Chereads / Red Hustle: Revenge of The Dark-Hearted / Chapter 10 - [BAB 9] The Society

Chapter 10 - [BAB 9] The Society

"Temui aku di perpustakaan kota jam sembilan, pagi ini…" Ujar Carmen setelah melahap habis roti isi pada pagi itu.

"Huh?"

"Jangan bilang 'Huh..' aku benar-benar memintamu untuk datang." Carmen bangkit kemudian mencuci tangannya sebelum ke posisi yang selalu Horn lihat di depan pintunya. "Kau ingin pekerjaan itu bukan? Tunggu saja di halaman perpustakan kota dan pastikan kau tidak terlambat….. jika kau terlambat satu menit atau satu detik.....". Carmen menoleh dengan senyum lebar yang tulus kepada Horn yang masih memegang roti isi bacon. "… that's mean death♪".

…..

....

Horn menatap jam di ponselnya yang sudah menunjukan pukul sembilan pagi. Ia sudah 15 menit lalu sampai di halaman perpustakaan kota. Tempatnya tidak jauh dari Shovel. Tapi yang lebih penting lagi mengapa Carmen memintanya menunggu di halaman perpustakaan kota pada pukul sembilan? Tapi jika ini tentang 'pekerjaan' yang Carmen bilang itu, dari kesehariannya yang misterius saja mungkin ini sudah tidak terlalu mengagetkan.

Horn menunggu dengan duduk-duduk di halaman perpustakaan kota yang luas. Dia tidak menemukan Carmen dimana-mana, seseorang yang menyuruhnya untuk mengunjungi tempat itu hari ini. Apakah ini aman? Apakah ia benar-benar tidak akan diburu? Ia merasakan orang-orang yang berlalu lalang tampak memperhatikannya. Mata-mata yang akan haus darah dan perasaan jijik serasa menghujamkan anak-anak panah kepadanya. Horn merasa tidak tenang, seakan-akan seluruh orang sedang menguji kesabarannya. Ia berusaha mengalihkan perhatiannya pada suatu hal yang lain. Ia melihat seorang ibu-ibu tua yang sedang berbicara pada seorang polisi patroli. Ia tidak dapat mendengar percakapan mereka karena terlalu jauh, namun tampak dari raut wajah sang ibu, dia terlihat sangat kebingungan dan lelah.

"Kupikir kau tidak akan datang, Horn" Suara itu memecahkan observasinya, tanpa menoleh'pun ia tahu itu siapa.

"Kau yang menyuruhku kesini dan kau juga bilang ini masalah bisnis. Jadi..." Horn menoleh dan melihat wajah Carmen yang agak tertutup rambut karena terbawa angin. "…bagaimana?"

"Kita tidak bisa bicara disini kita harus ke dalam, ayo"

Horn'pun mengikuti Carmen yang menuntunnya ke dalam perpustakaan kota yang sangat besar. Horn tidak pernah pergi ke perpustakaan kota sebelumnya. Ia hanya pernah sesekali melewatinya saat SMA. Perpustakaan ini adalah salah satu landmark di Ouro. Arsitektur ala Victoria-nya begitu kental. Tampak dari luar tampak seperti gedung tua dengan kubah raksasa di tengahnya. Kubah itu dilindungi dengan sebuah patung burung hantu yang bertengger dengan sayap terbuka di atap beton bersama dua patung harimau yang tampak mencoba menerkamnya. Di bagian-bagian dinding dan atap terpampang ukiran-ukiran aliran naturalis yang apik yang akan bertahan entah berapa abad lagi. Bagian dalamnya jauh dari apa yang terlihat dari luarnya. Bagian dalam dari perpustakaan kota Ouro sangat megah. Untuk memasuki ruangan tengah sekaligus ruangan paling megah setiap orang harus melewati lorong utama yang menguhubungkan dengan lobby, perpustakaan utama, galeri, ruang staf dan ruang arsip yang pastinya tidak boleh dimasuki oleh pengunjung. Horn mengikuti Carmen yang langsung melewati Lobby tanpa meregistrasi terlebih dahulu. Sesampainya di lorong Carmen buka suara.

