"Cara menjadi seorang dewa bukan menjadi yang terkuat melainkan menjadi yang tahu segalanya"
-Oxera Philip
Lebah
Disebuah ruangan tertutup Perrin duduk dikursi dengan meja didepannya, ruangan tersebut cukup kecil tapi tak sempit.
Dan dengan rak buku yang cukup lebar melengkapinya dimana buku-buku kuno tentang sejarah ataupun pengetahuan memenuhinya.
Sedangkan satu jendela membuat masuk cahaya dari luar.
dijendela tersebut terlihat lapangan didepan istana Balradius yang dipakai para pahlawan untuk latihan.
"Hah..." ,Ucap Perrin menghela nafas karena nikmatnya ketenangan yang ia rasakan.
Sedangkan dilapangan para pahlawan sedang berlatih, "terus serang dengan baik dan jangan mundur!" ,teriak para mentor yang melatih para pahlawan.
Perrin hanya menoleh dan tidak memedulikannya sambil meminum segelas kopi kesukaannya.
Ia hanya terus membaca buku kesukaannya dan tidak memedulikan panggilan atau nasehat orang-orang tentang melatih kekuatannya.
Sudah berapa lama ia mengurung dirinya dikamar ini?....2 minggu?..1 bulan?...1 bulan 3 minggu?..ia tak ingat.
Hanya beberapa hari sekali ia keluar dari kamar ini dan keluar hanya untuk makan atau mencari sesuatu.
Terdengar suara langkah kaki dari jauh.
*Tuk,tuk,tuk*,ketuk seseorang kepintu kamar Perrin.
"Ini aku,Cyrus" ,ucap Cyrus setelah mengetuk pintu Perrin.
*Ahhh orang itu lagi..*, pikir Perrin.
"Masuklah, pintunya tak dikunci" ,ucap Perrin memperbolehkan Cyrus agar masuk.
"Ehh...aku masuk ya" ,ucap Cyrus sambil membuka pintu dengan sopan, "apakah kau sudah makan? Disini cukup panas bagaimana kalau kau keluar dari sini dan keluar sebentar mencari nafas yang bagus" ,ucapnya dengan suara yang lebih ramah.
Kemudian Cyrus maju makin dekat kePerrin dan kemudian memegang kursi berniat untuk duduk dekatnya dimeja.
"Jangan duduk" ,ucap Perrin.
Kemudian Cyrus mundur ia mencoba sesabar mungkin dan tidak tersinggung dengan hinaan Perrin.
Tapi dirinya cukup canggung dengan pembicaraan ini dan mulai berkeringat.
Kemudian ia mulai berbicara.
"Ah...maafkan ak-
"Ada apa mau kau datang kesini?" ,tanya Perrin.
"Tak ada...aku cuma mau berbicara denganmu" ,ucap Cyrus, "ini soal hubunganmu dengan orang diluar sana, mereka hanya khawatir kalau kau ada apa-apa"
"Mereka khawatir apa? Aku menjadi kutu buku yang mengurung diri dikamar setiap hari? Jangan tanyakan diriku Cyrus, itu yang pertama kali kuperingatkan saat kita bertemu" ,ucap Perrin kemudian menutup bukunya sambil menoleh keCyrus, "dan aku yakin pahlawan-pahlawan yang lain tidak pernah khawatir padaku" ,ucapnya sambil meminum segelas kopi.
*Sebenarnya buat apa orang-orang dinegeri ini memanggil kami kedunia ini? Musuh apa yang mereka maksud?*, tanya Perrin dalam hatinya
"Kau tidak boleh terus seperti itu, kelas kita bisa terpecah-pecah karena sikapmu yang terus seperti itu" ucap Cyrus dengan lembut.
