"Musuh yang paling dapat mengalahkanmu adalah perutmu sendiri"
-Umar bin Khattab
Catur yang mengubah segalanya
Disebuah lapangan yang berlumpur dan dipepohonan terbentang banjiran mayat beserta senjata besi.
Kuda-kudapun menjadi korban disini seorang pasukan merangkak mencoba berlari dari kejaran kematian.
Prajurit itu meminta ampunan dari musuhnya yang hanya menolongnya sesaat
"Ampun! Aku menyerah! Aku menyerah!" ,ucap prajurit itu berteriak histeris
Setelah itu musuhnya menusuk dengan tombak tepat dijantungnya mengakhiri hidupnya selamanya.
Disebuah kamp prajurit seorang pria gendut berdiri dengan armour menatap lama sebuah peta menggerakkan satu persatu pion yang ada dipeta tersebut.
"Tuan muda, ayahmu telah sampai diibukota dengan selamat" ,Ucap ksatria Wale masuk kekamp dengan armournya yang penuh dengan lumpur dan darah.
"Hm..dia memang akan sampai tidak perlu diberitahu, yang hanya aku perlu ketahui adalah langkah kita selanjutnya" ,Ucap pria gendut itu sambil terus menatap peta tersebut dengan berkeliling disekeliling meja melihat pion diatas peta tersebut satu persatu.
"Ngomong-ngomong Wale kumohon menjauhlah armourmu terlalu kotor nanti bisa mengkotori meja dan peta ini" ,Ucap pria gendut itu.
"Ba..baik tuan" ,Ucap Wale mencoba menjauh dari mejanya.
"Berapa kerugian kita?" ,Ucap pria gendut itu.
"Hanya 167 yang mati tuanku sedangkan 234 lainnya terluka parah dan lebih dari seribu yang lain terluka ringan atau lecet" ,ucap Wale seorang ksatria berwajah tua tersebut sambil membuka sarung tangannya menaruhnya dikeranjang berisi air yang nantinya akan diambil pelayan untuk dibersihkan.
"Berapa banyak tawanan pasukan musuh yang kita ambil" ,ucap pria gendut itu sambil menggeser catur keposisinya.
"Sekitar lebih dari 1.000-an tuanku atau bahkan 1.500-an tuanku pokoknya lebih dari itu" ,ucap Wale.
"Hm..cukup banyak, nanti kau pergi keBallerius dengan 1.700 pasukan untuk mengambil sebagian besar dari tawanan" ,ucap pria gendut.
"Tapi tuanku itu setengah dari pasukan, kau bisa dalam bahaya jika kutinggalkan hanya dengan sekitar 2.000 yang tertinggal, bisa saja pasukan musuh menyerang pasukanmu" ,ucap Wale mengkhawatirkan tuannya.
Kemudian ia mendekat ketuannya.
"Ijinkan aku mengeksekusi tawanan demi kebaikanmu tuanku" ,ucap Wale.
"Dasar bodoh, tenang saja kita sudah mengalahkan 8.000 pasukan dan membantai lebih dari sebagiannya, kau tidak perlu khawatir denganku" ,ucap pria gendut itu meminum air anggur.
Kemudian pelayan berjalan melangkah menuangkan anggur kegelasnya.
"Lagipula tawanan itu bagus untuk dijual dan ditukar" ,ucap pria gendut itu sambil meminum anggur dari gelasnya.
"Meskipun aku tidak yakin bisa ditukar dengan sebagian besar pasukan yang kita kalahkan ini diisi dengan petani" ,ucap Pria gendut tersebut menyambung ucapannya.
Dirinya kemudian hanya duduk santai meminum anggur sambil membuka buku untuk dibaca.
Kemudian suara kuda dari jauh mulai terdengar dan kemudian seorang yang menaiki kuda dengan cepat mendekati kamp pasukan tersebut.
Prajurit yang terluka maupun tidak, teralihkan perhatiannya kepada penunggang kuda tersebut.
"Pembawa surat datang!" ,teriak seorang prajurit memberitahu seluruh kamp.
"Oh ada surat datang, berita apa lagi ini?" ,ucap Pria gendut tersebut.
Pria gendut itu kemudian keluar dari kampnya sambil membawa segelas air anggur ditangannya sedangkan penunggang kuda mendekat kepadanya.
"Tuan Vesius dari klan Garius anak dari menteri perang dan militer Toran Garius aku membawa surat langsung dari pusat dan senat" ,Ucap pembawa pesan itu menunggangi kuda sambil menodongkan sebuah kertas surat kepria gendut itu.
Pria gendut yang dipanggil Vesius itu kemudian mengambil surat tersebut dan kemudian membacanya dengan teliti.
Setelah itu ia kemudian menutup surat tersebut setelah itu masuk kekamp.
"Wale, perintahkan untuk seluruh pasukan bersiap membubarkan kamp," ucap Vesius mengambil sebuah apel dari keranjang "Kita mundur kekota Ballerius, dan pelayan bantu aku bereskan kamp ini"
"Ada apa tuanku?" ,Ucap Wale mendekati Vesius.