"Kupikir tadi seharusnya aku menelponmu. Karena aku sudah menebak kau tidak akan datang"

"Tunggu..... kau tahu nomor teleponku?"

"Tidak"

"Lalu apa maksud ucapanmu barusan!? Kau dua minggu lebih di apartemenku tapi kau tidak pernah memberitahu nomor ponselmu..!"

"Bukankah kita pernah bertukar nomor?"

"Tidak.... Apa kau lupa keseharianmu? Bangun, pergi menghilang, begitu malam datang disaat itulah Carmen Olivia datang, bukankah begitu?"

"Kata-kata tadi sangat bagus, Horn… kupikir kau bisa masuk ke klub sastra di perpustakaan ini. Sekarang setidaknya kau tahu kemana aku selama ini pergi…"

Mereka berdua hening. Horn tidak mengindahkan kata-kata Carmen barusan.

"Aku sudah bilang pada wanita tua penjaga apartemen atas pindahnya aku ke apartemenmu…" kata Carmen.

"Mrs. Allen? Huh….. seharusnya kau biarkan saja ucapannya….."

"Dia orang baik…" potong Carmen. "Mengapa tampaknya kau begitu membencinya, The Purple?"

"Bukan urusanmu…."

"Beri aku satu alasan atau aku akan menyuruhmu pergi dari sini…" Carmen menghentikan langkahnya dan melirik ke belakang tepat dimana Horn berdiri.

"Dia wanita tua yang berisik…."

"Eu vejo…." Carmen melanjutkan tur perpustakaan itu.

"Kapan kau berbicara pada Mrs. Allen? Apa dia berkata sesuatu yang lain padamu tentangku?"

"Mungkin dua-tiga hari yang lalu dan itu juga percakapan singkat"

"Aku ragu itu bukan percakapan singkat, kau sepertinya menyembunyikan sesuatu dariku"

"Dia hanya menjelaskan peraturan penghuni dan jadwal buang sampah, tapi dari cara bicaramu, kaulah yang menyembunyikan sesuatu, The Purple."

"Apa yang dia katakan padamu tentangku?! Hey!" Horn menahan tangan kanan Carmen memaksanya untuk berhenti. Carmen berbalik menatap Horn dengan dingin.

"Jadi kau benar-benar mengenal Mrs. Allen, The Purple?" tanya Carmen dengan senyum diwajahnya.

"Dia memberitahumu tentang 'itu', kan? Tentang ini….." Horn menunjukan tiga jari pada Carmen. Carmen hanya terkekeh kecil.

"Hmph…Mengapa kau malu, The Purple…." Carmen melepaskan genggaman Horn. "Bukannya seringkali manusia lebih memilih mati daripada tetap hidup dalam ketidak pastian? Kau bukanlah manusia satu-satunya seperti itu, The Purple… Bukan hanya kau yang merasa hidup membosankan. Seperti yang pernah kukatakan, kau mirip denganku. Pernah mengalami depresi dan rasa bosan luar biasa, dan disinilah aku akan menolongmu dari semua itu. Tepat dengan pekerjaan yang cocok dengan masalahmu" Carmen melanjutkan perjalanan mereka menyusuri perpustakaan.

Keduanya hening kembali. Horn memilih untuk tidak membahas kejadian itu lagi dan berpaling melihat-lihat sekilas lukisan besar yang terpampang di dinding. Melihat perpustakaan yang luas ini Horn menjadi punya pertanyaan di kepalanya.

"Kau bekerja disini?"

"Bekerja rasanya kurang pas..... lebih tepatnya aku ikut mengurusi sistemnya ini"

"Jadi..... kau relawan tapi dibayar bahkan lembur?"

"Seharusnya kau mengajukan pertanyaan itu bukan kepadaku. Ini…." Carmen memberikannya secarik kertas.

"Apa ini?"

"Kau bisa membaca bukan?". Horn membuka kertas tersebut dan menemukan sebuah kalimat dalam bahasa portugis. "Jangan dibaca dulu. Tunggu aba-abaku saat kita sampai disana…" ujar Carmen. "Dan lagi... ketika bertemu mereka, jangan sebut aku dengan namaku, você entende?"

