Chapter 4 - Pengaruh (part 4)

"Musuh yang paling dapat mengalahkanmu adalah perutmu sendiri"

-Umar bin Khattab

Pengaruh

"Jadi? Kau diserang orang dijalanan dan perutmu dijahit setelah itu kau harus baring disini sampai luka jahitmu sembuh?" ,Ucap seorang pria muda dengan pakaiannya yang mewah duduk disamping seorang pejabat gendut yang lemah.

"Dasar bodoh tentu saja iya! Kenapa kau menanyakan seolah-olah kau tidak tahu apa yang terjadi padaku?!" ,Ucap pejabat gendut itu sambil memegang segelas anggur kemudian dirinya meminum anggur tersebut sampai habis.

"Oi Redrick! Ambilkan aku anggur lebih banyak!" ,Ucap pejabat gendut itu memerintahkan pelayan yang tegak didepannya.

Pelayannya hanya segera keluar dari kamar dan pergi membuka pintu dan berjalan sambil membawa teko berencana untuk mengisinya dengan air anggur digudang istana.

"Jadi kau tahu siapa yang menyuruh bandit itu untuk membunuhmu?" ,Ucap pria muda itu sambil membersihkan pisaunya dengan kain.

"Tentu saja tidak bodoh emang kau tahu berapa banyak orang disana yang ingin aku dan kau terbunuh" ,Ucap pejabat gendut itu.

"Aku tidak bisa membiarkan salah satu temanku diserang dijalanan begitu saja Kalavvar" ,Ungkap pria muda tersebut.

"Hah! Jangan panggil aku dengan nama masa mudaku dimana aku menjadi prajurit yang kuat dan belum menjadi babi yang bahkan kuda saja tidak bisa membawanya" ,Ucap pejabat yang dipanggil Kalavvar tersebut setelah mencoba menyerup beberapa tetes air anggur digelasnya.

Kemudian pria muda itu tegak dan kemudian mendekati Kalavvar, pria muda itu kemudian mengambil gelasnya ketika Kalavvar sedang menikmati minum-minumnya.

"Oi! Kenapa kau mengambil gelasku! Kembalikan!" ,Ucap Kalavvar sambil mencoba meraih gelasnya yang diambil pria muda tersebut.

"Jangan terlalu banyak minum air anggur itu tak baik untuk lukamu dan kesehatanmu" ,Ucap pria muda tersebut sambil menaruh gelasnya dimeja yang tak bisa dijangkau Kalavvar dari dikasurnya.

"Hah! Aku lebih baik mati daripada tak minum anggur selama 4 bulan dikasur ini!" ,Ucap pejabat gendut itu dengan wajah kesal.

Pria muda tersebut kemudian duduk dikursinya kembali setelah itu mengambil sesuatu dari pakaiannya yaitu sebuah patung kecil berbentuk kucing dari bahan kayu.

"Apa kau yakin tidak ingin membawa orang yang ingin membunuhmu kesidang Kalavvar?" ,Ucap pria muda tersebut.

"Tentunya aku ingin tapi aku tidak bisa menuduh seseorang dan langsung membawanya kesidang Taitus, lagipula orang tua menakutkan itu sudah pulang dari petulangannya membantai Dwarf diutara" ,Ucap Kalavvar.

"Hm baguslah kau tidak seperti orang-orang korup ceroboh diluar sana" ,Ucap pria muda tersebut melempar patung kucingnya keatas dan kemudian menangkapnya dengan tangannya.

"Ngomong-ngomong dimana Tedrick? lama sekali dia membawa anggurnya kesini.....Tedrick! Tedrick! Oi Tedrick!" ,Teriak pejabat gendut itu.

"Jangan teriak terlalu keras, kau bisa tanpa sengaja membuka lukamu" ,Ucap pria muda tersebut.

Kemudian pria muda tersebut berdiri dan kemudian memasukkan pisaunya kepakaiannya beserta patung kucingnya setelah itu mendekati pintu keluar dari kamar itu.

"Taitus" ,Ucap pejabat gendut itu memanggil pria muda yang ia panggil Taitus itu.

"Iya" ,Ucap pria muda tersebut sambil berbalik menoleh temannya Kalavvar itu.

"Tujuanmu adalah menghancurkan seluruh korupsi dinegeri ini bukan?" ,Ucap Kalavvar sambil menaikkan satu alisnya.

"Iya emangnya kenapa?" ,Ucap Taitus.

"Kalau aku menghalangimu kau akan tetap membunuhku?" ,Ucap Kalavvar sambil menelan ludah.

"Iya jika kau berani menghalangiku" ,Ucap Taitus itu.

"Ehe..ehhe..ahahahahhah!" ,Ucap Kalavvar tertawa keras sambil menepuk pahanya.

Ia lanjut tertawa keras hingga kemudian Taitus keluar dari kamar dan tersenyum.

____-_-_____

"Yo! Apa kabar!" ,Ucap wanita muda berambut pirang tersebut berjalan mendekati kedua pria tersebut.

Paman tua tersebut dan Hanno menoleh melihat wanita muda tersebut.

wajahnya cukup cantik dan dewasa tapi nada suaranya terdengar kekanak-kanakan.

