"Cara menjadi seorang dewa bukan menjadi yang terkuat melainkan menjadi yang tahu segalanya"
-Oxera Philip
Mekar
Disebuah rumah dipinggiran pedesaan tiga orang duduk disebuah meja memakan makanan yang ada.
Suasana terlihat sunyi tanpa suara, Hanno dan Filda tak mengobrol hanya suara mengunyah yang muncul dari mulut mereka. Sedangkan ayah Filda memakan lahap sup daging yang disuguhkan dimeja tersebut.
"Ayah makan pelan-pelan, cara makan begitu adalah cara makan yang tidak baik bahkan pembawa cahaya mengatakan bahwa cara makan seperti itu cara makan binatang" ,Ucap Filda berbicara dengan lembut kepada ayahnya.
"Jangan membandingkan ayahmu dengan binatang" ,Ucap paman tua itu menuang sup daging kemangkoknya.
Filda hanya tetap sabar mewajari sifat ayahnya, setelah itu ia kemudian menoleh keHanno.
"Hanno makanlah jangan merenung terus" ,Ucap Filda dengan ramah keHanno.
"Ah? Oh aku hanya memikirkan sesuatu" ,Ucap Hanno sambil kembali mencoba duduk dengan tegap setelah mendengar ucapan Filda.
"Ngomong-ngomong kenapa kau meminta wanita sesat itu untuk mengajarimu hah?" ,Ucap Filda.
Hanno dengan gugup kemudian berbicara, ia tak bisa menjelaskannya.
"A..aku hanya ingin-"
"Dia ingin belajar yang lebih banyak Filda..lagipula keturunan orang rendahan seperti kita tidak mendapat pendidikan, sedangkan wanita itu adalah keturunan bangsawan dan juga mantan politikus dia lebih tahu banyak daripada kita" ,Ucap paman tua tersebut sambil menyeruput habis sup daging tersebut.
"A..aku juga bisa membaca, aku belajar banyak dari kitab cahaya kenapa Hanno tidak memintaku saja untuk mengajarinya?" ,Ucap Filda menoleh keAyahnya.
Hanno terdiam sebentar sambil menoleh keAyah Filda yang mengunyah daging, tahu apa yang akan terjadi.
"Membaca apanya hah?! Kau bahkan tidak bisa membaca tulisan dikertas yang dibawa pedagang beberapa minggu yang lalu! Dan apa-apaan kitab cahaya itu? Mengatur semua gerakan kita sehari-hari? Mengajari cara berdoa kepada dewa hingga kau mati kelelahan?" ,Ucap ayah Filda marah sambil menaruh mangkok yang hanya berisi sisa-sisa makanan daging sup tersebut dimeja.
Kemudian Ayah Filda berdiri dan pergi dari kursinya.
"Ayah!" ,Teriak Filda dengan marah.
"Apa! Aku mau tidur nyenyak malam ini!" ,Ucap ayah Filda sambil berjalan kekamarnya.
Ayah Filda kemudian berbalik kemudian menoleh keHanno.
"Oh iya Hanno...ikut aku keluar..mari kita bicara sebagai lelaki cuma berdua" ,ucap Ayah Filda.
Hal itu membuat bengong kedua orang tersebut.
"A..aku..bicara berdua denganmu..pak?" ,bertanya Hanno menunjuk dirinya sendiri.
"Kau pikir siapa lagi lelaki diruangan ini selain kita berdua hah?!" ,ucap Ayah Filda dengan kesal.
"Ah! Iya!" ,ucap Hanno ketakutan dan menjawab panggilan Ayah Filda berjalan menjauh dari meja makan.
Filda kemudian bengong.
*Aku tak pernah lihat ayah begitu..* ,pikir Filda dalam hatinya.
Filda berdiri dari mejanya.
*Pasti ada sesuatu yang ayah tak mau bicarakan kepadaku* ,pikir Filda.
Filda memikirkan apa yang ayahnya mau bicarakan kepada Hanno.
*Aku...Aku harus mendengarnya!* ,pikir Filda dengan semangat.
Filda kemudian berjalan keluar dari rumah lewat pintu samping berlawanan dengan tempat Hanno dan Ayahnya duduk.
Ia mengendap-endap dari samping pepohonan mendengarkan apa yang Hanno dan ayahnya bicarakan.
*Disini kelihatannya aman...apa yang mau Ayah bicarakan tanpaku hah?* ,pikir Filda dengan kesal.