"Sim"

Mereka akhirnya sampai di ruangan utama perpustakaan yang sangat megah dan luas tersebut. Mereka menyusuri rak-rak tinggi dan melengkung hingga akhirnya berhenti pada sebuah lorong kecil dengan pencahayaan remang-remang yang entah menyambung ke bagian mana. Berbeda dengan lorong utama yang luas, lorong itu sangat memberikan kesan klaustrofobik. Terutama lorong itu hanya dapat dilewati oleh satu orang.

"Ini…. Lorong ini mengarah kemana?"

"Tenang saja….. ini adalah lorong perpustakawan, tentunya bukan sesuatu para pengunjung boleh masuk. Kau termasuk orang yang beruntung dapat melihat sesuatu kebanyakan orang tidak lihat."

Carmen menuntun Horn di lorong yang ternyata memiliki beberapa belokan tajam. Lorong itu dihiasi dengan pelapis kayu yang dipernis pada bagian dindingnya. Dibagian atasnya dilapisi dengan wallpaper berpola garis-garis warna coklat sehingga seakan menyatu dengan lapisan kayu dibawahnya. Lorong itu menyeramkan dan memiliki aura yang aneh namun Carmen tampak tidak menghiraukan kondisi lorong tersebut. Carmen berhenti di sebuah jalan buntu. Tembok didepannya ia ketuk sebanyak tujuh kali dan tangan Carmen satunya memberi aba-aba untuk Horn mengucapkan sesuatu.

"A cor da força!" Ujar mereka serentak.

Tembok itu bergeser dan berubah menjadi pintu masuk bagi mereka ke dalam sebuah ruangan. Ruangan tidak luas dan penuh dengan rak dan buku-buku lengkap dengan sebuah perapian. Di salah sudut ruangan terduduk sesosok hitam di balik meja kerjanya yang besar. Di meja itu terdapat telepon kabel dan setumpuk berkas-berkas yang Horn tidak tahu dan tidak mau tahu apa isinya. Sosok itu berbalik dan menyambut mereka dengan bahasa portugis yang kurang hangat.

"Kenapa kau menyuruhnya menggunakan lorong tua itu, The Red?!"

"Dia orang baru…. Mungkin akan lebih baik jika ia tahu jalan lain jika mau bertemu denganmu nanti"

"Dan..." sosok itu menatap Horn "Siapa tamu kita hari ini, hmmm? The Purple?". Sosok itu berdiri memperlihatkan tinggi tubuhnya yang sebenarnya. Sosok ternyata mengenakan semacam topeng dan saat ia berdiri mirip seperti sesosok hantu yang akan menerkam. Belum lagi dengan suara berat yang dimilikinya, entah pria ini jelmaan apa.

"H-ho... The Purple" Horn menjulurkan tangan kanannya.

"Moeb" sosok itu berbalik menatap Carmen.

"Kita sudah sepakat Sean. Jika dia menerima tawarannya maka dia berarti di bawah tanggung jawabku, dan karena dialah yang bertekad untuk kemari jadi kumohon sambut dia dengan hangat"

"Hmmm... tentu saja aku ingat The Red dan kau di bawah tanggung jawab organisasi. Dan tentu saja aku tidak akan menyuguhkan teh dingin kepada tamu"

Moeb mengisyarakatkan Carmen untuk pergi meninggalkan mereka berdua. Carmen segera keluar dari pintu yang lebih formal di kejauhan. Moeb berkata "Dia seharusnya membawamu melewati pintu itu tetapi ia lebih memilih jalan yang kurang konvensional, dasar". Moeb mengisyaratkan Horn untuk duduk di salah satu kursi jati yang ada di depan mejanya.

Horn duduk namun Moeb tidak. Tubuhnya yang besar sangat memberikan kesan mengintimidasi. Belum lagi berada di ruangan remang-remang itu menjadikan Moeb tidak jauh dari hantu penunggunya. Horn merasa gugup dan gelisah, atmosfernya sangat menegangkan. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi di ruangan itu, terutama tanpa Carmen yang menuntunnya. Tapi sebisa mungkin ia tetap tenang dan menganggap ini semua adalah sebuah wawancara kerja. Atau sebenarnya bukan?

