Chereads / Goks Teacher / Chapter 15 - Aldo and the geng 2

Chapter 15 - Aldo and the geng 2

Masih terpantau.

~

Mr.G

Mr.G POV

Hari ini rencana ku khusus untuk trio jamet, siapa lagi kalo bukan, Aldo, Soleh dan Gito.

Jadi dengan sangat terpaksa maaf sekali lagi aku harus membuat mereka tak punya pilihan untuk ikut denganku untuk pulang naik mobil.

Tau lah ya apa yang aku lakukan pada motor mereka.

Seperti yang pernah ku katakan pada Aldo sebelum nya, dia harus membiarkan muthe merasa kehilangan untuk sementara.

Dan Aldo benar-benar mengikuti saran ku.

Ku harap ini bisa menjadi salah satu alasan bagiku untuk bisa berdamai dengan anak-anak pembuat onar ini.

"Sial siapa sih yang udah berani ngempesin ban motor gue!?" Umpat Aldo di parkiran.

Aku tersenyum ke arahnya yang tidak jauh dariku.

"Iya motor gue juga kempes nih!" Tambah Gito.

"Sama punya gue juga!" Tambah Soleh.

"Kenapa kalian masih di parkiran, yang lain udah pada pulang?" Tanya ku basa-basi.

"Ban motor kita kempes, dalam waktu bersamaan" jawab Soleh.

Aku mengangguk faham.

"Kalo gitu naik mobil mister aja, biar mister antar kalian, nanti mister minta tukang bengkel langganan mister buat ambil motor kalian, gimana?"

"Ga usah kita bisa pulang sendiri!" Ketus Aldo.

"Kalo naik mobil bareng Mister uang jajan kalian aman, kalo kalian naik ojek online atau mobil online cuma buang uang, lagian nih, kalian ada jadwal pertandingan kan sekarang" ucapku santai.

Tapi tidak dengan mereka yang kagetnya bukan main.

"Mister tau darimana?" Tanya Aldo.

"Ga penting tau darimana, tapi yang penting kalian ga boleh kalah kan, harga diri kalian yang terinjak nanti jika kalian sampai datang terlambat apalagi tidak datang sama sekali"

"Jadi gimana, mau ga?"

Mereka berdiskusi sebentar.

"Ok kita ikut mister, tapi Aldo yang nyetir" ucap Aldo.

"Ok , nih kunci mobilnya"

Kebetulan aku pakai mobil yang bisa di bilang mobil balap, karena aku memang punya rencana lain untuk ini.

"Ok cabut guys"

Kami masuk ke dalam mobil ku.

Dan aku duduk di samping Aldo yang menyetir mobil.

Aku dapat melihat Aldo kagum melihat mobilku tapi dia sembunyikan karena ya sudah pasti dia gengsi.

"Ayo jalan" ucapku.

Aldo mulai menjalankan mobilnya, ke tempat yang akan jadi penentu harga diri mereka.

Dia terlihat nyaman dengan mobilnya dan cukup senang dengan mobil ini.

"Ini mobil mister?" Tanya soleh di bangku belakang.

"Iya ini mobil mister, keren kan"

"Hem bagus sih, tapi ko kaya mobil pembalap, apa mister juga suka balapan?" Tanyanya lagi.

"Hem bisa lah dulu"

"Wooow"

Tak lama kami sampai di lokasi yang di maksud Aldo.

Kami turun, dan mereka tengah menunggu kedatangan Aldo dan gengnya.

"Kenapa lu datang telat, takut kah lu sama kita hahaha" ucap orang itu yang begitu sombong nya.

"Aldo bukan datang terlambat tapi dia hanya ingin melihat kesungguhan mu untuk melawannya, kali-kali aja gitu kamu yang tidak datang karena takut melawannya" ucapku.

"Eh lu ga usah ikut campur, lu siapa nya dia?" Ucapnya tak terima.

Dasar anak muda mudah emosi, baru di gituin aja udah emosi.

"Gue bokap nya dia, dan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, tentu lu akan kalah sama Aldo karena Aldo bukan tandinganmu"

Mereka kaget mendengar pengakuan ku, termasuk Aldo, Soleh dan Gito.

"Beraninya lu tanding bawa-bawa bokap"

"Hahaha saya yang mau ikut dia, saya ingin lihat kekalahan lawannya Aldo"

"Ok kita buktikan aja siapa yang akan kalah dan siapa yang akan menang"

"Ok silahkan, saya akan menikmati pertandingannya"

Mereka bersiap dengan mobilnya.