Terlihat Ayah Filda dan Hanno duduk dikursi menyaksikan bintang malam, suara pohon dipinggiran desa menyejukkan malam tersebut dan membuat dua orang tersebut lumayan kedinginan.
Suasana senyap dan canggung pun terbuat.
"Sudah 4 bulan kah...sejak kau datang kerumah ini..," bicara Ayah Filda sambil meminum bir dari gelas menyeruputnya "saat kau datang kesini, aku benar-benar asing dan canggung denganmu"
Dari balik pohon dan semak-semak
Filda mendengarkan apa yang kedua lelaki itu bicarakan.
Suara katak dan angin malam menghembus pepohonan menyamarkan suara Filda yang memijak rumput dan mengenai semak-semak dibalik pohon.
Kemudian Ayah Filda menyambung perkatannya sambil menaruh gelas berisi birnya, "ya...sekarang masih canggung sih.." ,ucapnya.
Mereka berdua terdiam sebentar melihat langit yang luas dengan bintang mengisinya.
"Hanno...aku tahu kau berbohong soal kau lupa tentang asalmu, katakanlah..." ,ucap Ayah Filda.
Hanno hanya diam dirinya nampak tidak bisa menjawabnya.
"Untuk sekarang maaf...aku tak bisa" ,ucap Hanno.
"Aku tidak peduli asalmu...baik dirimu dari Dalmatia atau kau bangsawan diluar sana, lagipula sudah 4 bulan kami sudah menganggapmu sebagai keluarga.." ,ucap Ayah Filda dengan suara yang lebih rendah dan lembut dari biasanya.
Hanno hanya diam tapi ia tersenyum kecil, nampaknya ia senang dipanggil keluarga oleh Ayah Filda.
"Hm..tidak bisa kah..padahal sudah aku anggap sebagai keluarga..," ucap Ayah Filda mengambil segelas bir dan meminumnya sekali lagi "ya..biarkan..lagipula jangan terlalu lama bilang bahwa kau 'tidak bisa mengatakannya'"
Kemudian Ayah Filda mengangkat satu kakinya mencoba lebih nyaman diluar dan menampar tangannya karena nyamuk hinggap ditangannya.
"Nyamuknya banyak ya.." ,ucap Hanno menoleh keAyah Filda.
"Ya..karena kita ini diluar ruangan.." ,ucap Ayah Filda menampar satu nyamuk dengan tangannya, "saat kau pertama kali kesini..aku ingat kau benar-benar tak terbiasa dengan nyamuknya tapi kelihatannya kau sudah cukup terbiasa"
Hanno kemudian menampar seekor nyamuk dan mengenainya.
"Ya..banyak yang aku masih tak bisa biasakan disini.." ,ucap Hanno.
"Hm? Oi.." ,kemudian Ayah Filda menyentuhkan gelas berisi bir nya kedada Hanno, "minumlah sampai habis..sebagai anak muda kau harusnya bisa minum"
"Eh..eh..maaf aku masih tidak bisa meminumnya" ,ucap Hanno menolak bir tersebut dan mendorongnya dengan lembut.
"Ck! Ayolah minum!" ,Ucap Ayah Filda balik mendorong gelas berisi bir tersebut kembali kedada Hanno membuat sedikit tetes air bir tumpah kepakaian Hanno.
Hanno kemudian dengan pasrah dan muka tidak nyaman mengambil gelas berisi bir tersebut kemudian ia meneguk sedikit.
Suara tegukkan terdengar dari mulut Hanno "ahh.." ucapnya ketika selesai meneguk bir tersebut hingga habis, ia memasang muka tidak enak setelah meminum bir tersebut dan kemudian batuk keluar dari mulutnya.
Tawa Ayah Filda hingga cekikikan "bagus kau sudah menjadi sepenuhnya pria jantan ahahaha!" ,ucapnya sambil tertawa.
Hanno kemudian dengan muka tidak enak mencoba memegang tenggorokannya setelah meminum bir yang sedikit asam.
"Jadi? Enak?" ,bertanya Ayah Filda.
"He..gimana ya.." ,ucap Hanno menjawab.
"Hm emang tidak enak sih, bir yang murahan ini..tapi irit" ,ucap Ayah Filda menyeruput air bir yang tersisa digelas tersebut.
