Hanya ada satu obat untuk orang yang kesepian, yaitu di temani.
~
Mr.G
Mr.G POV
Aku menuju meja makan yang sudah tersaji makanan yang lezat, yang di masak oleh bibi di rumah ini.
"Pagi papa" sapa Cindy dengan ceria.
"Pagi putri gemoy"
"Heheh panggil papa buat aku lucu" dia terkekeh seperti itu saja sangat lucu.
"Lo papski ko di sini?" Heran Aldo yang baru saja turun dan gabung dengan kami di meja makan.
"Iya, ka Aldo jangan suruh papa buat pergi lagi, kalo papa mau perjalanan bisinis lagi aku harus ikut, aku kangen papa" ucap cindy memelukku erat dari samping.
"Tapi..papski..."
"Udah mending sekarang kita makan, keburu telat sekolahnya"
"Iya papa" jawab Cindy yang sudah melepas pelukannya.
Sedangkan Aldo menatapku menuntut penjelasan.
Aku hanya tersenyum menatapnya.
Karena aku juga hidup sebatang kara maka tidak ada salahnya juga aku bersama mereka, memberikan kasih sayang yang selalu ingin aku berikan pada anak-anak yang tidak bisa aku miliki.
"Gimana pah, enak ga masakan buatan bibi?" Tanya Cindy sambil mengunyah makanan nya.
"Enak, sangat enak, kalian tidak kekurangan apapun di sini, kalian hidup dengan cukup"
"iya dong, kan papa yang kerja buat kita" jawab Cindy.
Aku hanya tersenyum.
"Papa mau titip pesan sama kamu Cindy, jaga diri kamu baik-baik, karena bagaimanapun juga soleh itu laki-laki, kalo sampai dia berbuat sesuatu yang bisa membahayakan masa depan kamu, lapor sama papa ya"
"Siap pah" jawabnya dengan hormat padaku membuatku terkekeh melihat nya.
Semalam dia menceritakan tentang kisah cintanya jadi aku tau segalanya, tau sebenarnya aku tau sebelum dia menceritakan semuanya padaku.
"Aku udah beres, mau berangkat sekolah sekarang karena bang Soleh udah di depan"
"Oh yaudah biar papa anter sampe depan, ayo"
Aku mengantar Cindy ke depan tatapi Aldo masih menikmati makanannya.
Walaupun Aldo anak yang sedikit urakan tapi dia tetap bangun pagi.
Saat aku keluar dari rumah ini soleh kaget melihat ku ada di sini.
"Pagi mister" sapa Soleh dengan kikuk.
"Hem pagi, jaga cindy dengan baik ya"
"Iya siap mister"
"Bang Soleh udah kenal sama papa aku?"
"Apa! Papa kamu?"
"Iya papa aku yang udah balik dari perjalanan bisnis nya" jawab Cindy polos.
Soleh semakin bingung dengan ucapan Cindy.
"Hehe iya kenal sih, lumayan kenal, yaudah yuk kita berangkat sekarang"
"Yaudah deh, tapi syukur deh kalo bang Soleh udah kenal sama papa aku, makin mudah dong ya buat minta restu dari papa aku"
"Hem iya"
Aku tau Soleh sangat bingung sekarang.
"Kita berangkat bareng do" ucapku menghentikan langkahnya menuju motor kesayangan nya.
"Maksud mister apa?, Kenapa mister ngaku sebagai ayah Cindy, apa tujuan mister sebenarnya?"
"Hem harusnya mister yang nanya sama kamu, kenapa kamu sembunyikan semuanya dari Cindy, dengan kamu berbohong sama Cindy kalo orang tua kamu sebenarnya sudah tidak ada maka itu akan tetap membuat Cindy berharap orang tuanya akan kembali, kenapa kamu ga jujur sama dia, mister jadi terjebak kan, tapi ga masalah bagi mister, kita bernasib sama, mister hidup sebatang kara, sudah tidak punya siapa-siapa lagi jadi tidak masalah jika mister menjadi ayah bagi kalian"
Aldo termenung mendengar ucapan ku.
"Biar kamu bisa jadi pembalap sesuai dengan yang kamu inginkan, jadi jangan jadikan beban perusahan ayah kamu akan kamu tanggung, biar Cindy yang akan jadi penerus, mister akan bantu dia"
"Jadi kalian resmi anak-anak mister, biar hal ini hanya kita yang tau, jangan lukai hati Cindy"
Aku merangkulnya dan memeluknya.
"Ayo kita berangkat"
Kami masuk ke dalam mobil dengan aku yang menyetir.
Tak ada obrolan selama di jalan, aku tau Aldo sedang memikirkan semuanya.
Ku tepuk pundaknya pelan membuatnya menoleh ke arahku.
"Jangan berpikir terlalu berat"
Tak lama kami sampai di sekolah.
Anak-anak berlalu-lalang di sekitar sekolah, entah ke kantin karena belum sarapan atau mungkin yang tengah menunggu bel masuk sambil bermain basket.
PLAK...
Aku tersentak, kepalaku basah oleh cairan telur busuk yang mulai mengalir ke pipiku.
Aroma menyengat menyeruak masuk hidungku.
PLAK...