"Pake mobilnya, kamu nyaman kan pake mobil itu"

Aldo menatapku tidak percaya.

Ku tepuk pundaknya dan meninggalkannya.

Aku duduk di tempat penonton bersama Gito dan soleh yang siap meneriakan nama Aldo, di tambah riuhnya beberapa penonton yang lain, juga pendukung dari tim lawan.

Aku duduk menyilang kan tanganku layaknya ayah yang sedang melihat anaknya bertanding.

Aldo bersiap dengan mobilku.

Hanya Aldo dan ketua geng itu yang entah apa namanya yang akan bertanding.

Aku berdoa dalam hati semoga langkah ku ini tepat dan tidak membuatnya dalam bahaya apalagi celaka, tapi aku punya rencana lain untuk mengeluarkan Aldo dan gengnya dari arena ini ke tempat yang layak untuk nya.

Semoga Aldo selamat, aamiin.

Seorang perempuan mulai berjalan ke depan mobil mereka dan memberi aba-aba pada Aldo dan lawannya, dan juga memberitahu peraturan mainnya.

Karena tempat ini tak terpakai dan lebih terlihat seperti bangunan yang tidak jadi di buat maka sangat cocok untuk aksi ngedrift di sini tapi cukup berbahaya, jika mereka gagal sedikit saja saat ngedrift maka nyawa taruhannya karena mobil mereka bisa saja jatuh ke bawah dari bangunan ini.

Dia yang tanding aku yang deg-degan.

Sapu tangan di terbangkan dan bersamaan dengan itu mobil mereka melaju dengan kecepatan tinggi.

Mereka ngedrift sekitar 10 putaran dengan elegan dan penuh gaya, terlihat sekali mereka memiliki gaya masing-masing dalam mengendarai mobilnya, terlebih Aldo sangat merasa bahwa ini adalah dunia yang dia kuasai, ini adalah bakatnya.

Setelah mereka melakukan putaran 10 kali maka mereka kini menuju lantai atas dimana jalan yang semula tangga di buat menjadi khusus jalan mobil.

Sekitar dua lantai mereka lalui untuk bisa sampai ke garis finish dengan cepat dan selamat tentunya.

Sampai di lantai atas aku tak dapat melihat nya lagi, hanya menunggu dia datang dengan kemenangannya.

Suara deru mesin sangat bising dan jelas saat mereka ngerem mobil mereka untuk mengendalikan kecepatan dan ketepatan.

CIIIIIIITTTTT......

Itu suara terakhir yang aku dengar, berarti mobil mereka sudah berhenti di garis finish.

Semua terdiam menunggu hasil akhir.

Jantung ku berdegup semakin kencang.

BREEMM... BREEEEM....

BREEEEEEEEMMMM.....

Seperti nya mereka mulai kembali turun.

BREEEEEEEEMMMM...

Mobil mereka sudah terparkir di depan para penonton.

Aldo keluar dari mobilku dengan wajah datarnya.

Lalu tak lama seutas senyum terpatri di wajahnya.

"Pemenangnya adalah... Aldoo"

"Yeeeey huuuuuuu keren Aldo"

"Aldo emang the best dah"

Semua pendukung Aldo bersorak karena kemenangan Aldo.

Aku ikut tersenyum.

Sekarang aku tau jika dia lebih dari hebat.

Aku mengangguk melihatnya yang bahagia atas kemenangan nya.

Ini pertama kalinya aku melihat dia tertawa bahagia, kemenangan-kemenangan ini yang membuatnya bahagia, dan ya saat bisa bersama dengan muthe dia juga bisa seceria ini.

Dia berjalan perlahan ke arahku, aku menunggu apa yang dia katakan.

"Terima kasih mobil nya mister" ucapnya sembari mengembalikan kunci mobilku.

"Kamu bisa panggil mister dengan sebutan papa atau bapa atau mungkin papski"

Dia menatap ku bingung.

"Sesuai dengan yang mister bilang sebelumnya, mister akan mengantar kalian pulang, jadi ayo kita pulang" ajakku.

Mereka saling tatap bingung tapi tak lama mereka ikut aku masuk mobil.

"Tapi maaf sebelumnya, setelah kamu ngajak papski ke sini sekarang giliran papski yang ajak kamu ke suatu tempat" ucapku setelah semua masuk ke dalam mobil dan Aldo duduk di sampingku.

"Mari kita berangkat!"

Mereka tak tau mau di bawa kemana.