"Apa kau tahu resiko apa yang ada pada kondisimu sekarang?" tanya Moeb. Suaranya terdengar seperti bergema di ruangan sumpek itu. Horn merasa agak aneh dengan pertanyaan itu.

"Diburu?"

"Jangan bicarakan itu dulu….. apa The Red telah memberitahumu tentang mantramu itu?"

"Mantra?.... ah… sudah..."

"Apa dia memberitahumu bagaimana cara mengendalikannya?"

Horn terdiam sebentar sebelum menjawabnya.

"Mungkin... tapi aku benar-benar tidak tahu bagaimana cara mengendalikannya"

"Tragedi di minimarket Shovel hampir memakan perhatian banyak orang dan itu adalah ulahmu, tapi beruntung bagimu The Red yang menemukanmu sebagai pelaku tidak berniat membunuhmu karena ia baru saja kehilangan partner-nya. Lalu…." Moeb diam sebentar, "…..jika kau benar-benar tidak bisa mengontrol mantramu itu bagaimana kami dapat mempercayaimu!? Kami tidak ingin lagi korban-korban tidak perlu berjatuhan"

"A…. aku akan belajar…"

"Apa kau tidak tahu marabahayanya dari mantra-mantra sihir ini The Purple? Apa kau tidak sadar mantra apa yang sedang kau pikul? Jika bukan The Red yang membawamu kesini, kami tidak segan-segan akan melenyapkanmu. Mantra ini bukanlah mainan dan sesuatu untuk dipamerkan. Sebuah mantra dapat bereaksi tanpa sepengetahuan Casternya. Terutama seorang Caster kelas Ultimate sepertimu. Bayangkan! jika para Caster Superior di bawahmu yang sudah berpengalaman seringkali kewalahan mengatasi mantra mereka sendiri lalu bagaimana denganmu? Mantra-mantra sihir ini harus dirahasiakan dari publik agar tidak dikenal secara luas atau orang-orang akan mencarinya, menggunakannya sembarangan lalu terjadilah kekacauan dunia." nada bicara Moeb sangat serius.

"Sekali kau menerima sebuah mantra, kau tidak bisa melepaskannya hingga kau mati. Itulah mengapa tugas kami untuk melenyapkan para Caster nakal dan sulit dikendalikan. Kami ragu untuk merekrutmu karena tingkatan mantramu yang tinggi dan juga kondisi mentalmu yang buruk. Tapi The Red bersi keras membawamu kemari dan seperti yang ia katakan barusan. Dia berjanji akan mengurusimu, melatih, bahkan bertanggung jawab atas kesalahanmu demi membawamu ke dalam urusan super rahasia ini. Kau bisa berterima kasih padanya nanti tapi untuk saat ini apa kau paham apa yang kubicarakan?"

"Aku…. mengerti…"

"Sekarang dengarkan baik-baik. Sekali kau melangkah masuk tidak ada kata kembali. The Red yang memaksa membawamu kemari dan itu bukan pilihanku. Kini aku ingin dengar pilihanmu." Moeb melemparkan sebuah pisau dari balik jubahnya ke ujung tembok yang tidak terlihat permukaannya di belakang mejanya. "Pilihanmu... ambil pisau itu atau menarik kenop pintu yang ada di belakangmu"

Horn tidak kaget, karena kondisi ini persis seperti saat dia dan Carmen bertengkar yang membuatnya diberi dua pilihan. Ia sudah tahu apa yang terjadi jika ia memilih kenop pintu, mereka tidak ingin diekspos, dan akan melenyapkan orang-orang yang tahu eksistensi mereka diluar organisasi. Tidak ada kata kembali dari sini. Ia harus meninggalkan kehidupan lamanya. Pikirkan ini…. Bagaimana bisa Carmen memiliki uang sebanyak itu? Pasti pekerjaan di organisasi ini gajinya besar'kan? Carmen juga bilang tidak akan ada rasa bosan dari rutinitas yang itu-itu saja…. Ini sebuah kesempatan emas!

