Ketika kembali menatap layar ponselnya, Arya kembali mengerjap ketika membaca pesan dari Fajar. Tak hanya Fajar, Arya pun juga merasa geram apabila dirinya terus menerus disalahkan.
[Arya: Aku tak berkata jika aku tak mau menjenguk. Tapi jika kalian memang menjenguk sore ini, aku tidak bisa.]
[Zia: Dasar tidak setia kawan. Ada saja alasannya untuk menghindari acara penting. Terserah kau saja mau datang atau tidak.]
[Ardian: Hei, hei, aku ketinggalan apalagi? Kalian sore ini akan menjenguk Salsa? Aku sangat ingin ikut, tapi aku tidak bisa karena ada perkuliahan.]
[Fajar: Oh, Enggak apa-apa. Kuliah memang penting dibandingkan basket. Jadi kau tak ikut pun juga Enggak masalah.]
Arya semakin geram melihat pesan dari Zia. Ingin sekali rasanya melempar handphone tepat di kepalanya. Arya menggerakkan jari jemarinya dengan sangat lihai.
[Arya: Hei, kenapa kau jawabanmu pada Ardian sangat berbeda dengan jawaban yang aku terima?]