Satu persatu
~
Mr.G
Mr.G POV
Aku masih melihat apa yang mereka lakukan, tapi tak ada tanda-tanda mereka akan melakukan sesuatu selain merokok, muthe juga ternyata ada di sini dengan eve, oniel dan Eli.
Karena seperti nya mereka hanya santai-santai saja di sana, aku memutuskan untuk pergi dari sini tak lupa ku ambil beberapa gambar.
Biar ku tanyakan pada Zee murid paling teladan yang mungkin tau tentang teman-temannya.
Aku jadi teringat sesuatu jika hari ini aku akan menyempatkan untuk pergi ke makam, segera aku memacu motorku menuju pemakaman umum.
Sambil memikirkan bagaimana rencana untuk mendekati mereka lagi.
Tak lama aku sampai di pemakaman umum, tak lupa membeli bunga kesukaannya.
Aku berjalan dengan senyuman menuju makam yang aku ingat dimana letaknya.
Setelah aku menemukan makamnya aku pun membersihkannya dari beberapa bunga kering.
Aku berlutut memberikan bunga pengganti yang lebih segar, aku akan menggantinya lagi setelah layu, terus seperti itu.
Ku usap nisan dengan pelan.
"Kau janji sama kamu untuk menyelesaikan tugas yang belum kamu selesaikan, aku janji, akan ku beri tau lagi seperti apa prosesnya, tapi seperti yang kamu bilang, ini semua tidak mudah memang tidak mudah, tapi aku akan berusaha sanggup demi kamu, aku janji"
Aku merapalkan doa, lalu pergi dari sana.
***
Ke esokan paginya.
Aku pergi lebih awal, ada yang ingin aku bicarakan dengan Zee sebelum anak-anak yang lain datang.
Kami janjian di taman belakang sekolah, di lagi hari ini anak-anak baru sedikit yang datang, bahkan di kelasku saja hanya ada Zee dan Ara saja yang sudah datang.
"Pagi Zee" sapaku.
"Pagi mister" balasnya.
Aku menghadap danau kecil yang sengaja di buat untuk refreshing di sekolah ini.
"Zee mister mau tanya sama kamu soal Aldo, Soleh, Gito, Eli,Muthe, dan eve, kamu ga perlu takut mereka tau atau mereka akan nyakitin kamu, mister janji kamu akan baik-baik saja, jadi misteri mohon tolong beri mister informasi tentang mereka" ucapku berbalik dan berharap padanya.
"Baiklah mister, Aldo itu sebenarnya....."
***
Teeet teeet teeet
Bel sekolah berbunyi, tandanya pelajaran sudah akan di mulai.
Zee sudah pergi lebih dulu, aku akan menyusul.
Kalo begitu aku harus urus dulu satu persatu.
Setelah berfikir sedikit lebih lama aku kembali ke kelas.
Ku lihat dari kaca jendela mereka malah sedang bercanda dan saling melempari kertas satu sama lain, sedangkan guru di depan sedang menulis menghiraukan apa yang di lakukan anak-anak itu.
Ceklek.
Aku masuk membuat mereka terkejut dan buru duduk di bangku masing-masing.
Kesadaran mereka belum kembali seutuhnya.
Mereka masih terkadang melakukan kesalahan itu.
Hanya Floren, Ara dan Zee yang tetap fokus menulis di kelas ini.
Floren sudah berubah, begitu juga Ara yang berubah karena masalah yang dia hadapi telah mendewasakan nya, kalo Zee memang dia anak teladan.
Mereka buru-buru menulis apa yang di tulis guru di depan.
Kalian seperti ini saat hanya ada aku, bagaimana jika sudah tidak ada aku, apa mereka akan kembali menjadi anak-anak yang dulu, nakalnya ga ketulungan.
Aku duduk di kursi dekat pintu seperti biasa, hanya jadi pengawas di jam pelajaran orang lain.
"Soleh, Aldo, Gito, bereskan kertas-kertas nya!"
Mereka memungutinya dengan terburu-buru dan membuangnya ke tempat sampah di luar.
Aku masih teringat penjelasan Zee di taman tadi, masalahnya cukup rumit, aku menatap mereka dengan kasihan.
Mereka berusaha membuat semua orang mengerti dengan keadaan mereka tapi mereka gagal, alhasil mereka merasakannya sendiri dan itu yang membuat mereka melakukan apapun yang mereka anggap bahagia.
Teeet teeet teeet
Tak terasa pelajaran berakhir, waktu istirahat tiba, tak banyak yang aku lakukan, di kelas ini, tapi aku punya rencana setelah ini.