*Apa musuh kita adalah iblis? Lagipula kalau kita berhasil membasmi iblis apa yang akan kita lakukan setelahnya? Aku tidak berpikir mereka akan tetap menunjang kita lagi karena kita sudah tak berguna atau mungkin mereka berencana menggunakan kita untuk senjata melawan negara lain?*, pikir Perrin sekali lagi dalam hatinya
"Tak bisakah kau pikirkan ini Cyrus? Mereka aku akan menggunakan kita, sementara kita dimedan perang kesusahan membantai iblis atau apapun diluar sana dan mereka akan kembali membunuh satu sama lain demi ambisi mereka, sedangkan kita antara dibunuh atau dikhianati" ,ucap Perrin.
Ia mengatakan hal tersebut cuma agar pembicaraannya lebih nyambung kepria bodoh bernama Cyrus ini.
Perrin mengatakan hal tersebut meskipun ia masih ragu bahwa iblis itu benar-benar ada didunia ini.
Tapi suatu bagian dari Perrin mengatakan bahwa kemungkinan besar iblis didunia ini ada.
Lagipula ini dunia fantasi seperti difilm-film.
"Perrin!" ,teriak Cyrus dengan cepat mendengar kata-kata Perrin tapi hal itu tak cukup mengejutkan atau membuat Perrin serius mendengarkan ucapannya, "Jangan suka berasumsi sesuatu! Kumohon percayalah pada mereka! Jangan mengisolasi dirimu!" ,dan dengan semangat Cyrus mencoba meyakinkan Perrin, "Kita sebagai pahlawan harus bersatu sama lain didunia lain ini!" ,ucap Perrin.
*Bersatu? Bersatu?! Siapa dia berani mendeklarasikan tujuan untuk bersatunya anak-anak remaja SMA bodoh yang dipanggil kedunia lain ini?* ,pikir Perrin dengan marah.
"Dan dipimpin oleh dirimu!?" ,teriak marah Perrin, "dipimpin oleh dirimu? Seorang idealis bodoh yang bahkan tak tahu apa-apa soal politik atau strategi, dengarkan ini! Aku takkan bersatu dengan manusia bodoh lain diluar sana yang mengatakan diri mereka sebagai pahlawan dan dipimpin oleh satu orang yang tahu strategi dan tak bodoh seperti dirimu"
Hanya ada satu orang yang bisa menyatukan kelas ini dan tahu apa itu politik serta strategi.
Satu-satunya yang Perrin bisa percayai daripada Cyrus bodoh.
"Perrin! Orang yang tahu strategi itu....sudah hilang dan tidak ada lagi disini sekarang..jadi sadarlah.." ,ucap Cyrus terlihat tiba-tiba merenung menyesali sesuatu.
Ya dia memang sudah tak ada tapi Perrin mengatakan bahwa orang itu bukan satu-satunya yang tahu strategi serta politik.
"Orang itu memang sudah mati tapi dia bukan satu-satunya yang tahu strategi" ,ucap Perrin, "aku berteman dengan anak-anak pahlawan diluar sana, tapi dengan syarat kau harus mematuhi setiap perintahku apapun itu" ,ucap Perrin.
"Apapun itu? Aku tidak akan bisa jika itu syaratnya" ,ucap Cyrus.
Perrin sudah menduganya.
Cyrus mungkin berpikir bahwa Perrin akan memerintahkannya untuk melakukan hal-hal jahat ataupun aneh seperti membunuh seseorang ataupun membantai orang.
Dan kemudian saat Perrin selesai memerintahkan Cyrus, Perrin akan mengatakan bahwa.
'Ini semua demi keselamatan kalian semua'
Perrin tahu kalau Cyrus memikirkan hal semacam itu.
*Tapi aku yakin Cyrus tak ingin memikirkan temannya melakukan hal semacam itu*, ucap Perrin dalam hatinya.
"Terus? Kalau begitu keluarlah, jika orang itu ada mungkin kita sudah bersatu sekarang, tapi dia tak ada dan keluarlah dari sini" ,ucap Perrin.