"Ayahku memerintahkan untuk seluruh pasukan diberbagai front untuk memberi pasukan pusat minimal 1.000 pasukan untuk diberi misi membasmi bandit dan aku akan memberi ayahku 3.000 pasukan untuk hal itu" ,Ucap Vesius sambil meminum beberapa gelas anggur.
"Tuanku, kita baru saja menang besar dan mengalahkan pasukan 2 kali jumlah kita, kita tidak bisa mundur begitu saja karena itu bisa mempengaruhi moral pasukan tuanku" ,ucap Wale.
"Republik tengah kacau, bandit dimana-mana sedangkan pajak menurun dan petani bisa memberontak kapan saja," bicara Vesius sambil menaruh catur dan beberapa barang-barang lain dimejanya kesebuah tas kulit ".Banyak hal yang lebih penting daripada memenangkan perang ini"
Wale hanya menatap tuannya meskipun ragu dengan perintah tuannya ia tetap menurutinya.
"Jadi? Apa yang kau tunggu pergi sana organisasi pasukan untuk mundur besok" ,ucap Vesius.
"Baiklah tuan sesuai perintahmu" ,Ucap Wale yang kemudian keluar dari kamp.
___-_-____
Filda dan ayahnya memandang kedua orang yang duduk berdekatan didekat meja, seorang wanita muda berambut pirang dan Hanno duduk mereka bermain catur untuk bertaruh bayaran hutang.
Ayah Filda maupun Filda itu sendiri tidak mengerti banyak tentang catur yang dianggap merupakan permainan bangsawan.
Suara gesekan catur satu persatu ditaruh ditempatnya terdengar dan kemudian wanita muda tersebut bengong sadar bahwa ia tak bisa menggerakkan caturnya kemana-mana.
Karena ia sudah diskakmat oleh Hanno.
"Ka..kau menang" ,ungkap wanita muda tersebut kepada Hanno.
"Ah..iya aku menang" ,ucap Hanno.
"Pak...aku kalah dan Hanno menang" ,ucap wanita muda tersebut menoleh keayah Filda.
"Ummm....." ,Filda kemudian dengan wajah bahagia berdiri setelah itu melompat kesenangan, "Hanno jenius! Hanno itu jenius! Hahahah! Dasar wanita berdosa bayar hutangmu! Bueeekk.." ,ejek Filda dengan wajah senang kekanak-kanakan setelah itu memegang kedua bahu Hanno menggoyang-goyangkannya.
"Jadi apa kau akan bayar hutangmu?" ,ucap ayah Filda tetap duduk dikursi menatap kewanita muda tersebut.
"Tidak dengan uang" ,ucap wanita muda tersebut.
"Hah! Apa kalau begitu sialan!? " ,Ucap Ayah Filda berdiri dengan wajah marah.
"Bagaimana kalau aku mengajari kalian?" ,ucap wanita muda tersebut dengan wajah yang serius.
Hanno yang terdiam menoleh kewanita tersebut dengan wajah yang sedikit terkejut.
"Hah! Mengajari kami apa!? Emang apa yang kamu mau ajari!?" ,ucap Filda dengan kesal.
"Dia benar, emang kau bisa mengajari kami apa? Bahkan jika kau bangsawan kami tak perlu pendidikan tinggi" ,ucap ayah Filda.
"Tidak untuk kalian...tapi hanya untuk Hanno saja.." ,ucap wanita muda itu.
"Hah! Hanno! Apa yang akan kau lakukan dengan Hanno ku!" ,ucap Filda memeluk Hanno dengan erat.
"Dia punya potensi.....dia punya potensi yang sama dengan monster-monster jenius lain diluar sana.." ,ucap wanita muda itu berdiri dirinya kelihatannya ia lebih serius mengajar Hanno daripada membayar utangnya.
"Hei Hanno",panggil Ayah Filda kepada Hanno.
"Iya?" ,ucap Hanno menanggapi panggilannya.
"Kau mau diajari orang ini?" ,ucap Ayah Filda.
"Hmm....Ehh..." ,Hanno mulai kebingungan.
"Cepatlah!" ,teriak Ayah Filda
"Tunggu dulu, apa yang emang kau bisa ajari nona?" ,ucap Hanno bertanya dengan sopan
"Tidak perlu memakai panggilan nona nak, namaku Jean dari keluarga Berrau, aku bangsawan dan mantan senat" ,ucap wanita tersebut mengenalkan namanya.
Ayah Filda menyeringai, ia melihat semacam kemungkinan dari wanita yang mengenalkan dirinya sebagai bangsawan itu.
"Bagaimana aku bisa tahu kalau kau itu benar-benar mantan senat?" ,ucap Ayah Filda.
"Aku bisa membawakanmu medali Haralia punyaku, yang asli kalau kau bisa periksa sendiri," ungkap Jean membuat makin yakin Ayah Filda "aku bisa mengajarimu membaca buku dan tulisan serta sejarah juga politik nak"
"Jadi..aku tanya untuk kedua kali nak, apakah kau mau diajar orang ini?" ,ucap Ayah Filda.
