Akira POV
Jam Beker berbunyi beerkali-kali memasuki telingaku, aku terbangun dan mendapati langit-langit kamarku yang gelap. Tanpa cahaya sama sekali karena gorden jendela yang masih tertutup. Aku mengambil posisi duduk di ranjang ku, menggaruk rambutku yang masih berantakan lalu beranjak untuk membuka jendela.
Hari ini adalah weekend jadi tidak seharusnya aku pergi ke sekolah, aku juga tidak memiliki teman jadi aku akan menghabiskan seluruh hari liburku untuk bermalas-malasan saja.
Kaito dan Mia adalah pengecualian, mereka pasti tidak memiliki banyak teman karena mereka berdua menempati kasta tertinggi dalam kelas. Artinya mereka populer, artinya mereka tidak akan mau menghabiskan waktu dengan orang semenyedihkan diriku ini.
Merapikan tempat tidur, lalu memainkan game di komputer, mengerjakan tugas sekolah lebih awal karena memiliki banyak waktu luang. Aku sudah melakukan semua hal yang perlu kulakukan dalam waktu liburku.
Tidak ada hal lain yang perlu kulakukan lagi, mandi dan sarapan bisa nanti, jadi aku merebahkan tubuhku lagi di ranjang. Menatap dengan kosong ke langit-langit. Aku ingin tidur lagi, bertemu dengan gadis itu lagi didalam mimpi, aku bahkan tidak tahu siapa namanya.
Menutup mata dengan lengan kanan, aku mulai terpejam. Masuk kedalam alam bawah sadar, dan tertidur.
Langit mulai berubah jinggga, sepertinya aku ketiduran hingga sore hari sial. Dan perutku mulai lapar karena belum makan apapun sedari pagi tadi, aku beranjak mandi lalu turun ke lantai satu untuk pergi ke ruang makan, membuka kulkas, namun isinya kosong. Tidak ada sesuatu untuk dimakan dan sepertinya hari ini aku mau tidak mau harus pergi ke minimarket jika tidak ingin kelaparan.
Mengambil jaket Hoodie dan sepatu, aku keluar dari rumah, tidak lupa untuk menguncinya. Aku pergi menuju ke minimarket terdekat, mungkin aku akan membeli makanan instan karena terlalu malas untuk memasak dan hari juga sudah sore, tentu saja tidak melupakan bahan makanan untuk beberapa hari kedepan.
Aku masih memiliki sedikit uang sisa yang dikirim oleh ibu dari rekening setiap bulan, kurasa tidak ada masalah sama sekali dalam pasokan makanan seharianku. Jarak antara minimarket dan rumahku hanya 150 meter, dan aku sudah dapat melihatnya dari jarak 20 meter.
Aku sampai didepan Minimarket, membuka pintunya dan pergi ke area makanan dingin dan instan. Melihat rak-rak dan memilih harga murah, aku mengambil ramen cup dan daging sapi berkualitas rendah.
'Kupikir lebih baik untuk membeli lebih banyak daging sapi.' Batinku.
Daging sapi adalah daging yang langka bagi rakyat kecil sepertiku karena harganya yang mahal. Karena sekarang ada diskon dan terlihat murah, sebaiknya aku membeli banyak sebelum keduluan orang lain.
Aku mengulurkan tangan, berusaha untuk mencapai daging murah tersebut. Namun, aku bersentuhan dengan orang lain.
"!?"
"!?"
Aku terkejut saat menoleh ke samping, hanya untuk menemukan Haruka dengan pakaian kasualmya. Aku mengamatinya dari atas sampai bawah, dia juga membawa keranjang yang sama denganku, dan apa yang diambilnya adalah .... Daging sapi berkualitas rendah dengan harga murah, juga?
Sial, kenapa dia harus disini. Aku menghela nafas lelah, sepertinya bukan keberuntunganku untuk mendapatkan daging sapi ini.
"Silahkan."
Haruka menggelengkan kepalanya beberapa kali dengan panik, lalu menggunakan peraga tangannya untuk memberitahu aku bahwa aku boleh mengambilnya. Yah, jika maunya memang begitu, maka baiklah. Aku mengambil beberapa dari daging sapi dan menyisakan beberapa untuk Haruka.
Haruka mengeluarkan sesuatu dari sakunya, itu adalah catatan kecil dan sebuah bolpoin. Kemudian, dia menuliskan sesuatu didalamnya dan menunjukkannya padaku.
"Apakah Akira juga sering belanja disini?" tanyanya.
"Tidak sering, tapi aku sesekali kesini." Jawabku.
Haruke membalik halaman catatannya. "Hari ini aku mendapat kabar bahwa ada daging sapi murah yang dijual, jadi aku kemari untuk mendapatkannya. Tidak kusangka bahwa Akira juga mengincarnya."
Sebenarnya bukan begitu, aku hanya kebetulan melihatnya dan ingin membelinya. Itulah yang ingin kukatakan, tapi aku memilih untuk tetap diam.
"Apa rumahmu ada didekat sini?" tanyaku.
"Tidak, rumahku berada didekat stasiun. Aku kesini karena disuruh ibu untuk membeli daging sapi murah ini."
"Begitu..."
Setelah itu percakapan berakhir, karena sekarang tidak ada dikelas. Aku sedikit memberanikan diriku untuk mengajak Haruka mengobrol singkat, namun aku tidak ingin terlalu lama mengobrol karena berjaga-jaga jika ada teman sekelas yang melihat kita disini. Kami membayar daging sapi dikasir bersamaan. Setelah itu keluar dari minimarket secara bersamaan juga.
"Kalau begitu, selamat ting-"
Haruka menarik lengan jaketku sebelum aku sempat mengucapkan selamat tinggal padanya. Mataku melebar, hanya karena terkejut dengan gerakan tiba-tiba ini, Haruka sepertinya salah paham akan sesuatu, dan wajahnya sangat merah padam karena malu.
Dia kemudian menulis sesuatu pada catatannya kembali dan menunjukkannya padaku.
"Apakah Akira membenciku?"
"Kenapa kau bertanya seperti itu?"
"Karena ... Akira melarangku untuk mengajak bicara saat didalam kelas, aku ingin minta maaf jika aku melakukan sesuatu yang salah padamu." Haruka menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Jadi begitu, dia masih ingat dengan kejadian saat aku berada di perpustakaan bersamanya. Bukannya aku membencinya, lebih tepatnya karena aku tidak ingin terlibat dengannya begitupun sebaliknya.
"Tenang saja, aku tidak membencimu." Aku menjawab dengan acuh dan tidak acuh, wajah Haruka menjadi cerah kembali. Sambil menunjukkan catatan yang baru saja dia tulis kembali.
"Jadi begitu, aku lega mendengarnya." Dan melemparkan senyuman manis seperti seorang Dewi.