Rasa sakit mungkin memang membuat seseorang berubah tapi entah berubah menjadi lebih baik atau justru lebih buruk
Mr.G
Mr.G POV
Kami semua kembali ke kelas dengan pakaian yang baru, walau baunya sepertinya belum benar-benar hilang.
Mereka berubah menjadi orang yang jauh lebih baik walau belum semuanya, tapi ada satu orang menarik perhatianku yaitu Ara.
Dia sudah mulai kembali menjadi Ara yang dulu, mungkin karena kemarin aku bercerita tentang putri Dyah Pitaloka dan Hayam Wuruk, mungkin dia tak ingin mengalami kisah cinta yang sama tragisnya.
Dia tidak lagi menjadi pendiam, dia bahkan menjadi pribadi yang kembali riang, apa tidak butuh waktu lama baginya untuk move on.
Aldo sudah berubah sekarang, sekarang dia tau yang mana yang harus di bela, jalan benar atau jalan yang salah.
Semoga Aldo akan tetap seperti ini.
"Hallo guys, rindukah pada si ganteng yang satu ini?" Teriak Ara yang baru saja masuk, dengan ceria.
Ternyata dia seceria ini.
"Buaya bau lu mah Ra" teriak Aldo.
Semua tertawa mendengarnya.
Eve tidak ada di kelas ini karena dia pergi entah kemana.
"Sekarang lanjutkan pelajaran kalian, mister harus pergi sebentar, ehm.. Bu maaf mereka terlambat, tapi mereka masih boleh kan melanjutkan pelajaran nya?"
"Boleh ko mister, semua orang tau kenapa keterlambatan mereka, tapi saya harap mister baik-baik saja dan tetap tegar menghadapi eve"
"Hem terima kasih Bu, saya harap bisa menghadapinya, kalo begitu saya permisi dulu"
Mereka duduk di bangku masing-masing, dan aku harus mencari eve lebih dulu.
Karena aku tak tau eve pergi kemana jadi aku akan bertanya pada Aril kakaknya eve yang mungkin tau eve kemana jika sedang kesal seperti sekarang.
Kelas Aril berada di lantai tiga, karena di sini kelas dua di lantai satu, kelas satu di lantai dua dan kelas tiga di lantai tiga.
Mungkin agar kelas satu bisa cepat berbaur jadi mereka di tetapkan di lantai dua.
Tok tok tok
"Iya ada perlu apa mister?" Tanya seorang guru yang membuka pintu.
"Maaf Bu saya ada perlu dengan Aril sebentar"
"Hem maaf sebelumnya tapi Aril tidak ada, yang ada hanya tasnya saja" jawabnya.
"Hem kalo begitu boleh saya minta no Aril mungkin ke temannya"
"Oh boleh, tunggu sebentar, indah ke sini sebentar"
Tak lama murid yang di panggil itu datang menghampiri kami.
"Mister mau minta no Aril katanya, kamu punya kan"
"Iya punya Bu"
"Kalo begitu mister minta ya"pintaku
"Iya mister"
Aku mengeluarkan ponsel dan menyalin no Aril, hanya no Aril yang aku minta jadi aku dan murid bernama indah ini tidak perlu bertukar nomor untuk mendapatkan nomor Aril.
"Terima kasih ya, terima kasih Bu maaf sudah menganggu"
"Tidak apa-apa mister, semoga setelah ini ada kabar dari Aril dan eve"
"Iya semoga ya Bu, kalo begitu saya permisi"
"Iya mister silahkan"
Aku pergi dari kelasnya dan mencoba menghubungi Aril.
Nomor nya berdering namun belum di angkat, ayo lah kalian di mana?.
"Hallo"
"Aril, ini mister, kalian di mana sekarang, eve sedang kamu Cari kan?"
"Eve sedang sama saya mister tapi dia mencoba untuk lompat dari ketinggian, saya masih mencoba membujuk nya untuk turun tapi dia masih teriak-teriak" aku kaget tentu saja.
AAAARRRGGGHHH...
Aku dapat mendengar teriakannya yang sangat frustasi.
"Kirim alamat nya ril, biar mister ke sana"
"Iya mister"
Tuut tuut tuut
Panggilan terputus.
Ting.
Satu chat masuk dari Aril yang mengirim alamat.
Aku langsung saja tancap gas menuju alamatnya.
