Chapter 10 - Mengembang (Part 10)

"Kapan sebuah perang berakhir? Itu ketika ada suatu pihak yang menang"

-Lelouch vi Britannia

Mengembang

"Jadi bagaimana dengan Perrin? Apakah dia baik-baik saja untuk bekerja sama dengan kita" ,ucap Nader bertanya kepada Cyrus yang terlihat merenung didepan piring makanannya.

"Ah! Maafkan aku...aku cuma menyesal karena gagal berteman dengannya" ,ucap Cyrus sambil menunjukkan wajahnya yang sedikit sedih.

*Aku gagal melakukan tugasku untuk menyatukan kelas dan membuat salah satu kandidat terkuat dikelas ini untuk bersatu dengan yang lain*, pikir Cyrus dengan sedikit putus asa.

Terlihat para pahlawan sedang makan-makan disebuah aula, mereka sedang ngobrol dan berbicara satu sama lain.

"Semangatlah nak!" ,tepuk seorang ibu-ibu pelayan menepuk punggung Cyrus dengan juat, "wanita gagak hitam itu memang begitu lagipula tidak ada orang lagi yang berani mengajaknya selain kau nak! Semangatlah!" ,ucap ibu-ibu sambil tersenyum itu menyemangati Cyrus.

Cyrus ikut tersenyum dan membuat energi positif mengalir dari dalam dirinya.

"Ahh...iya aku percaya padanya bahwa dia takkan meninggalkan kita" ,ucap Cyrus merasa lega sambil tersenyum.

*Ya aku yakin dia pasti peduli pada kita..*, pikir Cyrus dengan optimis.

"Lagipula kau terlalu bersemangat membawanya kekelompok kita...." ,ucap seorang pahlawan berambut hitam dengan beberapa corak merah dibagian rambutnya.

Elric namanya.

"Elric! Cyrus sudah berusaha keras agar para pahlawan bersatu! Hargailah dirinya" ,ucap ketua osis Szeth yang berada didekat Cyrus.

"Ketua Osis benar, lagipula apa hal hebat yang kau lakukan sehingga kau bisa memprotes Cyrus?" ,ucap Cleorah dengan nada hina.

"Sudah-sudah tak usah berkelahi" ,ucap Cyrus menenangkan para pahlawan, "oh iya buk? Perrin sudah makan kesini tadi malam kan?"

Terkadang Perrin keluar untuk mencari makan ditengah malam, terkadang juga ia keluar waktu siang.

Cyrus tahu hal tersebut, dan telah melihat dia melakukan hal tersebut beberapa kali.

"Iya dia datang lagi tadi malam, makan roti dan mengambil beberapa makanan" ,ucap pelayan ibu-ibu tersebut.

"Syukurlah...setidaknya dia makan sesuatu" ,ucap Cyrus.

"Pola makan yang tidak sehat ya, disekolah dahulupun begitu, dia jarang terlihat membawa bekal atau pergi kekantin untuk makan" ,ucap Cleorah.

Cleorah adalah wanita yang cukup cerewet tapi populer dan merupakan seseorang yang bisa dibilang memimpin perempuan kelas.

Bisa dibilang ia populer dikalangan lelaki karena sikapnya yang tsundere.

"Iya dia jarang sekali keluar dari kamarnya, dia keluar kalau ada sesuatu yang penting" ,ucap ketua osis Szeth.

Ketua osis Szeth sendiri berbeda, dia wanita yang cukup dewasa untuk umurnya dan memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat.

Szeth cukup ahli dalam pedang dan bela diri membuat ia cukup disegani oleh pahlawan lain dikastil ini.

"Hm! Dia itu sombong sekali!" ,ucap Vairy dengan nada yang sedikit tinggi.

Vairy adalah perempuan imut dan salah satu yang cukup populer serta cukup polos untuk umurnya.

"Sudah-sudah...daripada membicarakan orang lain lebih baik kalian makan saja.." ,ucap Cyrus dengan lembut.

Setidaknya mereka tidak berkelahi satu sama lain.

Dan tidak ada yang mati lagi...

Ya seperti ini...sudah cukup..

Suara burung berkicau disiang hari dan Ayah Filda makan daging roti cincang dengan lahap dimejanya bersama dengan Filda serta Hanno yang juga duduk didekat dirinya.

Tapi keberadaan asing juga duduk didekatnya serta memakan bersama mereka.

"Kenapa kau makan disini?" ,ucap Ayah Filda sambil menoleh kepada Jean.

"Aku kan mengajari Hanno" ,ucap Jean sambil tersenyum.