"Silahkan istirahat, dan tolong jangan ada yang berani macam-macam selama istirahat berlangsung, Shani jangan lakukan bully apapun di jam istirahat! ,Aldo, dan geng jangan berani lakukan apapun di jam istirahat, atau mister akan membawamu ke pelajaran paling berharga buat kamu!, Hanya boleh lakukan sesuatu yang normal layaknya murid, jangan langgar peraturan sekolah!, Ini demi kebaikan kalian!"
Aku keluar lebih dulu dari yang lain.
Aku menuju kelas Gracio.
"Hallo Mister" sapa mereka.
"Iya hallo juga" sapaku balik.
"Eh mister, ada mister?" Tanya josse yang baru saja hendak keluar.
"Mau nyari kalian lah, feno sama Gracio mana?"
"Ada di kelas sebentar lagi keluar Mister"
"Oh yaudah kita tungguin"
"Tuh mereka"
"Hallo Mister" sapa Feno dengan ramah.
"Hallo Mister" sapa Gracio.
"Hallo semuanya, kita ke kantin yuk"
Kami berjalan menuju kantin, seperti biasa mereka menjadi objek foto dan sorak-sorai dari murid yang kita lewati.
Mereka mulai terbiasa.
'Aaaaaakkkkkk aku di senyumin ka feno!' feno memang baik ke semua orang tak jarang dia sering membuat mereka malah klepek-klepek.
Aku hanya menggeleng, asal di batas wajar.
'Gracio aku lemah liat ketampanan kamu!'
BRAAAKK
Itu suara meja yang di gebrak Shani karena kesal ada yang meneriakkan Gracio.
Aku menatap nya tajam.
Dia kembali duduk dengan pasrah.
Aku tersenyum tipis melihatnya.
Bagiamana rasanya jatuh cinta pada orang yang tiap hari kamu bully Shan?, Cinta yang di liputi gengsi akan membuat kamu sadar dan menyesal, biar rasa sakit yang mendewasakan mu.
Sampai kamu bisa menurunkan ego untuk tidak kehilangan orang yang kamu cintai, semoga kamu cepat berubah Shan.
Kami duduk di tempat favorit, seperti nya mereka sadar dan sengaja mengosongkan bangku ini khusus untuk kami.
Aldo dan gengnya sedang menikmati makanan mereka di sini, baguslah aku jadi tidak perlu mencari mereka ke gudang.
Tapi di kantin kali ini tidak ada nasehat dari Aril pada adiknya eve.
Mereka juga punya masalah pribadi, begitu banyak beban di hati mereka yang mempengaruhi masa remaja mereka.
"Tumben ga ada Aril yang biasa nasehatin adiknya itu?" Tanya feno dengan logat Sunda nya.
"Aril lagi di kelas, dia ga ke kantin hari ini, gue di kasih tau sama Kaka kelas yang gue kenal" jawab Josse.
"Mister mau tanya sama kamu cio?"
"Tanya apa Mister?"
"Kamu ngerasa sikap Shani sama kamu aneh ga?"
"Em.. kalo itu sih, dia udah ga ngebully saya lagi mister"
"Tapi kamu peka apa yang di rasain sama Shani?"
Dia mengangguk lemah.
"Saya tau mister selama ini dia ngebully saya karena pengen deket sama saya, tapi saya ga tau harus apa karena tiap hari dia cuma bisa nyakitin saya, makanya saya bingung"
Aku tersenyum.
"Kita beri dia pelajaran dulu agar dia menurunkan egonya, karena mister tau kamu juga punya perasaan yang sama kan sama dia"
"Eh.."
"Jangan kasih tau siapa-siapa ya fen, josse"
"Siap mister"
"Kita cari waktu yang tepat untuk menyelesaikan semuanya"
"Siap mister" jawab feno dan Josse bersamaan.
Gracio hanya diam.
Teeet teeet teeet
Bel berbunyi watu istirahat berakhir, waktunya mereka kembali belajar.
Semua murid di kantin berhamburan menuju kelasnya masing-masing, aku harus ke suatu tempat dulu baru masuk ke kelas.
Sekitar 10 menit aku kembali ke kelas.
Suasana kondusif, Aldo juga tidak banyak tingkah, apa yang terjadi dengan mereka ini cukup aneh, tidak biasanya.
***
Pelajaran hari ini selesai, aku bergegas menuju parkiran setelah memastikan mereka piket hari ini.
Aku menuju parkiran dan sesuai perkiraan ku soleh masih berada di sana.
"Ada apa sama motornya soleh?" Tanyaku.
"Bukan urusan mister" jawabnya ketus.
"Yaudah"
Aku menuju motorku dan bergegas pergi.
Tapi aku berhenti dulu di depan soleh.
"Mister antar aja kamu hari ini, motornya biar nanti di ambil tukang bengkel untuk di perbaiki, gimana?"
"Ga usah mister, saya naik taksi atau ojeg aja" jawabnya keukeuh
"Kalo kamu ga mau ikut sama mister, mister pastikan Cindy dalam bahaya"
Dia tersentak kaget.