"Baiklah…..aku paham" Horn berdiri dan menghela nafasnya. Ia memilih menulusuri area dimana pisau yang dilempar Moeb berada. Moeb memperhatikan gerak-geriknya. Horn mendapati tembok dimana pisau itu menancap. Dan ia cukup kaget melihat dimana pisau itu juga mendarat. Sebuah jantung segar entah milik siapa ikut tertancap di dinding bersama pisau tersebut. Seketika juga Horn mencium bau anyir darah di ruangan tersebut. Horn tampak enggan menyentuh pisau yang berlumuran darah menancap di dinding.

"Ada apa? Kau masih memiliki kenop pintu di belakangmu, The Purple"

Sekarang ia tahu Moeb sedang mengujinya dengan ini. Kepalanya serasa terbagi menjadi dua sekarang, satu ingin menarik pisau tersebut dan satunya ingin pergi dari sana secepatnya. Tubuh Horn bergetar namun sebisa mungkin ia menyembunyikannya agar tidak ketahuan Moeb.

Tekadnya sudah bulat. Ia tidak akan menengok ke belakang lagi sekarang. Ia akan mengubur masa lalunya yang membosankan dengan ini… Dengan segala keberaniannya Horn menarik pisau berlumuran darah tersebut dari dinding sekuat tenaga, seketika juga jantung yang berada di antara dua objek tersebut langsung jatuh ke lantai.

"Eu vejo.."

Dinding dimana pisau itu menancap bergeser sendiri dan menampakkan sebuah lorong tangga rahasia dibaliknya. Tangga itu sangat panjang dan gelap, Horn tidak bisa melihat apa ujungnya dibawah sana.

"Ikuti aku..." Moeb masuk menyusuri lorong tersebut diikuti oleh Horn dibelakangnya. Sangat mengejutkan badan sebesar dirinya dapat masuk ke lorong yang sempit tersebut. "...Akan kujelaskan semuanya agar kau tidak kebingungan... Sihir ini....merupakan kumpulan energi yang bersemayam di alam maupun di tubuh manusia. Energi ini dapat kita keluarkan dengan cara menitik fokuskannya dengan cara memanggilnya menggunakan mantra. Mantra akan bersarang di otak dan hati penggunanya hingga kematian menjemput mereka. Sihir dari hasil mantra-mantra ini bisa berupa secara fisik, ilusi, bahkan sebuah kutukan tergantung spesialisasi setiap mantra. Mantra ini sangat bermacam-macam dan berbeda. Setiap mantra dikendalikan oleh para pemilik mantra yang disebut Caster. Caster memiliki bertanggung jawab terhadap hasil sihir yang secara langsung atau tidak berasal dari mantra yang mereka gunakan. Mungkin kau sudah tahu atau melihatnya The Purple, secara fisik mantra tanpa pemiliknya..... bisa berupa buku tebal ataupun tipis bahkan hanya lembaran-lembaran manuskrip. Mereka tengah menunggu sesorang menjadi pemilik selanjutnya atau lebih tepatnya.... korban selanjutnya. Karena untuk menggunakan mantra butuh kekuatan pikiran dan fisik yang kuat maka tidak jarang..... mantra merenggut kehidupan Caster-nya sendiri. Membuat mereka kehilangan kendali diri mereka sendiri dan akhirnya melakukan apa yang seharusnya tidak terjadi tanpa sepengetahuanmu sendiri..." Mereka'pun memasuki pintu tunggal yang ada di ujung lorong tangga tersebut. Disanalah Horn mendapati ruangan yang luas seperti aula. Itu memang aula. Lengkap dengan panggung dan kursi-kursi yang tersusun rapih. Aula itu memiliki panggung utama berbentuk lingkaran yang berada di tengah. Setiap ujungnya terhubung dengan jembatan yang memisahkan kursi penonton menjadi dua bagian sehingga jika dari atas terlihat seperti lingkaran kecil di dalam lingkaran besar. Horn tidak tahu pasti ada berapa kursi disana yang jelas ada sebuah pintu besar yang tampak menjadi jalan masuk utama.