"Iya tapi kau tidak bisa menumpang begitu saja dan makan disini" ,ucap Ayah Filda dengan mulutnya yang penuh sisa makanan.

"Ayah...bicara jangan dengan mulut penuh" ,ucap Filda.

"Hah! Ini mulutku! Dan ini rumahku! Jangan beri tahu apa yang harus aku lakukan Filda" ,ucap Ayah Filda.

Sedangkan Hanno diam dan makan dengan tenang.

"Oh iya nak, mari kita kekota Ballerius besok lagipula jalanan sudah aman dan kebetulan aku punya urusan bisnis disana" ,ucap Ayah Filda sambil mengunyah makanannya.

"Kekota Ballerius?" ,ucap Hanno.

"Iya, sekaligus mengajakmu keluar dari gubuk ini" ,ucap Ayah Filda menoleh keHanno sambil tersenyum senang, "oi Filda, Kau juga punya urusan ke kuil bukan? Nanti kau menginap aja disana selama kami berdua tak ada" ,ucapnya menoleh ke Filda.

"Iya ayah, aku tidak perlu diberitahu" ,ucap Filda sambil membereskan piring dan peralatan makanan lainnya.

Hanno kemudian menoleh kementornya Jean.

"Hm? Kenapa Hanno....kau mau sesuatu?" ,tanya Jean kepada Hanno dengan seringai.

"Tak ada apa-apa" ,ucap Hanno.

Disebuah Kamp terlihat pasukan yang senang dan membereskan barang-barang mereka.

Terlihat dikurungan besi, Pruasarr Bee duduk ditaruh ditengah-tengah kamp prajurit.

Terlihat dari jauh seseorang mendekat dengan armour besi yang cukup bersinar.

Sedangkan perutnya membuncit dari jauh, terlihat ditangannya ia menenteng sekantung roti.

"Hoi, makanlah" ,ucap Vesius mendekat kekurungan Pruasarr Bee sambil menawarkannya sepotong roti padanya.

Pruasarr Bee hanya tersenyum dan kemudian dengan tangannya yang terborgol dia mengambil roti dari Vesius.

"Jadi? Kau mau membawaku kekota Ballerius dan memberi diriku keorang kaya yang kau bilang itu?" ,ucap Pruasarr Bee.

"Tentu saja, dan setelah itu aku tak punya urusan penting kemudian aku bisa istirahat untuk waktu yang lama" ,ucap Vesius dengan senang.

Setelah itu ia duduk didekat kurungan itu sambil memakan rotinya juga.

Ia duduk disebuah batang kayu yang habis ditebang oleh prajurit.

"Kau itu tuan muda keluarga Garius kau punya banyak kewajiban dan tugas, aku yakin kau tak punya banyak waktu untuk istirahat" ,ucap Pruasarr tersenyum .

"Memang iya tapi aku masih bisa istirahat" ,ucap Vesius.

"Lalu? Kenapa kau mau berbicara denganku?" ,ucap Pruasarr.

"Tak ada, aku cuma bosan karena tak ada yang bisa diajak bicara" ,ucap Vesius sambil memakan rotinya.

"Bagaimana dengan ksatria setia mu itu?" ,ucap Pruasarr sambil ikut melahap rotinya.

"Hm" ,senyum Vesius, "apa yang kau tahu soal Wale? Dia itu membosankan dan hanya tahu soal kewajiban dan keloyalannya" ,ucapnya.

"Hahahaha!" ,tawa Pruasarr, "Burung hantu kau benar! Orang seperti itu memang membosankan! Hahahaha!" ,ucapnya sambil terus tertawa.

Senyum Pruasarr dengan mukanya yang benar-benar cacat dan buruk itu, bahkan sebagian pipinya meleleh dan nanah keluar dari pori-pori mukanya.

Tapi Vesius tak jijik, ia pernah menghadapi sesuatu yang lebih buruk ratusan kali daripada muka cacat Pruasarr.

"Oi Pruasarr" ,panggil Vesius kepada Pruasarr.

"Apa?" ,ucap Pruasarr.

"Bisa kau ceritakan bagaimana kau bisa menjadi cacat seperti itu?" ,ucap Vesius lumayan penasaran.

Yang Vesius tahu hanya seorang pria bernama Pruasaar Bee dikeluarkan dari keluarga Bee dan segala klaim serta hartanya disita darinya karena memalukan keluarga Bee.

Ada yang bilang kalau Pruasarr memperkosa salah satu keluarga dekatnya dan kemudian keluarga dekatnya yang ia perkosa melawan membuat wajahnya menjadi cacat karena sesuatu.