"Aku mau" ,ucap Hanno tenang.
"Bagus" ,ungkap Wanita muda tersebut.
"Kita setuju dan utangmu terbayar tuan Jean, dan kau akan mengajarnya dirumah ini sedangkan hari liburnya Hanno sendiri yang tentukan" ,ucap Ayah Filda sambil berjalan mengambil keranjang berisi buruannya kebelakang bersiap menyembelih buruannya.
___-_-___
Sementara itu diperbatasan Republik Victa dan Kerajaan Dalmatia terlihat disebuah kamp prajurit yang kotor dan berlumpur, banyak pasukannya yang terlihat menderita.
Terdengar teriakan baik dari pasukan yang terluka maupun pasukan yang menjadi gangguan jiwa akibat perang.
Seorang wanita dengan memakai pakaian pasukan medis berjalan dirinya melihat berbagai penderitaan pasukan sepanjang jalan.
Dirinya kemudian menepuk bahu salah satu prajurit dan menanyai prajurit tersebut "berapa banyak yang kabur dari kamp hari ini?" ,Ucap wanita itu dengan muka yang kotor dan kelelahan
"Sekitar 40-an hari ini buk" ,Ucap pria itu sambil menunduk hormat.
Kemudian wanita yang memakai pakaian medis tersebut pergi dan terus melanjutkan berjalan.
Wanita berpakaian medis tersebut kemudian masuk kesebuah tenda yang memiliki corak yang lebih mewah dari seluruh tenda dikamp prajurit ini.
Ditenda tersebut seorang pria berambut putih panjang dengan armour duduk dikursi didepan meja sambil melihat peta.
Wajahnya tenang seperti es, sedangkan matanya berwarna perak tajam menakutkan seperti mata beruang mencari mangsa nya tapi lebih tajam dan hati-hati.
Rambutnya seputih silver, ototnya terlihat kuat meskipun ditutupi armour yang sudah kotor dengan darah dan lumpur.
Disampingnya terdapat seorang bodyguard pria gagah dengan rambut kecoklatan.
Wanita berpakaian memasuki tenda tersebut.
"Kapan kita mundur Vespasian?" ,Ucap wanita itu kepada pria berambut putih tersebut.
"Belum saatnya" ,Ucap pria berambut putih bernama Vespasian dengan tenang.
"Apa maksudmu belum saatnya Vespasian? Kita sudah bertarung dipegunungan ini selama lebih dari 2 bulan!" ,Ucap wanita itu marah.
"Hati-hati berbicara, kau sedang berbicara dengan jenderal pasukan ini" ,Ucap bodyguard yang menjaga pria berambut kecoklatan tersebut sambil bersiap menghunuskan pedang dipinggulnya mengancam wanita tersebut.
Wanita tersebut hanya tenang dan tidak berekspresi menganggap pedang itu bukan ancaman.
"Biarkan dia bicara, Khasraw" ,Ucap Vespasian
Bodyguard itu kemudian hanya terdiam dan mundur menjauh dari wanita itu
"Moral pasukan ini sudah hancur akibat bertempur terlalu lama dan setiap hari puluhan pasukan melarikan diri secara diam-diam dari kamp, sedangkan mengeksekusi pasukan yang melarikan diri hanya memperparah hancurnya moral pasukan" ,Ucap wanita tersebut kepada pria berambut putih tersebut yang ia panggil Vespasian.
Tapi Vespasian terlihat tak menghiraukan apa yang diucapkan wanita tersebut dan masih bermain menaruh catur dipeta tersebut selama wanita itu berbicara.
"Kita harus mundur Vespasian.." ,Ucap wanita tersebut dengan nada beratmencoba meyakinkannya.
Vespasian hanya memasang wajah tenang dan bereaksi seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Kemudian terdengar suara langkah kaki kuda dari jauh dan terlihat seseorang menunggangi kuda mendekat.
Kemudian semua perhatian pasukan tertuju kepada orang yang menunggangi kuda tersebut.
"Itu yang aku tunggu sebelum kita mundur" ,ucap Vespasian dengan tenang sambil berjalan keluar dari kamp melewati wanita tersebut.
Vespasian keluar, sedangkan bodyguardnya ikut keluar dari kamp begitu juga dengan wanita tersebut menyusul dari belakang.
"Tuan Vespasian dari klan Ohara anak dari Horar Ohara mantan menteri diplomasi aku membawa surat langsung dari pusat dan senat" ,Ucap pria yang menunggangi kuda tersebut sambil menyuguhkan surat tersebut kepada Vespasian.
Vespasian hanya mengambil surat tersebut dan kemudian membuka setelah itu membacanya dengan cepat.
Kemudian dirinya menutup surat tersebut dan merenung sebentar.
"Kita mundur" ,Ucap Vespasian sambil menaruh surat tersebut kekantung dipakaiannya.