"....Mantra ini...." lanjut Moeb, ".....akan selalu menanyai Caster-nya atas apa yang sebenarnya kau rasakan dan inginkan sehingga mantra akan melakukan apa yang dianggapnya adalah jalan keluarnya. Bisa juga dibilang mantra memiliki peran ganda sebagai alter ego, sebuah perwujudan karakter sempurna dari apa yang kau inginkan, sehingga penting bagi Caster untuk berdamai dengan diri sendiri. Mantra diciptakan untuk mewujudkan potensi kemampuan dari diri Caster-nya sendiri, namun sayangnya seringkali kondisi Caster tidak siap secara fisik dan mental, membuat mantra akhirnya berbuat semena-mena kepada mereka. Inilah mengapa kami melenyapkan mereka sebelum mereka lebih berbuat onar lagi dan menimbulkan perhatian publik. Caster memiliki tingkatan berdasarkan kekuatan mantranya.... Ultimate adalah kelas tertinggi, mantra-mantra mereka sangat fleksibel walau pada dasarnya berjenis elemental. Seperti kau dan The Red adalah Caster kelas Ultimate. Superior, yang di satu tingkat di bawahnya terdiri dari mantra-mantra yang lebih beragam namun penggunanya sangat banyak walau begitu jumlah energi sihir yang dapat dikeluarkan kalah jauh di bawah Ultimate. Lalu ada golongan Amarelas, yaitu orang yang memiliki mantra namun minim mengeluarkan energi sihir, entah mereka tidak tahu cara menggunakannya atau mungkin mereka tidak tahu bahwa mereka memiliki mantra dalam diri mereka dan golongan awam, yaitu orang-orang yang benar-benar tidak memiliki mantra. Semakin tinggi tingkatan mantranya maka semakin sulit untuk dikendalikan dan juga semakin sulit dikalahkan dan dilenyapkan. Oleh karena itu dengan adanya The Red disini sebenarnya sangat membantu kami, karena para Caster yang menjadi target kami juga semakin kuat. Kami terkadang kehilangan banyak anggota akibat konflik dengan para target kami, sehingga untuk mencari anggota lagi sama saja memulai sesuatu dari nol. Padahal target kami semakin lama semakin banyak dan kuat. Disini....." Moeb menunjukan sebuah monitor besar yang terpajang di aula yang menampilkan sederetan nama julukan dan status mereka di sebuah tabel. Di sampingnya terdapat jumlah uang yang ia tidak tahu apa maksudnya dan disana juga ada nama julukannya, The Purple.

"....kami memonitor para Caster liar bahkan anggota kami sendiri yang berbuat kerusakan berdasarkan laporan yang kami update setiap harinya. Caster kelas Superior biasanya dapat terindentifikasi dari tato unik yang hanya bisa dilihat oleh sesama Caster di bagian-bagian tertentu pada tubuh mereka, tetapi jika kelas Ultimate....."

"... Kau dapat mengindentifikasikannya melalui warna rambut..." potong Horn.

".. benar. Para Caster ini nantinya akan kami buru dan dari total kerusakan yang telah mereka lakukan akan menjadi hadiah bagi para anggota yang berhasil memburu dan melenyapkannya. Jika total biaya kerusakan seoarang Caster sudah lebih dari 100.000 Rod kami akan memberikan sebuah misi dan brief yang lebih diprioritaskan untuk dilenyapkan walau begitu kau dapat menebak sendiri seberapa besar hadiahnya. Menarik?"

Horn tidak bisa membandingkan jumlah itu dengan gajinya sebagai kasir.

"Kami sederhananya menyebut ini sebagai 'pekerjaan' dengan menamainya sebagai 'Spell Punisher'. Namun pada dasarnya itu telah menjadi misi kami sejak awal..."

"Misi..?"

"Walau dasarnya misi kami adalah menghukum dan melenyapkan para Caster onar dan nakal. Namun misi besar kami adalah melenyapkan sihir beserta mantra-mantra ini..."

"Jadi kau menyuruhku untuk bunuh diri pada akhirnya? Jadi ini seperti sebuah kultus?"