"Soleh, kamu ingat kan dengan apa yang mister bilang waktu itu, jadi apa keputusan kamu?" Tanyaku memecah keheningan.

"Hem itu... Soleh janji bakalan jagain Cindy dari siapapun bahkan dari Soleh sendiri, soleh akan setia sama Cindy dan ga akan pernah nyakitin dia, sampai Soleh mapan dan siap untuk bisa menikahi Cindy di saat Cindy juta sudah siap dan mapan" jawabnya mantap.

Aku tersenyum melihatnya dari kaca spion depan.

"Tumben lu punya pikiran sedewasa itu, biasanya juga lu ngebuaya di belakang Cindy" komen Gito.

"Iya Leh tumbem lu, tapi bagus deh gue jadi ga khawatir kalo lu beneran punya niat kaya gitu biar adik gue, gimanapun juga dia adik gue satu-satunya dan cuma dia yang gue punya di dunia ini" ucap Aldo, terlihat seperti seorang Kaka yang tidak ingin adiknya kenapa-napa, dia dewasa jika di hadapkan tentang adiknya.

Aku tau kemari kesepian do, tapi kali ini mister ga akan biarin kamu kehilangan kasih sayang itu.

"Kamu sendiri gimana to, sama Eli? Masih kah ngejar dia?" Tanyaku kali ini pada Gito.

"Hem mister tau sendiri tadi gimana dia" jawabnya terlihat putus asa.

"Kamu sama Aldo ini bernasib sama, sama-sama di hadapkan dengan perempuan yang denialnya tinggi"

"Jadi solusi untuk kalian sama, yaitu beri mereka waktu untuk sendiri, nanti juga mereka tau seberapa berharga nya kalian sama mereka merasa kehilangan kalian, selama ini kalian selalu gencarkan deketin mereka tapi ga pernah sekalipun memberi mereka waktu, jadi untuk sekarang beri mereka waktu"

"Apa maksud mister ngelakuin ini semua ke kita?, Mister pasti punya maksud lain kan!" Ucap Aldo sedikit ketus.

"Hem.. mister hanya ingin yang terbaik untuk kalian, mister hanya ingin dekat dengan kalian, bukan terus berperang dengan kalian, sudah waktunya kita berdamai, mister selalu membiarkan apapun yang kalian sukai, mister hanya memperbaiki sifat jelek kalian saja, kalian ini punya prestasi dan bakat yang bagus tapi itu semua tertutupi oleh kenakalan kalian sendiri"

"Nah ngobrolnya di lanjut nanti, sekarang kita turun, kita udah sampai"

"Ki...kita di" ucap Aldo terbata-bata.

"Selamat datang di arena yang sesungguhnya"

"Ayo masuk teman mister sudah menunggu di dalam" ajakku pada mereka yang masih tak menyangka berada di sini.

Kami memasuki lintasan balap yang di kagumi mereka bertiga.

"Hallo mister.G apa kabar?" Sapanya yang sedang berdiri di dekat mobil kebanggaan nya.

"Halo Rio, baik, seperti yang saya bilang saya mau ajak anak-anak hebat ke sini"

"Nah anak-anak kalian pasti kenal dia siapa"

"Rio Haryanto" ucap Aldo tak percaya.

"Pembalap Indonesia yang berhasil masuk F1" tambah Soleh.

"Pembalap favorit kita" tambah Gito.

"Hai Aldo, Soleh dan Gito, senang bisa bertemu kalian, mau liat saya latihan?"

"Wah mau mau mau" ucap Soleh antusias, sedangkan Aldo masih tak percaya dengan apa yang dia lihat.

Sekitar satu jam kami melihat aksi Rio Haryanto, decak kagum tak berhenti dari anak-anak ini, selera idola mereka memang tidak main-main.

Rio selesai dengan latihan nya dan kami kembali turun dari bangku penonton untuk menemuinya lagi.

"Gimana anak-anak?" Tanya Rio.

"Keren banget kalo, keren parah sih" decak kagum soleh.

"Keren banget ka, valid no debat" ucap Gito.

Aldo masih bungkam.

Ku tepuk bahu Aldo pelan.

"Do mulai sekarang kamu jangan ke Arena itu lagi, sepulang sekolah kamu ke sini karena kamu akan di latih langsung oleh ka Rio, faham, kalian berdua juga"

"Wah serius, makasih Mister,makasih ka Rio" Soleh begitu antusias.

"Bisa jadi pembalap kita" tambah Gito.

Hap.

Aku kaget Aldo tiba-tiba memelukku erat dan menangis.