Kemudian suasana senyap kembali mereka menatap hutan didepan mereka melihat daun-daun yang bergoyang akibat angin malam.
"Ibu Filda itu bagaimana sifatnya pak?" ,ucap Hanno dengan sepontan.
*Hah! Hanno...Hanno penasaran dengan ibuku?*, pikir Filda sedikit terkejut
"Hm..dia baik, pandai memasak serta juga bisa pemarah kalau aku berulah, dan tentu saja cantik juga imut seperti Filda" ,ucap Ayah Filda tersenyum.
"Sudah 11 tahun sejak istriku meninggal kah..." ,ucap Ayah Filda sambil mengetuk-ngetukkan gelas kemulutnya berharap ada air bir yang tersisa digelasnya.
"Sialan! Kau habiskan semuanya!",ucap Ayah Filda
Ayah Filda kemudian melempar gelas kosong tersebut ketanah dan dengan malas ia menaruh tangannya dipahanya merenung.
Bir yang habis membawa kelarutan akan kesedihannya kembali, ia merasa sedih akan hilangnya orang yang ia cintai"Dunia ini kejam nak" ,ucapnya.
Hanno menatap sebentar mata Ayah Filda yang merasa kehilangan setelah kematian istrinya.
Hanno hanya terdiam dan hanya merasa tidak enak dengan paman.
"Nak ketika aku mati, kau harus jaga Filda dan nikahi dia" ,ucap Ayah Filda memegang bahu Hanno.
*Hah?!* ,terkejut Filda dalam hatinya, ia menutup mulutnya, menahan rasa ingin berteriak.
"Hah?" ,ucap Hanno cukup kaget dengan ucapan Ayah Filda.
"Apanya 'hah-hah'?! Sudah pasti kau nikahi dia dan nafkahi dia! Kau itu lelaki nak! Ketika aku mati tidak ada yang menjaga dia selain dirimu nak!...apa yang kau tanyakan!? Jagalah dia!" ,ucap Ayah Filda sambil menepuk punggung Hanno dengan keras kemudian menatap dengan serius Hanno.
Hanno menelan ludah karena dia kelihatannya cukup keberatan dengan hal tersebut.
Kemudian Ayah Filda berdiri.
"Aku sudah tua nak...aku bahkan sering lupa menaruh racun dipanahku sendiri" ,ucap Ayah Filda.
Ayah Filda berjalan masuk kerumahnya mengambil gelas yang jatuh ditanah tadi ditangannya.
Sedangkan Hanno duduk merenung diluar sebentar menghiraukan dinginnya malam serta sengatan nyamuk ditubuhnya.
Sementara itu Filda juga masih kaget dengan ucapan ayahnya yang tadi ia dengar secara diam-diam.
Didalam hatinya ia merasa kesenangan.
Wajahnya berubah menjadi merah dan rasa senang mengalir dihatinya.
___-_-___
Sementara itu seorang wanita muda berambut putih memakai armour hitam berjalan disebuah gua, terlihat dirinya membawa sebuah obor ditangan kanannya.
"Apa kau tidak apa-apa?" ,Ucap seorang pria gagah dengan armour berat berwarna silver mendekati wanita berambut putih tersebut, terlihat ia memakai pedang dipinggulnya.
pria yang memakai armour silver tersebut berwajah tampan dan memiliki rambut yang kecoklatan muda, wajahnya terlihat cukup kelelahan dengan tanah mengotori wajahnya.
"Aku tidak apa-apa emangnya kenapa?" ,Ucap wanita berambut putih itu.
"Nadar terluka dipahanya akibat serangan orc tadi didungeon" ,Ucap pria berarmour silver tersebut sambil menoleh kepria dengan tombak disampingnya yang duduk dengan darah mengalir dipahanya.
Wanita berambut putih itu hanya diam.
"Cepat bawa dia nantinya orang-orang akan khawatir kepada kita dan membawa pasukan penyelamat secara sia-sia kesini" ,Ucap wanita berambut putih itu dengan wajah yang tenang seolah tidak terjadi apa-apa.
Kemudian perempuan berambut putih itu duduk dan meminum botol air sambil membongkar tas yang berisi hasil-hasilnya berburu.
Pria yang terluka tersebut diperban dipahanya mengerang kesakitan sedangkan seorang wanita berdiri disampingnya membaca mantra, dalam beberapa detik muncul semacam lingkaran sihir berwarna hijau.