"Jaga ucapanmu, The Purple! Jangan samakan kami dengan kultus! Kultus mewajibkanmu menyembah dan mempercayai sesuatu yang konyol namun kami lebih tepat disebut organisasi! Anggota disini memiliki pekerjaan mereka masing-masing, agama masing-masing, namun dengan status sebagai anggota disini, hidup mereka jauh lebih aman sebagai Caster. Misi besar kami adalah menghancurkan sumber pembuat mantra-mantra sihir ini padahal sebenarnya ilmu sihir sudah lama punah ratusan tahun yang lalu tetapi seseorang diam-diam telah memperbaruinya, memperbanyak bahkan membuat banyak orang menderita. Seseorang yang telah menjadi dalang akan bermunculannya mantra-mantra dan para Caster di muka bumi ini kami menyebutnya 'The Gold'."

"The Gold?"

"Misi besar kami untuk mencari dan melenyapkan The Gold untuk mengangkat mantra-mantra terkutuk ini untuk selamanya sehingga tidak ada korban lainnya yang bernasib menjadi seorang Caster seperti kita. Kami bergerak di bawah tanah, melenyapkan kebusukan mantra dan sihir, dan saling bahu-membahu untuk mencapai misi besar kami. Kami menyebut diri kami sebagai The Society.". Moeb menepuk tangan dua kali dengan cepat, seketika juga orang-orang masuk melalui pintu besar yang ternyata benar Horn kira adalah pintu masuk utama tersebut.

Orang-orang'pun masuk. Para anggota The Society mulai duduk di kursi-kursi kosong yang dari tadi sudah bertengger disana. Suasananya tidak seramai yang Horn bayangkan. Horn dapat melihat banyak sekali kursi-kursi yang tidak bertuan. Di antara mereka kebanyakan lebih memilih untuk duduk-duduk bersebelahan, walau beberapa kali ia menemukan ada orang-orang yang duduk terpisah dan lebih menyendiri. Mereka menatap Horn dengan tatapan yang berbeda-beda. Ada yang penasaran. Ada yang tidak peduli. Ada pula yang menatapnya jijik bahkan benci. Horn mencari-cari Carmen di antara tatapan-tatapan yang tidak nyaman, hampir seperti anak kecil yang demam panggung mencari ibunya di tengah kerumunan. Ia tidak menemukannya. Bahkan hingga Moeb mengangkat suaranya.

"Rodízios!...selama bertahun-tahun kita telah berusaha menghancurkan mantra-mantra sihir The Gold. Mantra-mantra biadab yang telah menjadi kutukan bagi seluruh pengguna dan pemiliknya. Kita..... walau telah dikutuk dengan mantra-mantra sihir ini tetaplah harus menggunakannya dengan bijak juga untuk kebaikan. Bijak..... untuk tidak menggunakannya sembarangan. Kebaikan....dengan mencegah mantra-mantra ini jatuh ke tangan orang yang salah dan menelan lebih banyak korban lagi. Saudara-saudara senasib kita... para Caster yang telah gugur dalam misi besar kita. Orang-orang tidak berdosa yang direnggut oleh mantra-mantra biadab ini. Dengan kekuatan persaudaraan dan kekuatan kita masing-masing, kita dapat menjatuhkan, mengalahkan, memusnahkan sang iblis pencipta mantra-mantra ini, The Gold dan menyelamatkan umat manusia dari kehancuran dunia dan moral yang bersumber dari mantra-mantra ini."

"Hari ini..... kita mendapatkan kekuatan baru. Seseorang yang akan menjadi keluarga baru kita, The Society". Moeb menggenggam sesuatu kemerahan di tangannya dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Semua pengunjung berdiri dan mengikuti kata-katanya "Hati yang rusak akan segera diganti yang baru. Keluarga yang rusak akan diganti dengan yang baru. Kehidupan lamamu akan menjadi kehidupan yang baru. Kami membantu dan menyelamatkanmu. Kami hidup di bawah jalanan orang di atas. Menghilangkan segala yang tidak perlu. The Purple....." Sesuatu yang Moeb genggam tiba-tiba saja jatuh terhempas ke lantai menjadi pasir. ".... kami menganggapmu salah satu bagian dari kami. Hidup kami normal begitupun hidupmu. Kami adalah Caster. Kami adalah The Society". Semua orang duduk kembali walau sebenarnya Horn mendapati dua-tiga orang yang tidak berdiri sama sekali. Moeb berbalik pada Horn dan menepuk pundaknya dengan tangan yang berpasir.

"The Purple..... Selamat bergabung di The Society"