"Cara menjadi seorang dewa bukan menjadi yang terkuat melainkan menjadi yang tahu segalanya"
-Oxera Philip
Menjadi yang mengetahui
"Jadi kita berada dinegara Victa? Didekat perbatasan dengan negara Dalmatia diprovinsi yang disebut 'Sarung tangan besi?' " ,ucap Hanno duduk dikursi sambil menunjuk suatu peta dibuku yang berada diatas meja.
Sedangkan Jean Berrau hanya duduk didepannya.
"Iya kau mudah belajar Hanno..." ,ucap Jean memiringkan mukanya sambil tersenyum.
Kemudian Filda berjalan membawa tumpukan piring disebuah ember, dengan keras terdengar gesek-gesekkan piring yang keras. Seolah-olah Filda sengaja membuat suara keras tersebut.
*Trankkk* Suara keras piring dan gelas bergesekkan diember saat Filda menaruhnya ditanah untuk mencucinya dengan air.
Hanno dan Jean kemudian teralihkan perhatiannya terhadap Filda yang mengeluarkan suara bising dengan gesekkan piring.
"Hm...kau cemburu ya..." ,ucap wanita muda bernama Jean Berrau itu dengan tersenyum.
"A.a..tidak! Apa-apaan kau menggangguku wanita sesat!" ,Ucap Filda dengan malu-malu.
Filda hanya kembali mencuci piring tapi dengan gaya yang lebih kasar.
Dan terdengar Filda mengoceh-mengoceh.
"Fu..fu..fu..fu dasar anak muda.." ,ucap Jean Berrau dengan senyum.
"Jean," ucap Hanno menoleh kementornya "boleh aku tanya sesuatu?",ucapnya.
"Ya?" ,jawab Jean.
"Apa kau bisa mengajariku sihir?" ,pinta Hanno.
"Hm...jangan minta padaku, kau pikir menggunakan sihir itu begitu mudah? Itu sangat sulit dan berkonsekuensi parah nak" ,jawab Jean.
"Apa ada orang yang bisa menggunakan sihir dinegeri ini?" ,bertanya Hanno.
"Hahaha!," tawa Jean, "yang aku tahu hanya ada empat diVicta yang bisa menggunakan sihir nak, tapi aku rasa tiga dari mereka...akan sulit didekati..bisa dibilang?"
Hanno diam menatap Jean dengan tatapan yang dingin setelah itu mencoba tak menghiraukan ucapan Jean dan kemudian ia membuka satu lembaran disalah satu buku.
"Cassandra...yang..agung.." ,baca Hanno.
*Ini gila dia bisa mempelajari bacaan hanya dalam beberapa jam*, pikir Jean dalam hatinya.
Hanya beberapa jam yang lalu Hanno tidak mengenal huruf-huruf dan sekarang ia sudah bisa membaca huruf Dathrrarr meskipun cukup terbata-bata.
Dia juga sudah bisa membaca huruf Anglo.
"Hm..Cassandra yang agung....raja yang hebat dan dikisahkan bahwa dia sangat ahli dalam bertarung dan kampanye militer",ucap Jean sambil tersenyum, "serta orang yang membuat kerajaan terbesar yang pernah dilihat manusia"
"Orang yang beruntung" ,ucap Hanno
"Hm?" ,ucap Jean
"Ayahnya membuat kekuatan militer negaranya dan membuat keluar kerajaannya dari krisis sehingga ia mewarisi kerajaannya yang sudah stabil dan kuat sehingga ia bisa pergi dan menaklukkan negara besar" ,ucap Hanno sambil menatap secara serius lembaran buku tersebut.
seringai Jean.
*Ohh..pandangan yang bagus terhadap sejarah nak..* ,pikir Jean dalam hatinya
"Republik Victa..." ,ucap Hanno sambil terus membaca buku tersebut.
"Itu tempat tinggal kita.." ,ucap Jean.
*Mungkin bukan tempat tinggalmu* ,batin Jean
Sekali lagi ia menatap Jean dengan tatapan dingin dan tak menghiraukan ucapannya.
Hanno hanya terus membaca buku-buku sejarah tersebut dengan serius.
"Jadi? Apa kau berniat belajar sihir?" ,ucap Jean.
"Kalau aku bisa, mungkin akan kulakukan tapi saat kudengar hanya ada empat orang yang bisa menggunakan sihir dinegeri ini, dan tiga darinya tak bisa didekati aku merasa hampir putus asa" ,ucap Hanno.
"Hm...Kau kurang ambisi...bagaimana dengan satu penyihir lagi yang kubilang masih bisa didekati" ,ucap Jean tersenyum lebar dan lebih licik, "tentu saja dengan konsekuensi"
Hanno terdiam dan merenung kemudian ia berbicara.
"Aku mau buang air dulu"
Hanno berjalan pergi dari meja melewati Filda yang mencuci piring dan masuk kekamar mandi.