Tubuhnya bagus dengan dada yang lumayan besar dan tangan yang indah.

rambut pirangnya berkibar dibelakang punggungnya dengan rapi.

Hanno hanya diam sambil merapikan pakaiannya dan membilas beberapa lumpur dicelananya.

"Apa kau datang untuk membayar hutangmu?" ,Ucap paman tua itu melihat kewanita tersebut.

"Tiiidak...aku kesini untuk berhutang beberapa potong daging rusa lagi" ,Ucap wanita itu sambil tersenyum.

"Terus kenapa kau kesini?!" ,Ucap paman tua itu dengan marah.

"Ayooolah....aku janji bakal bayar bulan depan..." ,Ucap wanita muda itu dengan nada nakal.

"Dasar kau pelacur murahan dan wanita kaya penghutang! Kau tidak pernah membayar seekor rusa yang beli dari bulan yang lalu! Kenapa kau datang kesini wanita sialan?!" ,Ucap paman tua tersebut dengan marah.

"Tenang saja aku akan membayar hutangku..." ,Ucap wanita tersebut sambil merapatkan kedua tangannya memohon pada paman tua itu.

"Kan! Bodohnya aku percaya bahwa kau akan membayar hutangmu!,Ucap paman tua itu.

"Emmm..dasar pria tua busuk yang membosankan...bagaimana dengan pria manis kita yang satu ini?" ,Ucap wanita muda itu menoleh kepada Hanno dengan tersenyum.

Filda keluar dari rumah membuka pintu dan sambil membawa piring dengan gelas berisi bir diatasnya serta pisau penyembelih ditangannya untuk menyembelih rusa buruan Ayahnya.

"Pelanggan baru ayah?" ,ucap Filda dengan lembut dan ramah kelihatannya ia ingin membuat pelanggan nyaman.

"Hai" ,ucap wanita muda itu tersenyum kepada Filda.

"Ka..kau!" ,ucap Filda.

"Ah...perempuan fanatik penyembah tuan cahaya itukah?" ,ucap wanita muda itu.

"Kau...kau wanita yang dijalan waktu itu! Yang mengajarkan tidak-tidak, pada anak-anak!" ,ucap Filda.

"Hm? Oh kau sudah bertemu dengan wanita penghutang ini ternyata." ,ucap Ayah Filda.

"Maksud ayah ini perempuan yang kemarin belum membayar hutang dari berbulan-bulan yang lalu yang ayah bicarakan?" ,ucap Filda.

"Iya" ,ucap Ayah Filda yang kemudian ia mengambil pisau dari tangan anaknya menaruhnya dikeranjang hasil buruannya.

Setelah itu ia mengambil gelas bir tersebut dan meminumnya

"Puahh.." ucap Ayah Filda lega meminum air bir tersebut.

"Jadi? apa yang kau inginkan pelacur murahan? Harusnya kau sudah tahu bahwa kau tak bisa berhutang disini bukan?" ,Ucap paman tua itu.

"Hmmmm bagaimana jika aku membayar hutangku dengan melakukan tantangan denganmu?" ,Ucap wanita muda itu menatap paman tua itu.

"Aa..ah! Kau mencoba menghindar! Jangan terima tantangannya ayah! Dia mau menghindar!" ,ucap Filda..

"Tantangan? Baiklah bagaimana kalau kita memanah?" ,Ucap paman tua itu sambil mendekati wanita itu.

"Ayah!" ,ucap Filda dengan nada kesal.

"Oh! Baiklah!" ,Ucap wanita muda itu.

"Bukan aku tapi dengan dia" ,Ucap paman itu sambil menunjuk Hanno.

"Hm..aku?" ,Ucap Hanno sambil menunjuk dirinya sendiri dengan kebingungan.

"Iya nak siapa lagi yang aku tunjuk" ,Ucap paman tua itu.

"Ohohoho...tenang saja pria manis aku akan mengalah padamu" ,Ucap wanita muda itu dengan nada ramah kemudian tersenyum keHanno.

"Tapi paman kau tahu kan? Kalau aku tak pandai memanah" ,Ucap Hanno.

"Tenang saja nak aku tak bisa mengajarmu dengan baik dan dengan tantangan ini mungkin kau akan menjadi lebih baik dengan tantangan memanah ini, lagipula aku tak apa-apa memberi wanita pelacur ini dengan beberapa ekor rusa" ,Ucap paman tua itu sambil menepuk bahu Hanno.

Kemudian Hanno menatap wanita itu dengan tajam dan merenung beberapa saat.

"Baiklah tapi aku ganti tantangannya" ,Ucap Hanno sambil melepas tangan paman tua itu dan kemudian berdiri setelah itu perlahan-lahan mendekati wanita itu.

"Hoooo...apa tantangannya?" ,Ucap wanita itu sambil tersenyum.

"Bagaimana kalau catur?" ,Ucap Hanno.

Note:orang-orang Victa memiliki budaya untuk menyelesaikan konflik dan perkelahian dengan cara duel atau tantangan.

Dan yang ditantang lah yang akan menentukan apa permainan tantangannya.