*Alasan apa lagi yang bisa kugunakan padanya? Dia bisa menyatukan para pahlawan lain tapi dia tak tahu politik serta cara kotor, kalaupun aku keluar dan mulai bersosialisasi itu takkan mudah mengubah keadaan, masih banyak anak perempuan atau laki-laki yang membenciku. Lagipula aku tak bisa mengontrolnya untuk diam kalau ada sesuatu*, pikir Perrin
"Kumohon Perrin! Meskipun dia sudah mati tapi dia masih hidup dihati kita dan dialam sana dia pasti menginginkan kita agar bersatu!" ,ucap Cyrus dengan keras kepala
"Apa yang kau tahu soal dia?!" ,ucap Perrin sambil memukul meja, "keluar aku sudah bosan berbicara dengan dirimu...." ,ucap Perrin kali ini dalam suara berat
*Anak itu benar-benar baik serta mementingkan orang lain dibanding dirinya sendiri dan terutama dia punya kharisma tapi masalahnya dia tak punya pemikiran tajam soal strategi, aku tak punya cara lain selain untuk tak bergaul dengan mereka saat ini, aku harus bergerak dalam bayang-bayang sama seperti saat 'dia' dulu melindungi mereka*, pikir Perrin
*Aku ingat bagaimana ia berlari lurus menyelamatkan seorang wanita dari seorang bandit yang memegang pistol, berani tapi bodoh. Bahkan ada tembakan bandit tersebut yang mengenai bahunya, ia punya keberuntungan yang tinggi kalau bisa dibilang* ,pikir Perrin
Kemudian Cyrus dengan wajah tak puas dan dengan muka yang kelihatan menyesali sesuatu ia berbicara
"Julius...aku mungkin tak mengenalny-
"Kau tak dengar apa yang aku katakan sialan! Keluar!" ,ucap Perrin
Kemudian dengan wajah murung yang kelihatan gagal Cyrus keluar, "baiklah kalau begitu, tapi kalau ada apa-apa kau bisa datang kepadaku kapan saja", ucapnya dengan senyuman kecil optimis
Kemudian debatan itu mati dan suasana kembali tenang.
Sedangkan Perrin duduk tapi dengan kuat tubuhnya menghantam kursi.
Dan terlihat ia hampir terjatuh.
Dia cukup kelelahan memikirkan bagaimana mengontrol anak-anak SMA yang lain dan Cyrus sekaligus.
Dan bagaimana membuat ia dan yang lain selamat.
Negeri ini dipimpin oleh seorang putri lumpuh yang lemah dan putri tersebut sudah dikurung dikastil ini bertahun-tahun.
Pastinya ada banyak pemberontakan dan perang dari luar tapi hal itu tak ada yang masuk ketelinganya ataupun anak-anak SMA yang lain.
Anak-anak SMA yang lain mungkin tenang tapi tak lama lagi mungkin keselamatan mereka akan dalam bahaya terutama negara lain yang tak suka keberadaan mereka saat ini.
Ia tak mendengar banyak kabar dari luar dan ia hanya mendapat sesekali informasi dari Casca yang mau memberikannya kalau ia mau.
Dan terkadang Perrin harus menyuap Casca dengan batu berlian didungeon yang ia dapatkan agar Casca memberinya informasi.
Sebentar ia memikirkan itu semua, dia berhasil memperbaiki posisi tubuhnya dan berhasil menghindar jatuh dari kursinya.
Kemudian ia melihat sebuah kotak catur diatas lemari buku-buku dikamar tersebut.
"Julius....kenapa kau yang harus mati diawal..." ,ucap Perrin.
Disebuah hutan kumpulan prajurit berhadapan membentuk kamp dan beristirahat ditempat tersebut terlihat pasukan yang lain makan dan tidur juga minum-minum.
Mereka bersenang-senang dan sedang menikmati istirahat dihutan.
Sementara itu kumpulan bandit diseret oleh beberapa prajurit kejenderal pasukan tersebut.
"Pak," panggil prajurit itu kepada jenderalnya "ini bandit-bandit sialan itu dan kepala bandit yang berasal dari keluarga Bee yang kau cari pak"
Suara jijik prajurit mulai terdengar.
"Ih! Muka macam apa itu!" ,teriak salah satu prajurit merasa jijik melihat sesuatu.
