersikut oleh seseorang yang sedang mengayun-ayunkan tangannya. Sikutan itu cukup keras sehingga ia terjatuh. Naasnya ia juga tidak sengaja mendorong seorang wanita di depannya yang mengakibatkan mereka jatuh bersama.
Mata mereka'pun bertemu.
Dan mereka sama terkejutnya setelah masing-masing dari mereka sebelumnya mengabarkan bahwa mereka tidak bisa pergi ke karnaval.
"Misa?"
"Horn?"