Aku takut! Aku takut! Aku takut! Aku mual! Aku mual! Aku mual! Rasanya aku ingin sekali memuntahkan semua isi perutku sekarang. Tidak lagi dengan perasaan ini, aku tidak ingin menghadapi rasa takut dan gelisah sehebat ini.
Kenapa?! Kenapa dari banyaknya orang harus aku yang menderita.
Kepalaku pusing, dan tubuhku memanas. Terasa sangat panas hingga aku berkeringat deras. Tolong! Tolong! Seseorang! Siapapun itu! Tolong aku. Aku tidak ingin kembali ke tempat yang gelap ini, terasa nenyakitkan, bahkan suara tidak dapat menembusnya.
Terlalu sunyi, tempat ini bagaikan hampa dan sunyi. Menakutkan, aku tidak bisa merasakan indraku bekerja sama sekali, dadaku mulai sesak, dan nafasku tersengah-engah. Aku sangat takut sekali! Aku bahkan tidak bisa melihat apapun selain warna hitam, rasanya seperti ... Aku sudah mati.
"Hah!?"
Seseorang menepuk pundak ku, dan aku kembali sadar. Aku melihat ke sekeliling, begitu ... Aku ketiduran, sekarang kelas masih berlangsung dan guru sedang menjelaskan materi yang sedang dipelajari.
Meskipun hanya mimpi, entah kenapa itu terasa snagat nyata, sangat nyata hingga membuat jantungku berdebar. Bahkan sekarang aku berkeringat tidak karuan, selain itu dadaku juga terasa sesak, sungguh mimpi yang mengerikan.
"Kamu tidak apa-apa?"
Melirik ke samping, aku melihat Haruka yang bertanya padaku. Tentu saja dia tidak benar-benar bicara, dia menggunakan media buku untuk berkomunikasi.
Haruka baru pindah ke kelas ini kemarin, benar ... Ini sudah satu hari semenjak dirinya pindah ke kelas ini. Namun, tidak dari satupun murid di kelas ini ingin mengajaknya bicara.
Sudah kuduga bahwa duduk disampingku akan berdampak pada status sosialnya. Jika saja dia tidak duduk disampingku, dia pasti sudah memiliki banyak teman sekarang.
"Aku baik ... Tolong jangan bicara denganku saat dikelas." Aku menjawabnya.
Tidak lama kemudian bel berbunyi, menandakan masuknya jam istirahat. Aku meninggalkan kursiku dan Haruka yang masih terkejut dengan perkataan ku barusan. Sepertinya, aku sudah mematahkan hatinya.
Ya, itu lebih baik. Lagipula aku adalah orang yang dibenci diseluruh kelas, jadi bertambahk satu orang lagi tidak akan menyebabkan mentalku menjadi turun. Aku sudah terbiasa untuk dibenci daripada mendapatkan kasih sayang. Karena, ini semua adalah karma hidupku.
***
Pergi ke perpustakaan aku melakukan rutinitas biasaku. Setelah mengembalikan novel yang kupinjam, aku masih mencari buku untuk mencari kebenaran mengenai hidupku.
Aku berjalan di lorong-lorong yang dipenuhi oleh rak buku disisi kanan dan kirinya. Dengan bau buku yang khas, aku melirik dari atas hingga bawah, setiap sudut dan sisi, untuk mencari buku yang kuinginkan.
Tapi semua itu percuma, aku masih tidak bisa menemukan apa yang kucari setelah lima belas menit mencari. Jika saja tidak ada mesin pendingin ruangan, mungkin bajuku akan lebih basah lagi karena keringat.
Memutuskan untuk kembali karena jam istirahat sangat singkat dan aku belum makan siang, aku mulai melangkahkan kaki. Tetapi tepat sebelum itu, seseorang menabrakku dari belakang.
Tabrakan itu sangat ringan, jadi aku tidak terjatuh. Dan sepertinya orang ini entah kenapa seperti sengaja menabrakkan tubuhnya padaku. Berbalik, aku mendapati Haruka yang dengan paniknya menuliskan sesuatu pada bukunya.
"Namamu Akira bukan? Aku ingin minta maaf atas kejadian sebelumnya."
Apa yang gadis ini bicarakan, dilihat dari sudut pandang manapun sudah jelas bahwa akulah yang menjadi orang jahatnya. Lagipula, aku yang menyuruhnya untuk tetap diam dan jangan berbicara padaku saat di kelas.
Yah, lupakan. Lagipula aku tidak ingin berdebat karena terlalu melelahkan.
"Tidak apa-apa."
Haruka tersenyum, lalu menghela nafas lega. "Ngomong-ngomong Akira, aku memiliki buku bagus untukmu, aku harap kau membacanya dengan serius saat waktu luangmu." Selesai menulis, Haruka mengeluarkan sebuah buku dari tas-nya.
Dia menyodorkannya ke arahku, dan buku yang ia sodorkan sama seperti sebelumnya. Yaitu sebuah novel.
"Terimakasih."
Haruka hanya tersenyum, dan menulis kembali. "Akira, jika boleh tahu. Kenapa kau tidak ingin berbicara padaku di kelas?"
"Itu bukan urusanmu."
"Aku harus tahu! Lagipula kita duduk sebangku. Aku tidak ingin jika Akira merasa tidak nyaman denganku."
"Sudah kubilang bukan urusanmu."
Pada akhirnya aku menyerah dan mengabaikannya, berjalan duluan meninggalkan Haruka dibelakang, dia membututiku terus menerus. Dasar, kenapa dia harus ditempatkan di samping tempat dudukku, bagaimanapun juga gadis ini sangatlah mengganggu.
Yah, aku hanya harus mengabaikannya seperti sebelumnya.
"Hei, kau tahu Haruka Shinomiya sekarang dipindahkan kelas?"
"Ah, kalau tidak salah dia orang yang tidak bisa bicara itu ya. Menjijikkan, selain itu dia sepertinya juga sangat percaya diri dengan parasnya. Gara-gara dia, banyak pasangan yang putus hanya karena cowok mereka mulai mengejarnya."
"Benar bukan!! Dia yang terburuk. Hanya karena dia pindah kelas, jangan pikir dia akan lepas dari kita."
Aku mendengar suara dua orabg gadis berbicara dari balik rak bukan sebelah. Dan itu cukup mengejutkan karena nama Haruka disebutkan, sekarang aku sedikit alasan kenapa dia dipindahkan ke kelasku.
Dia dibully...
Entah itu kekerasan secara fisik atau psikologis aku tidak terlalu mengetahuinya. Tapi yang pasti, kasusnya lebih para dariku yang hanya dijauhi dan dikucilkan didalam kelas.
Haruka sekali lagi menabrakku dari belakang, dia menggenggam erat pakaianku. Dan mengubur wajahnya dalam punggungku, tubuhnya bergetar, dan aku bisa merasakan ketakutan luar biasa yang dialaminya. Jadi begitu, aku bukanlah satu-satunya orang yang menderita didunia ini, masih ada lagi orang lain yang lebih menderita, tapi mereka tetap tersenyum untuk menyembunyikan luka yang dideritanya.