Hanno membuka pintu kamar mandi yang berdinding kayu.
Didalam kamar mandi ia membasuh rambutnya yang cukup panjang menggunakan air.
Air mengalir diwajah Hanno.
Wajahnya mengukir senyum yang mengerikan, tapi senyuman tersebut kemudian memudar berganti menjadi wajah yang lebih kelam.
Dan kemudian ia bercermin diember yang berisi air jernih.
Dirinya menatap bayangan dari wajahnya.
Dan dengan suara yang lebih berat ia berkata.
"Konsokuensi kah..."
.
___-_-__
.
"Oi nak, kau kan berasal dari perbatasan" ,panggil wanita berpakaian medis kepada seorang prajurit dari atas kudanya "apa kau tahu berapa lama lagi kita kekota Ballerius?"
Sudah sekitar beberapa hari mereka berjalan keluar dari Pegunungan Hitam.
Wanita tersebut sudah lama tak melihat peta, sehingga ia tak mengingat dimana dirinya saat ini.
"Aku tak tahu jelas buk, mungkin seminggu atau sebulan lagi mungkin kita sampai kekota Ballerius?" ,jawab prajurit itu menoleh kewanita berpakaian medis dengan barang-barang dipunggungnya yang prajurit tersebut bawa.
"Sebulan kah..." ,pikir wanita berpakaian medis tersebut dari atas kudanya,
Dan segera ia mengendarai kuda nya kedepan menjauh dari prajurit tersebut.
Terlihat pasukan berjalan dan kereta suplai mengikuti mereka dengan kondisi yang cukup parah dengan lumpur menyelimuti mereka dimana-mana.
Dan pasukan yang kelelahan serta tak memiliki moral untuk bertarung ataupun berjalan.
Bahkan terlihat pasukan yang memakan roti berbalut lumpur.
Wanita berpakaian medis tersebut terus mengendarai kuda menyaksikan keparahan keadaan pasukannya.
Ia mengendarai kudanya kearah kereta tertutup dimana jenderal pasukan berada.
"Vespasian! Vespasian! Ini aku! Aku mau berbicara denganmu!" ,panggil wanita berpakaian medis tersebut keVespasian yang berada dikereta tersebut sambil mengetuk-ngetukkan tangannya kekereta tertutup tersebut.
Kemudian ksatria penjaga milik Vespasian membuka jendela kereta tertutup tersebut, Vespasian terlihat didalam dengan menaruh tangan merapat didepan dimulutnya.
Vespasian kemudian menatap wanita berpakaian medis tersebut.
"Ada apa?" ,bertanya ksatria milik Vespasian kewanita tersebut.
"Vespasian kita harus berhenti dan mengistirahatkan pasukan kita!" ,ucap wanita tersebut.
"Khasrow, tutup jendelanya" ,ucap Vespasian dengan dingin.
"Baik tuan" ,ucap Ksatria bernama Khasrow tersebut.
*Tek*
Khasrow kemudian menutup jendela kereta tertutup tersebut.
"Vespasian! Pasukan kita sudah kelelahan! Biarkan mereka beristirahat terlebih dahulu!" ,teriak wanita berpakaian medis tersebut, "Ah sial!" ,gerutu wanita tersebut.
Khasrow kemudian merenung sebentar dan melihat tuannya.
"Tuanku dengan kecepatan seperti ini pasukan kita akan kelelahan dan....kemungkinan....memberontak" ,ucap Khasrow mulai meragukan keputusan tuannya.
"Dan dengan kecepatan ini kita bisa sampai kekota Ballerius kurang dari 10 hari" ,ucap Vespasian kemudian dengan tatapan yang dingin ia menatap Khasrow.
Menelan ludah Khasrow.
"Maafkan aku tuanku, aku meragukan keputusanmu", ucap Khasrow.
.
___-_-___
.
"Andai saja aku bisa mengambil kepala mahluk sialan yang ingin membunuhku itu" ,Ucap Kalavvar
Kalavvar duduk dikursi disebuah balai yang indah dengan kebun bunga disekitarnya dan sebuah teko anggur ditaruh dipahanya.
Didepannya Taitus memakai pakaian yang cukup mewah duduk dikursi didepan Kalavvar.
Terlihat papan catur ditaruh dimeja didepan mereka berdua.
Taitus kemudian menggerakkan pion dipapan catur satu persatu.
Sedangkan Kalavvar hanya melihat beberapa pelayan wanita cantik mengobrol dikebun.
Kemudian Kalavvar meminum air anggur dari tekonya secara langsung.
"Ahh" ,ucap Kalavvar dengan lega setelah meminum anggur.
"Kenapa dewa memberiku hari sialan seperti ini?" ,Ucap Kalavvar sambil menggerakkan catur dengan sembarangan.
"Mungkin itu karena kau terlalu banyak berdosa dimasa mudamu" ,Ucap Taitus sambil mengukir patung kucingnya dipisau ditangannya.