Banyak juga prajurit yang merasa jijik, panggilan seperti monster,jelek,buruk juga beberapa panggilan kotor lainnya juga sudah mulai terdengar.
Diseret bandit oleh prajurit itu kemudian disuruh duduk dengan tunduk kehadapan jenderal.
Vesius keluar dari kamp nya dan dengan perutnya yang gendut ia keluar sambil membawa daging ayam ditangannya.
"Hmmm...ohhh...aku ingat...ya dia.. kupikir siapa yang menjadi bandit dari keluarga Bee ternyata kau" ,ucap Vesius dengan mulutnya penuh dengan makanan.
Muka kepala bandit bermarga Bee itu terlihat aneh dan memiliki bengkak-bengkak biru yang menjijikan bahkan keluar nanah dari mukanya.
Wale kemudian juga ikut keluar dan dengan muka yang cukup kaget ia berkata.
"Pruasarr Bee"
"Ah...Iya...Orang itu! Benar...Dia yang dikeluarkan dari keluarga Bee.." ,ucap Vesius sambil menaruh sisa daging ayamnya ketalam yang disuguhkan pelayannya.
Bandit bernama Pruasarr Bee hanya menunduk kebawah dan kemudian mengangkat kepalanya setelah itu menatap Vesius dengan wajahnya.
"Pasukanmu lebih sedikit dari yang aku duga ternyata pasukanku salah duga kalau pasukanmu begitu besar sehingga mereka lari ketakutan dan meninggalkanku dibelakang" ,ucap Pruasarr.
"Hm..ya pasukan bandit itu sampah dan tidak loyal" ,ucap Vesius sambil mengunyah daging ayamnya.
"Kenapa kau masih memakai nama keluarga Bee? Padahal kau sudah dibuang dari keluargamu, kau hanya mencemarkan nama keluarga Bee" ,ucap Wale.
Sekali lagi Pruasarr tersenyum, "Apapun yang terjadi aku selalu keturunan keluarga Bee...ksatria Wale, apa yang kau tahu soal rasanya dibuang dari keluargamu sendiri hah?" ,ucapnya.
"Wale mundurlah" ,ucap Vesius.
Wale kemudian mundur secara hormat dan tunduk kepada tuannya.
"Banyak rumor soal keluarnya kau dari keluarga Bee, karena kau mempelajari sihir air terlarang yang aku dengar atau kata orang-orang kau memakai tehnik gelap kalau yang aku dengar" ,ucap Vesius.
Dengan senyuman licik Pruasarr menatap Vesius, " 'Burung hantu besar' itu orang-orang panggil kepada dirimu, orang-orang memanggilmu sebagai burung hantu besar yang bisa menatap setiap pasukan disetiap pertempuran menjadikanmu tak terkalahkan dimedan tempur" ,ucap Pruasarr.
"Yang tak pernah merasakan kekalahan itu adalah pemula" ,ucap Vesius.
Pruasarr menyeringai lebih lebar.
"Hahahhahaha!" ,tawa Pruasarr, "jawaban yang bagus burung hantu! Jadi kau mengakui kau itu pemula?" ,tanya Pruasarr sambil tersenyum dengan bibir buruknya yang memiliki warna ungu dan memiliki beberapa bagian bengkak-bengkak dipinggirrannya.
"Iya, cuma aku pemula tingkat atas" ,jawab Vesius.
"Hahahahahaha!" ,tawa Pruasarr sekali lagi, "Kelihatannya aku mati ditangan orang yang tepat" ,ucapnya sambil tersenyum.
Apa yang bandit ini pikirkan? Apakah dia berpikir aku semudah itu memenggalnya? Tentu saja tidak kalau ada kepala hidup yang dijual mahal maka aku takkan menyia-nyiakannya, pikir Vesius.
"Hah! Kau tidak akan mati disini" ,ucap Vesius, "aku tidak akan membunuhmu..karena harga kepalamu lebih berharga jika dirimu dibayar hidup-hidup, ada orang kaya diBallerius yang nampaknya mau membayar mahal untukmu" ,ucapnya.