Ada juga yang bilang kalau ia mengorbankan anak kecil kesuatu upacara gelap dan mendapatkan hukuman dari tuhan.

Dan banyak gosip lain lagi.

Sesuatu yang cukup jarang terjadi diVicta.

"Beri aku beberapa potong roti lagi baru kuceritakan" ,ucap Pruasarr sambil menodongkan tangannya keluar dari sela-sela jeruji dikurungannya.

"Ck, nih" ,ucap Vesius sambil melempar beberapa potong rotinya ke Pruasarr, "jadi? Ayo cerita!"

"Hahaha! Baik-baik tenang saja" ,ucapnya sambil mengamankan potong rotinya, "jadi...aku mulai dari mana?"

"Terserah, mau dimulai darimana baik dari kau memulai nya dengan melakukan ritual terkutuk atau tidak" ,ucap Vesius.

"Aku tidak melakukan ritual terkutuk, itu hanya rumor bodoh" ,ucap Pruasarr sambil menyuap sepotong roti kemulutnya, "yang aku hanya lakukan adalah berlatih praktek setiap hari sihir air hingga aku memaksa batasku."

"Benarkah? Kupikir kau benaran melakukan ritual terkutuk" ,ucap Vesius.

"Tentu saja tidak, biar aku bercerita" ,ucap Pruasarr sambil memilah-milah roti.

Ia kemudian bercerita.

"Aku tidak mendapatkan wajah buruk ini dari sihir gelap melainkan aku mendapatkannya karena aku menggunakan sihir."

"Suatu hari diulang tahun nenekku, aku jatuh cinta dengan seorang wanita bangsawan dari keluarga Finger."

"Aku dengar ia menyukai legenda penyihir terutama Boudrian sang penyihir air dan juga lagu-lagu tentang penyihir."

Ia kemudian memakan sepotong roti setelah itu dengan cepat menelannya.

"Jadi aku mencoba belajar sihir air, aku mencoba bekerja keras dan mencari informasi tentang sihir air yang tersisa."

"Tapi sihir air itu sangat langka informasinya tapi aku mencoba belajar sihir dengan sedikit buku-buku ada."

"Malam,siang,sore,pagi selama berbulan-bulan aku mencoba berlatih sihir air tapi aku masih tak bisa mengeluarkan sihir air, hingga orang tua ku mulai menghentikanku untuk berlatih sihir."

"Hingga suatu hari aku berhasil memunculkan sihir air tapi hanya beberapa detik, bodohnya aku saat itu."

"Aku terus-terus mencoba untuk mengeluarkan sihir air itu agar keluar sekali lagi karena aku pikir berhasil."

"Tapi ternyata aku salah, tanganku mulai sakit selanjutnya wajahku."

"Tapi aku tetap berlatih keras hingga tubuhku mulai merasakan rasa sakit dan jaringan manaku mulai rusak" ,ucap Pruasarr merenung, "dan kemudian bintik-bintik hitam mulai muncul disekujur tubuhku barulah ketika benar-benar parah kemudian aku dibuang dari keluargaku oleh ayahku."

"Kau tak berbohong bukan?" ,ucap Vesius sambil menoleh ke Pruasarr

Vesius tahu bagaimana orang-orang berbohong dan telah melihat wajah semacam itu berkali-kali

Tapi ia tak melihat kebohongan diwajah Pruasarr..

"Buat apa aku berbohong, biar kuberitahu sesuatu burung hantu" ,ucap Pruasarr menoleh keVesius dengan seringai, "segala sesuatu yang berlebihan itu benar-benar buruk, bahkan berusaha keras sekalipun"

"Ternyata kau disini bapak tua" ,ucap Jean berdiri didepan pintu, dimana didepannya Ayah Filda menguliti hewan buruannya.

"Kenapa kau mencariku" ,ucap Ayah Filda sambil terus mengeluarkan isi perut hewan korban buruannya.

"Tak ada, aku hanya ingin bicara sebagai sesama orang dewasa" ,ucap Jean.

"Heh.." ,tawa kecil Ayah Filda sambil mengambil satu pisau lagi disampingnya, "ada apa yang perlu dibicarakan oleh orang dewasa seperti kita?"

"Aku tahu kau memanfaatkan Hanno" ,ucap Jean tersenyum.

"Terus?" ,ucap Ayah Filda sambil memotong rapi daging hewan buruannya, "kita semua memanfaatkan satu sama lain kecuali dengan Filda dia anakku satu-satunya aku tak memanfaatkannya."