Lagi aku mendapatkan lemparan telur lagi.
Sampai di ikuti banyak lemparan yang lain.
Aldo hanya diam melihatku sudah mulai penuh oleh telur busuk yang membuatku pakaian ku basah dan bau.
"Hahahaha rasain lu, do kenapa lu ga ikutan juga?" Tanya eve.
"Heh mister, selama beberapa hari kita biarin mister menang atas kita, tak ada lagi jebakan yang kita lakuin ke mister tapi kali ini mister kena semua jebakan kita!" Ucap eve dengan lantang.
Aku jadi tontonan semua anak-anak di sini yang tidak berani melakukan apapun.
"EVE!" Teriakan seseorang dapat ku dengar dengan nada yang marah.
Itu kakaknya eve yaitu Aril.
"Lu bener-bener keterlaluan ya, bisa-bisanya lu memperlakukan guru kaya gitu, gue ga habis pikir sama lu eve, lu bakalan gue laporin ke papa!" Aril begitu marah pada eve.
"GUE GA PEDULI LU LAPORIN GUE ATAU ENGGAK, GUE EMANG GA PUNYA SIAPAPUN, GA ADA YANG PEDULI SAMA GUE, DAN LU DO, KENAPA LU GA IKUT DALAM RENCANA GUE BUKANNYA LU YANG NGAJAK KITA UNTUK KELUARIN GURU INI!"
PLAK...
Tamparan keras mendarat di pipi eve siapa lagi yang melakukan itu jika bukan Aril.
PLAK...
PLAK...
PLAK...
Masih banyak telur yang di lemparkan ke arahku.
PLAK...
"Cio, apa yang kamu lakukan?" Tanya ku pasalnya Gracio berusaha melindungi ku dari lemparan telur.
"Mister!" Feno melakukan hal yang sama padaku.
"Kita akan lindungin mister" kali ini Soleh.
"Kita akan jagain mister semampu kita!" Ucap Gito yang kini tengah merebut telur dari siswa yang melempari ku.
"Aku juga ikutan!" Tambah Floren yang melakukan hal yang sama dengan Gito.
"Jangan lupakan Cowo ganteng ini!" Tambah Ara yang juga ikut membantu Gito dan Floren.
Aku tersenyum melihat mereka.
"Saya juga harus di absen mister" tambah Josse.
Aku menatap mereka satu-persatu yang membuat lingkaran untuk melindungi tubuhku dan beberapa anak yang mengambil telur dari anak-anak yang masih saja melempari ku dengan telur-telur busuk.
Tak sadar aku meneteskan air mata melihat mereka begitu peduli padaku.
"HENTIKAN!" Teriakan seseorang yang membuat semua yang melempari ku dengan telur berhenti seketika.
Aku menatap orang itu.
Dia berjalan ke arah eve dan berhenti di depan eve.
"Hentikan semuanya, perang ini sudah berakhir, kalo lu masih melanjutkan perang ini, yang akan lu hadapi bukan dia tapi gue!" Ucap Aldo yang sukses membuatku terdiam seribu bahasa.
Tetesan air mata menjadi saksi bisu atas kekagumanku padanya.
Akhirnya, aku berhasil meluluhkan nya, aku berhasil.
Tapi masih banyak yang harus aku benahi, tapi dengan luluhnya Aldo maka aku selangkah menuju selesainya semua yang aku lakukan di sini.
"Apa lu luluh sama dia sekarang do?, Gue ga nyangka ternyata lu mudah kalah juga sama guru baru itu" ucap eve meremehkan Aldo.
Hap.
Aku menangkap tangan Aril yang melayang untuk kembali menapar eve.
Aku menatap Aril dan menggeleng menatap nya.
"Tak apa jika kamu masih tidak menerima mister sebagai guru, tapi mister akan pastikan kamu akan kembali menjadi eve yang dulu" eve menahan air matanya dan pergi begitu saja dari sini.
Aku tau masa lalu eve cukup menyakitkan sama seperti Aldo, dia juga istimewa.
"Terima kasih sudah membela mister" ucapku pada Aldo dan Aril.
"Aril tolong izinkan mister ikut campur untuk urusan eve, percayakan dia pada Mister"
"Semoga eve bisa berubah di tangan mister, saya rindu adik saya yang dulu"
Aril meneteskan air matanya.
Aku menatap Aldo meminta tolong padanya dengan isyarat.
Aldo pun memeluk Aril yang butuh pelukan.
"Mister kita mandi sama-sama!" Teriak soleh yang sudah membawa selang dengan air yang mengalir.
"Ok kita mandi di lapangan, saya mohon izin ibu kepala sekolah"
Ibu kepala sekolah memberi kami izin, sekalian menghilangkan bau busuk telurnya di lapangan.
Alhasil kami mandi dengan air dari selang seperti anak-anak kecil yang senang bermain air.
Aku melihat keceriaan di wajah mereka walau hanya saling semprot air.
"Lu belum mandi berapa abad cio?" Tanya feno pada cio.
"Enak aja!" Sewot cio.
"Buaya ijo bau kalo gini caranya" ledek Gito pada Ara.
"Tapi tetep ganteng kan" pede Ara.
Aku menggeleng melihat kelakuan mereka.