Chereads / INGIN MATI BERSAMAKU? / Chapter 3 - Chapter 2 - Takdir

Chapter 3 - Chapter 2 - Takdir

Masyarakat, bagiku adalah tempat yang paling menakutkan. Jika kau melakukan kesalahan, maka semua orang didalam masyarakat itu akan mulai membicarakanmu, jika kau bertingkah aneh, maka semua orang dalam masyarakat itu akan mulai mengkritikmu. Jika kau berbuat baik dan ramah, maka kau akan mendapatkan posisi sosial yang tinggi dalam masyarakat.

Dunia ini sudah seperti diatur oleh tingkatan itu sendiri, dimana manusia yang dilahirkan dengan ketidaksempurnaan, diharuskan menjadi sempurna. Manusia diperlakukan seperti robot, jika kau dapat melalui kerasnya dunia ini dan hampir mencapai kesempurnaan, maka kau mungkin bisa mendapatkan segalanya di dunia ini.

Pekerjaaan, wanita, posisi, status sosial, maupun hak manusia. Teruntuk orang yang gagal, mereka akan terjatuh dalam kegelapan, dilahap oleh keputusasaan, dan membenci orang yang lebih baik dari mereka.

Oleh sebab itu, manusia adalah makhluk yang menjijikkan, tentu saja aku berkata bahwa diriku ini bukanlah pengecualian. Aku sendiri juga manusia, hanya saja aku adalah bagian kedua dari apa yang kuceritakan, manusia yang gagal.

"Hei--Hei, apakah kau melihat film kemarin? Adegannya sangat romantis kau tahu."

"Ah, yang itu ... Aku juga berpikir sama. Mungkin itu karena aktor dan aktris yang mereka gunakan sangat ahli saat memerankan peran mereka masing-masing."

Aku menghiraukan apa yang dibicarakan oleh teman sekelasku. Hari ini adalah pukul 07.15, dan kurang lima belas menit lagi hingga bel masuk berbunyi dimana guru akan datang untuk mengajar.

Sampai waktu itu tiba, para murid di kelasku berkumpul dengan teman mereka masing-masing, mengobrol, dan mengatakan sesuatu yang mengasyikkan, tertawa dan bergembira bersama. Tanpa mengkhawatirkan apapun.

Apakah itu boleh?

Maksudku, ada banyak orang disana yang tidak bisa bahagia. Sementara mereka memikirkan banyak hal, kita malah bersenang-senang tanpa memikirkan apapun.

"Bukankah Akira terlalu pendiam?" Kata orang A.

"Biarkan saja, lebih baik kau menjauhinya jika kau tidak ingin ketularan dia." Jawab orang B.

Benar, aku termasuk orang yang gagal beradaptasi di masyarakat yang dinamakan kelas ini. Tidak heran jika aku dikucilkan, dibenci, atau bahkan dicela oleh teman sekelasku, Kaito tidak membelaku karena dia ingin menjaga posisinya tetap aman, begitupun dengan Mia. Dia bergaul dengan gadis-gadis cabean untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi lagi dalam kelas.

Ah, aku sudah muak dengan semua ini.

Aku menutup novel kesukaanku karena guru sudah datang, novel itu masih sama seperti yang ada di mimpi ku. Dimana memiliki judul 'Malam penuh bintang' tidak peduli seberapa sering aku membaca ulang novel ini. Novel ini tetap dapat menggerakkan hatiku, sekali lagi aku teringat dengan gadis yang berada dalam mimpiku tersebut.

Apakah gadis itu benar-benar ada, atau hanya impian yang tidak dapat digapai. Aku tidak tahu, tapi yang pasti ... Aku ingin bertemu dengannya lagi, meski itu hanyalah didalam mimpi.

***

"Baiklah anak-anak, jangan lupa PR yang bapak berikan pada kalian."

"Baik! Pak!"

Jam istirahat berdering, memasuki gendang telingaku, membuat suara ricuh disetiap murid lainnya dengan ocehan dan keluhan mereka hanya karena kelelahan setelah duduk selama dua atau tiga jam saja. Seperti sebelumnya, aku tidak banyak berbaur, dan hanya menjalani kehidupan kelasku seperti biasanya.

Beberapa murid akan pergi ke kantin untuk membeli makanan, namun untuk orang sepertiku. Aku sudah berantisipasi dengan membawa bekal makanan dari rumah, karena jika aku di kantin, itu hanya akan berakhir dengan berdesakkan dan memakan waktu yang cukup lama.

Yah, meski lauk yang kuperoleh hanya seadanya saja, tapi aku bersyukur karena hanya ini kemampuan yang kumiliki agar dapat bertahan hidup di kerasnya dunia ini.

Selesai sarapan, aku pergi ke perpustakaan, alasannya karena aku masih ingin mencari arti dari tujuan hidupku. Mencari buku dengan banyak filosofi hidup, untuk menemukan apa sebenarnya kebenaran dalam hidup.

Membuka pintu, aku memasuki perpustakaan bau bau buku yang khas memasuki penciumanku, dipandanganku banyak sejali terdapat rak-rak buku yang saling berjejer dengan rapi.

Aku pergi ke salah satu rak, dengan deretan buku yang bertema 'Jati diri'. Mencari terus mencari, hingga aku menemukan salah satu buku yang menarik perhatian ku pada rak bagian atas. Aku mengambilnya dengan jinjit, dan berpas-pasan dengan tangan seseorang.

Tangannya sangat halus dan lembut, terlihat kecil nan mulus, aku menoleh ke samping. Hanya untuk menemukan seorang gadis berambut panjang yang memiliki mata bewarna sebiru laut.

Mataku melebar, wajah gadis ini terlihat sangat familiar dengan gadis yang muncul dalam mimpiku. Yang membedakan mereka berdua hanyalah rambut panjangnya. Namun, meski begitu ... wajah dan bagian lainnya sungguh mirip.

Masih terkejut, gadis itu juga menatapku dalam diam. Raut wajahnya terlihat sama seperti yang entah terkejut ini, apakah ini nyata, apakah dia benar-benar orangnya, aku tidak tahu, tapi jika dia benar benar gadis yang muncul dalam mimpiku ... Aku ingin berbicara dengannya lebih banyak lagi.

"Maaf....,"

Aku mengambil buku tersebut, dan memberikannya padanya. Namun, gadis itu menolaknya hanya dengan lambaian tangan ke kanan dan ke kiri, aku heran kenapa dia tidak menggunakan suaranya untuk menjawab, tapi yah ... Itu bukan urusanku.

Memberi salam perpisahan, aku pamit untuk undur diri. Meninggalkan gadis itu, sesaat sebelum melangkah kaki lebih jauh lagi, lenganku terasa ditarik oleh seseorang, menoleh ke belakang menemukan gadis itu yang menariknya.

Gadis itu mengeluarkan sebuah buku dari tas miliknya, menulis sesuatu, dan menunjukkannya padaku. Didalam buku tersebut, aku membaca tulisannya, yang mengatakan...

"Bacalah, buku itu sangatlah bagus."

Lalu, tersenyum dengan lembut. Aku mengangguk, hanya karena aku tidak tahu harus merespon seperti apa. Tapi, jika dia sampai mengatakan seperti itu, mungkin aku akan mencoba membacanya nanti.