"Prajurit, bawa dia kekurungan yang sudah disiapkan" ,perintah Vesius kebawahannya, "dan kau Wale coba cari indetitas bandit yang masih hidup siapa tahu dari mereka ada yang kepalanya berharga untuk dibiarkan hidup sedangkan kalian prajurit akan dapat hadiah, karena kalian yang menangkapnya dimedan perang"
"Baik tuan" ,ucap Wale dengan hormat.
"Ah iya tuan terima kasih" ,ucap salah satu prajurit.
"Oaahhh...." ,menguap Vesius, "hari ini aku cukup lelah dan aku mau istirahat dulu"
Sudah berapa lama aku tak tidur? Entahlah yang penting aku mau menutup mataku dan tenang sekarang, pikir Vesius.
Kemudian ia melangkah kekasur lembut yang disediakan pelayannya dikamp, kasur merah yang cukup besar dan beberapa batu juga pasir nampaknya tak terhindar juga naik keatas kasur.
"Kelihatannya, aku memang tidak bisa meninggalkan kalian disini. Negeri ini sudah kacau sejak aku meninggalkan ibukota untuk pergi kefront utara untuk melawan Dwarf" ,ucap Toran Garius duduk dikursi sambil mencatat sebuah surat.
Orang-orang yang duduk bersamanya didekat meja tidak berani bicara terbuka dan hanya terdiam.
"Jadi? Kenapa kalian diam? Ayo kalian utarakan pendapat kalian masing-masing, kalian itu kounsil" ,ucap Toran menoleh keorang-orang didekatnya dengan pena bulu ditangannya masih menulis surat.
Kemudian seorang kakek tua menoleh kehadapan orang lain disekitarnya dan memulai bicara.
"Ehem...seperti yang kita ketahui bahwa kita sebagai cabang kepala negara yaitu kounsil dipanggil untuk pertemuan oleh tuan menteri perang-
"Kalian dipanggil untuk memutuskan keputusan besar negara kita untuk masa depan yang akan datang" ,ucap Toran memotong ucapan kakek tua itu, "dan apapun keputusan kita diakhir pertemuan kounsil, kita tidak akan mengusulkannya kepada senat" ,ucap Toran sambil menggulung surat yang baru saja ia selesaikan untuk dicatat.
Orang-orang yang berada disana cukup terkejut dan keheranan dengan keputusan Toran.
Mereka melihat satu sama lain.
"Ta..tapi tuan sudah budaya dan peraturan kalau apapun langkah negara ini harus diputuskan senat" ,ucap kakek tua itu.
"Ini sudah tugas,budaya,dan peraturan untuk kalian anggota kounsil untuk menggantikan menteri perang menghentikan perpecahan disenat.." ,ucap Toran dengan suara berat yang menakutkan, "senat sekarang sudah hancur, mereka hanyalah kumpulan orang-orang yang berkelahi hanya untuk melihat dunia menurut keinginan mereka sendiri, senat tidak akan mampu memutuskan banyak keputusan karena perpecahan seperti ini.." ,Ucap Toran berdiri memandang dengan marah para anggota kounsil dihadapannya.
Kemudian Toran melempar sebuah surat ketengah-tengah meja terlihat surat tersebut adalah laporan mundurnya pasukan Victa di'pegunungan hitam' oleh Vespasian dan kekalahan pasukan Victa yang lain diTyronia di'lapangan tombak hijau'.
"Pasukan kita yang katanya sangat kuat dikalahkan atau mundur didua front penting hanya dalam satu minggu, hal itu sudah menunjukkan betapa parahnya perang diberbagai front sekarang" ,ucap Toran dengan marah membuat kounsil tidak berkutik.
"Oleh karena itu tuan muda keluarga Basileus!" ,ucap Toran menoleh kesalah satu orang dimeja kounsil.
Kemudian Taitus berdiri dari mejanya terlihat ia lumayan gugup menghadap keToran.
"Ia tuan" ,ucap Taitus dengan sedikit tersenyum.