Aku tau sebenarnya kamu rapuh do, aku tau kamu hanya pura-pura tegar dengan apa yang kamu jalani saat ini.

"I'M yours papski, jadi berlatih lah dengan keras agar menjadi pembalap hebat bukan pembalap abal-abal, ok" ucapku sambil mengelus punggung nya, dia mengangguk pelan.

"Ok kalo gitu kita bisa ambil foto dulu, abis itu kita pulang, karena ka Rio juga sudah selesai latihan hari ini"

"Ok satu, dua, tiga"

Ceklek

Ceklek

Ceklek

Kami selesai ambil foto.

Dan kami berjalan menuju mobilku.

Mereka berjalan lebih dulu dariku, karena aku sedikit ngobrol dulu dengan Rio.

"Aldo, Soleh, Gito" panggilku.

Mereka berhenti sebelum masuk mobil dan menoleh ke arah ku.

Aku berjalan kearah mereka dan berhenti di depan mereka.

"Setelah ini, kalian harus buang jauh-jauh kebiasaan merokok kalian itu, kalian harus punya fisik yang kuat dan tidak boleh merokok sebagai seorang pembalap, mulai belajar dengan serius untuk meningkatkan sisi akademik kalian, dan berlatih keras dalam mengendarai mobil balap, jangan sia-siakan kesempatan emas ini, kalian siap kan"

"Iya siap mister" jawab soleh mantap.

"Siap mister" jawab Gito.

"Siap papksi" jawab Aldo yang membuatku sukses tersenyum karena panggilannya.

"Mulai sekarang kamu anakku dan aku papski mu, ok, begitu juga Cindy, jadi anakku sekarang, sekarang kita pulang"

Kami masuk ke dalam mobil.

Di jalan merek tertidur cukup pulas, untung aku tau tempat tinggal mereka dari catatan sekolah, jadi aku tidak perlu membangun kan mereka hanya sekedar bertanya alamat rumah.

Mereka terlihat kelelahan.

Aku mengantar Gito lebih dulu, lalu Soleh dan terakhir Aldo.

Sampai aku tiba di rumah Aldo yang cukup besar.

Tapi hanya tinggal berdua dengan satu pembantu.

Perusahaan milik ayahnya di urus oleh orang kepercayaan ayahnya, sampai nanti Aldo atau Cindy sudah cukup umur untuk memimpin perusahaan, dari cerita Zee aku tau semuanya, jika Aldo di tinggalkan kedua orang tuanya pergi untuk selamanya, dan itu lah penyebab dia menjadi brutal seperti sekarang.

Semua akibat terjadi pasti ada sebabnya.

"Do bangun, kita udah sampai" ku goncangan tubuhnya pelan.

"Engh.... Dimana?" Tanyanya serak.

"Di rumah kamu lah, ayo turun lanjut di rumah tidurnya"

"Hem makasih papski" jawabnya, aku masih saja tersenyum mendengar Aldo memanggilku seperti itu.

Aku ikut turun dan masuk ke dalam rumah.

Aldo berjalan dengan langkah gontai dan masuk ke kamarnya.

"Kamu siapa?" Tanya seorang gadis dengan raut bingung.

"Hem.. saya papa kamu, kalo Aldo manggilnya papski"

"Apa!...hiks...hiks...hiks...hiks.. papaaaa"

Hap.

Dia memelukku dengan erat.

Aku tersentak kaget.

"Ka Aldo bilang papa ga akan pernah pulang lagi, papa sibuk sama kerjaan dan ga peduli sama kita huaaaaa... Tapi sekarang papa pulang hiks...hiks..hiks... Aku seneng" ucap nya sambil terisak.

Aku sedikit bingung, tapi detik berikutnya aku mengerti.

Karena mereka di tinggalkan saat Cindy masih kecil, Aldo pasti tidak memberitahu Cindy jika orang tuanya meninggal dunia, dan masih terus beralasan kalo orang tuanya tak peduli pada mereka, itu pasti dia lakukan agar Cindy tidak terus menanyakan orang tuanya.

"Hem maaf ya, papa lama ga pulang sampe kamu ga ngerasain kasih sayang orang tua, tapi sekarang papa sudah di sini, kamu tenang ya"

"Papa ini masih sore aku mau main sama papa" ucapnya ,gemas sekali anak SMP ini.

"Hem ok mau main apa?" Tanyaku.

Dia berbisik di telingaku dan aku tersenyum dan mengangguk menyetujui idenya.

"Ok ko gitu let's go" ajaknya menarik tangannya.