Kalavvar bukan cuma orang gendut pemabuk sembarangan dan Taitus maupun semua orang dikeluarganya benar-benar tahu itu.
Kalavvar merupakan veteran besar dan prajurit petarung terkenal dimasa mudanya.
Sayang umur menghancurkan kekuatan tempurnya dan membuatnya bahkan tak bisa menunggangi kudanya.
*Sudah berapa perang dan pertarungan yang ia lewati?* ,pikir Taitus sedikit penasaran.
Kemudian ia menggerakkan caturnya dengan cepat dan kembali mengukir patung kucing dengan pisaunya.
Kalavvar menoleh kepapan catur dan kembali melihat kearah kebun bunga.
"Kau sudah menang dari awal nak, tidak perlu mengajak aku bermain catur dari awal. Karena aku bukan jenius dalam strategi nak" ,Ucap Kalavvar sambil terus menatap para pelayan wanita dikebun.
Kemudian pisau Taitus terpeleset ke arah jarinya.
Membuat jari Taitus tergores ringan dengan sedikit darah mengalir dari tangannya.
"Hahh..kalau kau bukan strategis yang bagus, terus bagaimana kau memenangkan pertempuran Sungai hitam yang legendaris dimana 20.000 pasukanmu memenangkan pertempuran dengan 40.000 pasukan 'Krakull sirambut biru' dan membunuhnya?" ,Ucap Taitus sambil terus mempoles patung kecil kucingnya tak menghiraukan goresan dijarinya.
membuat patung kecil kucing tersebut berbalut darah dari jari Taitus.
"Aku hanya menyerang dengan pasukanku kekapal jenderal musuh itu saja nak" ,kemudian Kalavvar menghela nafas dari mulutnya, "Hahh...itu adalah masa paling jaya dimasa mudaku dimana aku mengayunkan tombak besar dan pedang panjang kearah musuh, mereka hanya terdiam tak berdaya menghadapi serangan dari senjataku" ,Ucap Kalavvar tertawa sedikit terus meminum anggur dari teko yang ia taruh dipaha.
Beberapa air anggur tumpah dipakaian Kalavvar.
Taitus memandangnya dan tersenyum pahit.
"Hm kau menyelamatkan puluhan kota dari penjarahan dan banyak nyawa keluargaku termasuk kakekku dipertempuran itu, kupikir dipertempuran legendaris itu kau punya semacam strategi atau rencana tapi ternyata kau hanya dengan bodoh menyerang langsung komandan musuh" ,Ucap Taitus dengan tersenyum.
"Mereka menceritakan bagaimana brilian dan beraninya diriku kepada anak-anak yang cuma pandai mengompol diusia mereka mengira diriku ini adalah orang hebat atau semacamnya tapi sekarang lihatlah diriku....aku bahkan tidak bisa menunggangi kuda lagi sekarang" ,Ucap Kalavvar terus meminum anggur.
"Sudah hentikan minum anggurmu, kau sudah menghabiskan sebanyak 1 teko penuh dengan air anggur dari tadi pagi, kau bisa saja memperparah lukamu atau mati karena terlalu banyak minum" ,Ucap Taitus.
"Biarkan aku mati...aku bosan hidup dengan tubuh gendut dan tua seperti ini..aku ingin orang-orang membuat lelucon tentang diriku yang mati karena minum terlalu banyak" ,Ucap Kalavvar sambil terus-terusan meminum anggur.
Kalavvar kemudian terus meminum air anggur hingga air anggur kembali tumpah dipakaiannya.
Dan kemudian ia menyambung bicaranya.
"Lihatlah diriku ini, aku tinggal dibawah perlindungan keluargamu karena kakekmu berhutang budi pada diriku menyelamatkan dirinya berbagai kali dimedan perang meskipun aku tak menghiraukan berapa banyak hutangnya pada keluargaku"
Taitus hanya menoleh keKalavvar dan dirinya berbicara.
"Ya...hari ini cukup membosankan, lagipula aku ada pertemuan diruang kounsil nanti. Jangan bawa pelacur kesini karena lukamu belum sembuh"
"Hati-hati dengan bapak tua menakutkan itu" ,ucap Kalavvar sambil tersenyum.
"Iya aku tahu, kau bisa lihat bagaimana senat terkencing diam ketika mendengar bapak tua itu berbicara" ,jawab Taitus.
Taitus kemudian berdiri menaruh kembali patung kucing kecilnya dan pisaunya ke kantung dipakaiannya.
Taitus kemudian mengambil kain dan membalut jarinya yang berdarah.
Taitus kemudian pergi dari kebun bunga tersebut dan tersenyum sambil menyapa pelayan wanita disana.
Pelayan tersebut hanya histeris melambaikan tangan dan membalas sapaan tuan muda tersebut.
Kalavvar menatap Taitus keluar dari kebun tersebut dan sedikit iri dengannya.
"Heh! Dasar anak muda!" ,Ucap Kalavvar dengan kesal.