"Gimana?"
"Mister manisnya ngancem"
"Baru juga di gituin, apa kabar sama kelakuan kalian ke mister, lebih kejam dari sekedar ngancem, udah ayo naik, mister ga akan apa-apain kamu ataupun Cindy asal kamu ikut mister"
"Yaudah, tapi jangan sentuh Cindy!"
"Hahaha iya iya"
Diapun akhirnya naik, ku berikan helm cadangan seperti biasa.
Motor ini membawa setiap murid untuk berubah dan mengenal arti kehidupan yang sesungguhnya.
"Mister ini bukan arah rumah saya" ucap soleh sedikit berteriak dari belakang.
"Iya tau, kamu liat aja nanti kita sampai di mana" ucap ku tak kalah kenceng.
Tak lama aku masuk wilayah perkampungan.
Lalu berhenti di sebuah rumah gubuk yang tak layak huni.
"Kenapa kita berhenti di sini"
Tak lama keluar seorang perempuan sambil menggendong anak.
"Kamu liat itu"
"Iya liat, tapi apa hubungannya sama saya?"
Ku lakukan kembali motornya.
Sedikit lebih jauh dari gubuk yang tadi.
"Mister mau tanya, menurut kamu kira-kira umur perempuan yang atau berapa taun?"
"Mana saya tau mister, mungkin 25 an"
"Hahaha umurnya baru 18 tahun, tapi dia sudah punya anak, bukannya dia tidak mau melanjutkan sekolahnya tapi tidak bisa di keadaan nya seperti ini, dia hanya bisa fokus pada anaknya sekarang, lalu bagiamana dengan suaminya, suaminya juga masih sangat muda, sulit mencari kerja karena usia belum cukup dan ijazah tidak memadai, mereka enggan kembali pada keluarga mereka karena mereka malu dengan keadaan mereka sekarang"
"Kamu punya Cindy, dia masih SMP, dia masih punya masa depan, kamu juga masih punya masa depan, bayangkan kalian bisa tetap bersama tapi saling menjaga, lebih tepatnya kamu yang jagain dia dari orang lain dan dari kamu sendiri, kalian bisa menikah dengan mewah mengundang banyak teman, dan bisa liburan kemanapun kalian mau, dan kalian sama-sama sudah mapan, tapi bayangkan jika kamu melakukan kesalahan yang sama dengan orang yang tinggal di gubuk itu?, Semua akan berakhir, hanya malu yang kalian dapatkan".
"Mister tidak larang kamu berpacaran dengan siapapun, tapi mister minta kamu untuk tidak membawa Cindy yang masih punya masa depan yang cerah ke jalan yang salah, walau Aldo kalanya sendiri sudah salah, kamu yang punya kewajiban melindungi dia dari orang lain dan dari diri kamu sendiri, untuk masa depan yang kamu harapkan indah, mulai lah jauhi hal yang tidak penting di masa muda hanya karena gengsi dan gaya"
"Mister yakin kamu ngerti, kamu cinta sama Cindy?"
Dia mengangguk lemah.
"Jadi kamu tau harus apa?"
Aku menepuk pundaknya pelan.
"Sekarang mister antar kamu pulang, kamu arahin jalannya ya"
"Hem iya" jawabnya pelan.
Masalah Soleh selesai, hanya tinggal bagaimana dia mengerti saja.
Mereka harus melihat dulu contoh baru sadar ternyata.
Aku mengantarnya pulang sesuai arahannya.
"Itu rumah saya mister" tunjuknya
Aku berhenti di depan rumah Soleh, cukup besar, karena dari cerita Zee Soleh ini anak orang kaya.
"Mister pamit ya, ingat pesan mister, yang pegang masa depan kamu itu kamu bukan orang lain, dan saat ini kamu juga bertanggung jawab untuk masa depan Cindy yang jauh lebih baik, jangan rusak masa depan kalian berdua hanya untuk masa muda yang sementara"
"Dan mister minta maaf, kalo yang bocorin ban motor kamu itu sebenarnya mister"
"Terima kasih mister" hanya itu yang dia katakan, ku kira dia akan marah, mungkin dia sedang berfikir.
Aku melaju pergi meninggalkan rumah mewah itu.
Semoga dengan begini Soleh akan mengerti.
Aamiinin guys hehe
Semoga makin banyak orang punya kesadaran yang sama, menjadi manusia yang jauh lebih baik lagi.
Karena masa muda itu hanya sementara, dan yang kita lakukan itu untuk masa depan juga bukan hanya sekedar menikmati masa sekarang saja.
Apa lagi yang akan di lakukan mister pada anak-anak itu?
Ikuti terus ya
See you next part 👋👋👋
Maaf kalo ada typo seperti biasa 😄😄😄