"Kau berniat menikahkan Hanno dengan Filda bukan?" ,ucap Jean.

"Oh kau tahu, aku sedikit terkejut" ,ucap Ayah Filda menoleh kearah wajah Jean dengan wajah yang sedikit terkejut

"Iya jika aku mati maka akan kunikahi anakku dengannya dan akan kuwariskan hartaku kedirinya, rencana itu sudah jelas" ,ucap Ayah Filda sambil kembali sibuk menguliti hewan buruannya.

"Masalahnya...adalah untuk apa kau menikahkan mereka?" ,ucap Jean mendekat keAyah Filda.

"Kau juga, buat apa kau mengajarnya?" ,ucap Ayah Filda berdiri dan menenteng kulit hewan buruannya.

Kemudian menaruhnya dikeranjang.

"Aku ingin Filda bahagia dan mempunyai anak, dan Hanno punya sesuatu potensi" ,ucap Ayah Filda sambil membasuh tangannya dan pisaunya menggunakan air, "dia pintar, lebih pintar dari semua anak muda yang aku temui."

"Dia jenius" ,ucap Jean menyeringai.

"Kalau soal dia jenius, aku tidak tahu itu tapi pokoknya dia bisa mengelola bisnis lebih ahli dari diriku dan membuat hidup Filda 100 kali lebih bahagia" ,ucap Ayah Filda kembali duduk dan mengiris daging hewan buruannya, "dan mereka juga mulai menyukai satu sama lain."

"Hm" ,Jean tertawa kecil, "iya...mereka memang menyukai satu sama lain."

"Jadi? Sudah kuberitahu apa tujuanku untuk menikahkan Hanno keFilda, giliran kau cerita apa tujuanmu untuk mengajari Hanno pengetahuan" ,ucap Ayah Filda.

"Cuma menarik saja dan..aku lebih penasaran tentang dirinya" ,ucap Jean dengan seringai yang lebar.

"Hanno" ,panggil Filda ke Hanno yang terlihat merenung sesuatu sambil menatap kolam, "kau sedang memikirkan apa?"

"Tak ada, aku hanya memikirkan perjalananku kekota Ballerius besok" ,ucap Hanno sambil terlihat melihat tangannya.

"Tenang saja, dari kesini kekota Ballerius palingan cuma 1 malam saja kok," ucap Filda tersenyum sambil membawa keranjang berisi pakaian cucian, "dan tenang saja kalau soal bandit, meskipun ayah terlihat tua begitu dia itu mantan prajurit loh."

"Paman...paman itu mantan prajurit?" ,ucap Hanno sedikit terkejut.

"Iya, itulah kenapa ia ahli dalam memotong sesuatu dan memanah" ,ucap Filda.

"Aku...baru...tahu" ,ucap Hanno sedikit terkejut.

"Emang iya, ayah itu jarang membicarakan masalah pribadinya kecuali jika mabuk" ,ucap Filda sambil menaruh keranjang berisi pakaian cuciannya ditanah.

Hanno melihat langit yang mulai merah dan matahari tenggelam didalamnya, "Filda boleh aku tanya sesu-"

Terlihat Filda sedang melakukan ibadah ritual agamanya

Hanno tak bisa memanggilnya dan merasa tak enak mengganggu kegiatan beragama Filda

Hanno hanya melangkah menjauh dari Filda dan masuk kerumahnya

"Oh sudah sore" ,ucap Jean.

"Mm? Ah iya sudah sore, waktu berlalu terlalu cepat nampaknya" ,ucap ayah Filda.

"Jadi, aku pulang ya bapak tua" ,ucap Jean sambil melangkah menjauh melambaikan tangannya ke ayah Filda.

"Pulanglah sana, dasar wanita merepotkan.." ,ucap Ayah Filda.

Kemudian Jean masuk kerumah dan berpapasan dengan Hanno.

Jean hanya tak menghiraukan Hanno dan mengambil beberapa barang-barangnya.

Tapi buku-buku sejarah dan pengetahuan nampaknya ditinggalkan oleh Jean, tak dihiraukan olehnya. Berbeda dengan barang-barang lain yang dimasukkan ke tas nya.

"Oi tuan Berrau," panggil Hanno secara formal keJean, "kenapa kau meninggalkan bukumu disini?" ,tanya Hanno.

Jean yang terlihat sudah membuka pintu rumah dan menenteng tasnya menoleh ke Hanno

"Kau bisa menjaganya" ,ucap Jean tersenyum memperlihat sebagian gigi depannya.

Jean kemudian melangkah pergi dari rumah dan naik kekereta kudanya.