"Jangan gunakan sihir penyembuh Sera, kau masih belum mengontrolnya kau bisa saja menumbuhkan daging aneh dari pahanya" ,Ucap wanita berambut putih itu sambil duduk dan melihat satu persatu barang-barangnya.
"Ta..tapi Nadar teracuni pisau orc dalam beberapa jam dia akan mati jika tidak kita lakukan sesuatu!" ,Ucap wanita bernama Sera yang menggunakan mantra penyembuh tersebut dengan panik.
"Apa memang tak ada cara lain?" ,Ucap wanita berambut putih putih tersebut menoleh kepada pria berpakaian armour silver tersebut.
"Ahh! Sakit!" ,Ucap pria terluka yang diketahui bernama Nader tersebut.
"Kurasa tak ada cara lain" ,Ucap pria berarmour silver mendekat kepria yang terluka.
Kemudian wanita itu menghela nafas panjang dari mulutnya dan dengan tatapan malas ia berbicara
"Hah....gunakan saja.."
"Ba..baiklah!" ,Ucap wanita itu sambil menggunakan kekuatan sihir penyembuhnya.
Lingkaran sihir berwarna hijau keluar dari telapak tangan wanita itu dan dalam waktu cepat menyembuhkan paha pria tersebut yang terluka.
Pria yang terluka tersebut hanya diam dan dengan wajah yang terkejut ia melihat bagian pahanya.
"A..aku sembuh! Aku hidup!" ,Ucap pria yang terluka tersebut.
Pria berarmour silver tersebut hanya takjub dan kemudian menepuk bahu pria yang terluka tersebut.
"Apakah kau baik-baik saja Nadar?" ,Ucap pria berarmour tersebut.
"Iya aku bahkan tak merasakan rasa sakit lagi" ,Ucap Nadar dengan sedikit air matanya keluar.
"Kau berhasil Sera!" ,Ucap pria berarmour tersebut sambil menggoyangkan tubuh wanita yang menyembuhkan Nadar bernama Sera dengan memegang bahunya.
"Aku berhasil! Akhirnya aku berguna! Aku berguna!" ,Ucap wanita tersebut dengan tersenyum sambil sedikit menangis bahagia.
"Jangan berlebihan kau mungkin tidak tahu bahwa tadi itu cuma keberuntungan" ,Ucap wanita berambut itu dengan berdiri.
Wanita berambut putih tersebut hanya diam kemudian berbalik sambil membawa tasnya dan segera pergi dari tempat itu.
Pria berarmour silver tersebut hanya terdiam begitu juga dengan wanita itu. Merenung apa yang diucapkan wanita berambut putih tersebut.
"Te..tenang saja Sera, kalau tadi itupun hanya keberuntungan kemungkinan kau mungkin masih bisa mengontrol sihirmu" ,Ucap berarmour silver tersebut mencoba menyemangati wanita penyembuh bernama Sera tersebut.
"Iya perjalanan kita masih panjang! aku pasti bisa!" ,Ucap Sera sambil mengusap beberapa air mata diwajahnya.
Mereka bertiga mencoba optimis untuk saat ini.
Pria berarmour silver kemudian menggandeng pria yang terluka tersebut begitu dan Sera juga mengikuti dari belakang.
Kemudian cahaya mulai terlihat dan tiga orang tersebut berhasil keluar dari gua dungeon tersebut, terlihatlah lapangan dimana beberapa pahlawan lain terlihat.
Terlihat kumpulan pahlawan lain dan orang-orang yang menyambut satu sama lain dan mengobrol, terlihat beberapa pria tertawa serta tersenyum.
Beberapa pahlawan wanita kemudian menyambut pria berarmour silver itu, banyak wanita yang menanyai keadaannya dengan semangat.
Sera dan Nader kemudian disambut beberapa tim medis dan petugas berarmour lainnya.
Sedangkan wanita berambut putih itu dijauhi dan tak ada yang menyambutnya, hanya bodyguardnya yang pendiam yang mengikutinya tak ada yang berani mendekatinya.
"Ehhh...aku tidak apa-apa, Nadar terluka tadi tapi untung dia disembuhkan Sera" ,Ucap pria berarmour silver tersebut menjawab pertanyaan wanita-wanita tersebut satu persatu sambil tersenyum ramah kepada para wanita.
"Hah...aku irinya sampai mati pada dia" ,Ucap salah satu pria dengan armour berwarna jingga kemerahan yang berada disana.