"Kau akan pergi dalam perjalanan sebentar kekerajaan Dalmatia untuk mendapat sejumlah dukungan dari beberapa bangsawan disana untuk berdamai dengan kita" ,ucap Toran.
Taitus hanya gagap dan lumayan terkejut dengan perintah Toran dirinya mencoba melawan dalam bicara.
"A..apa tuan? Eh..eh bisa-
"Kau akan pergi ke Gallwarius untuk menjadi diplomat serta mengadakan pertemuan dengan beberapa adipati kuat diDalmatia dan kalau bisa kau pergi ke kastil Balradius kalau kita berhasil mendapat ijinnya" ,ungkap Toran mengukuhkan perintahnya kepada Taitus.
"Ba..baik pak" ,ucap Taitus pasrah.
"Bagus, dan kirim utusan untuk berdamai keorang Tyronia, juga kembalikan kastil-kastil diperbatasan yang diambil oleh kita" ,ucap Toran.
Orang-orang yang duduk dikounsil tersebut hanya terkejut dan kemudian kakek tua berdiri, sambil sedikit ketakutan dirinya berdiri dan mencoba berdiri dengan tegap kehadapan Toran.
"Tuanku," ucap kakek tua itu mencoba sopan, "beberapa tahun yang lalu orang Tyronia merusak perjanjian damai dengan kita, kita tidak bisa mengabaikan hal ini tuanku begitu juga dengan banyaknya darah orang-orang kita yang meninggal ditanah Tyro-
"Apa!? Kita butuh lebih dari 30.000 pasukan hanya untuk menjaga perbatasan kita dari Tyronia yang kecil! 30.000 pasukan Lryser!" ,ucap Toran sambil menoleh kekakek tua itu dengan memanggil namanya, "30.000 pasukan! 40% dari jumlah pasukan kita! Dan beberapa hari yang lalu kita kehilangan 7.000 kita!" ,ucap Toran dengan teriakan marah yang lebih kuat.
Kounsil kembali terdiam.
Kemudian ia berdiri, tubuhnya yang gagah sedangkan wajahnya yang tua tapi menakutkan menatapi mereka. Auranya menambah diamnya orang-orang dimeja Kounsil.
Toran melihat kemereka dan dengan suara yang berat ia berbicara.
"Tidak ada kata lagi dari mulut kotor kalian.....sudah kewajibanku sebagai keturunan keluarga Garius menjaga Victa....dan untuk itu aku akan melakukan apa saja termasuk melakukan perjanjian damai dengan orang Tyronia.."
Kemudian ia memberikan gulungan surat dengan dua stampel dengan logo burung hantu dan cabang tombak besi berwarna biru disampingnya.
Ia berikan kepada bodyguardnya yang memakai armour merah.
Ia kembali menatap kounsil dan berbicara.
"Kounsil hari ini bubar atas nama diriku Toran dari keluarga Garius sang menteri perang dan menteri diplomasi"
Kemudian kounsil kembali kebingungan dan menatap satu pria disudut meja yang juga kebingungan.
Dan dengan kebingungan ia bicara.
"Ta..tapi tuan..aku masih memegang jabatan menteri diplomasi-
*Tam!*
Tepuk tangan tua Toran dimeja.
"Kau dipecat karena ketidakbecusanmu selama aku pergi....." ,Ucap Toran dengan suara yang berat.
Toran kemudian berjalan dengan suara gemericing armour dari bodyguardnya serta langkah kakinya ia berjalan dari ruang kounsil tersebut keluar.
Orang-orang kounsil kemudian berdiri pergi setelah perginya Toran mereka hanya diam dan pasrah meskipun marah ataupun kesal.
Angin dari jendela memasuki ruangan tersebut meniupi bendera burung hantu yang berada diruangan tersebut.
Note:lambang keluarga Garius adalah Burung hantu.
salah satu keluarga yang paling tua diseluruh Victa dan telah ada sejak pertama kali Victa berdiri bahkan keluarga Victa memiliki darah raja Victa didalamnya.