"Heh lihat dia punya semacam haremnya sendiri, aku sendiri tidak yakin kalau dia masih perjaka" ,Ucap salah satu pahlawan yang lain.
Beberapa pahlawan pria yang lain juga menyambut satu sama lain, menanyakan keadaan masing-masing.
Beberapa petugas yang lain juga menyapa, sedangkan nampak beberapa pria yang terluka diberikan perawatan oleh para petugas.
"Namanya pahlawan pria Cyrus seorang pahlawan yang populer dikalangan wanita, seorang yang baik dan kuat serta hebat dalam memimpin" ,Ucap seseorang dari jauh mendekat kepada wanita berambut putih tersebut.
Kemudian terlihat seseorang berpakaian putih dengan sedikit corak biru, perawakannya botak dan senyuman yang licik menghiasi wajahnya.
"Hm sibotak Casca yang licik telah datang nampaknya" ,Ucap wanita berambut putih tersebut sambil tersenyum.
"Tuan 'pahlawan wanita Perrin sang gagak hitam' kekuatan sihir hitamnya melindungi cahaya dari sihir hitam lain dan satu-satunya pahlawan yang disembah dari kalangan manusia maupun para monster" ,Ucap Casca yang kemudian ia membungkuk dengan hormat sambil tersenyum.
"Aku benci julukan 'Gagak hitam' itu, apa orang-orang disini memang tidak tahu kalau gagak itu memang hitam?" ,Ucap pahlawan wanita berambut putih yang diketahui bernama Perrin tersebut sambil melanjutkan berjalan.
Casca kemudian hanya mengikuti Perrin berjalan dan kemudian secara percaya diri ia berbicara
"Budaya orang disini-
"Jadi apakah orang-orang Victa yang kau sebut biadap dan hanya barbarian penjajah sudah benar-benar hancur sekarang?" ,Ucap Perrin berjalan sambil memberi kantung berisi hasilnya dari dungeon kebodyguardnya, kemudian ia menoleh keCacsca.
Casca kemudian dengan ragu berbicara dan dengan gugup tetap mengikuti Perrin berjalan.
Bodyguardnya Perrin kemudian memberikan kantung hasil dari dungeon tersebut kepetugas, petugas tersebut mengecek barang-barang hasil dari dungeon.
"Pasukan mereka telah mundur dari perbatasan karena perintah dari 'Toran yang menakutkan' agar menstabilkan negeri mereka dan agar pasukan mereka lebih dekat keibukota jika ada pemberontakan" ,Ucap Casca sambil mengikuti berjalan dibelakang Perrin.
"Darimana kau dapatkan informasi itu?" ,Ucap Perrin menoleh keCasca.
"Prediksi dan tebakan dari fakta-fakta yang ada, Perrin sang gagak hitam" ,Ucap Casca dengan tersenyum.
Kemudian Perrin dengan cepat mencekik leher Casca dengan kuat keatas hingga kakinya tidak menyentuh tanah lagi.
Casca terlihat mengukir senyum diwajahnya meskipun ia dicekik oleh Perrin.
"Sudah kukatakan kalau aku benci julukan itu.." ,Ucap Perrin dengan suara berat dan wajah marah yang menakutkan.
Kemudian Perrin menjatuhkan Casca ketanah kemudian berjalan pergi dari sana.
Casca memegang lehernya yang kesakitan sambil sedikit tersenyum.
Beberapa orang hanya menyaksikan dari jauh termasuk beberapa pahlawan dan beberapa petugas lainnya.
"Dia memang tidak punya perasaan ya" ,Ucap salah satu wanita yang didekat pria berarmour silver.
"Iya aku dengar ia pernah memukul salah satu petugas yang baik" ,sambung salah satu wanita ikut membicarakannya.
"Nama juga orang sombong" ,ucap salah satu wanita.
"A..aku pergi dulu ya, ma..maaf" ,Ucap pria berarmour silver yang diketahui bernama Cyrus tersebut menerobos kumpulan wanita sambil meminta maaf pada mereka.
Seekor burung putih dengan mata berwarna biru seperti kristal dan ekor berwarna hitam kemerahan menyaksikan dari kejauhan.
Ia melihat hal tersebut dari jauh dan kemudian terbang dengan bebas diangkasa menepakkan sayapnya kemudian menangkap seekor serangga dimulutnya dengan cepat.