Sebelum terlambat, ku mohon beri aku waktu untuk menangani yang satu ini ya Tuhan.
Aku menjalankan mobilku seperti orang kesurupan, tapi untungnya aku tetap konsentrasi pada jalanan di depanku, kalo tidak sesuatu yang berbahaya bisa saja menimpaku.
Hanya butuh sekitar 10 menit aku sudah sampai di tempat yang di maksud Aril.
Beberapa orang tengah mencoba membujuk eve yang ingin segera lompat dari pembatas jembatan yang cukup tinggi.
Aku berjalan memasuki kerumunan.
"Telpon ayah kamu ril" ucap ku saat sudah di samping Aril.
"Mister, iya mister"
Dia sedikit kaget tapi akhirnya melakukan panggilan pada ayahnya.
"Eve ini mister, dengar kata mister, kamu hanya sedang marah, jadi mister mohon turun dari sana, jangan lakukan hal yang nekat, mister tau ayah kamu terlalu sibuk dan mister tau yang kamu inginkan hanya kasih sayang dari ayah kamu setelah ibu kamu pergi, tapi percayalah ibu kamu akan sedih jika kamu seperti ini, dia selalu mengawasi mu dari atas sana, dia menjelma menjadi bintang yang indah di langit, jadi mister mohon turun dari sana, ayah kamu sebenarnya sangat sayang sama kamu begitu juga kakakmu Aril, tapi kamu yang terus-menerus menolak kasih sayang dari mereka hanya karena masih tak terima dengan kepergian ibumu, cobalah untuk mulai menerima kenyataan eve"
"Mereka memberikan seluruh kasih sayangnya padamu, mereka tau kamu butuh kasih sayang itu, kamu hanya perlu melihat betapa sayang dan peduli nya mereka padamu, jadi berhentilah menolak kasih sayang mereka dan berhenti lah menganggap semua kasih sayang mereka itu semu atau tidak nyata, lihat lah betapa khawatir nya mereka padamu eve"
Eve masih terdiam di tempatnya.
"Sekarang turun ya"
Perlahan aku berjalan mendekatinya.
"Turun ya eve, kami peduli padamu, mister peduli padamu, mister tidak akan membiarkan murid kesayangan mister ini kehilangan sesuatu yang seharusnya di dapatkan"
Ku coba meraih tangannya untuk menariknya turun.
"Jangan sentuh aku!"
Dia menepis tanganku.
"AKU GA MAU KAYA GINI!"
"EVE!"
BYUUUURRRRR...
Aku refleks ikut terjun ke bawah sungai begitu eve terjun.
BYUUUURRRRR.....
"MISTER, EVE!" Dapat ku dengar teriakan Aril di atas sana.
"EVE!" Teriakku sambil terus mencarinya di sekitar sungai.
Mencari ke kanan dan ke kiri.
"EVE KAMU DIMANA?"
"EVE!"
Aku melihat seragam putih yang keluar masuk air.
Apa eve tidak bisa berenang.
Segera aku berenang ke arah nya dan meraih tubuh nya.
Hap.
Ku gapai tubuhnya dan menariknya menuju daratan di samping.
"EVE BANGUN LAH"
Ku pompa dadanya untuk mengeluakan air yang di khawatir kan memenuhi paru-parunya.
"Uhuk..uhuk...uhuk...." Berhasil eve mengeluarkan banyak air tapi dia hampair kehilangan kesadaran.
Ku angkat tubuhnya ke atas, untuk di bawa ke rumah sakit.
"Papa udah di jalan, mister"
"Suruh putar balik, kita ke rumah sakit sekarang!"
"Bawa mobil Mister"
"Iya mister"
Aril menyetir, aku masih menggendong eve yang sudah pingsan.
Kami di perjalanan menuju rumah sakit.
"Aril ga ngerti sebenarnya eve ini kenapa, tapi tiap hari papa sama Aril selalu peduli sama eve, tapi eve sikap eve mulai berubah, jujur papa sedih lihat eve seperti ini, kita udah lakukan semampu kita hiks..hiks... Kita ngasih apa yang eve mau, eve ingin di pedulikan eve ingin kasih sayang dari aku dan papa dan dia mendapatkan nya, tapi eve selalu menolak hiks...hiks.." Aril menumpahkan keluh kesahnya menghadapi adik satu-satunya ini.
"Tenang lah, kamu sedang menyetir, kamu harus tenang dalam menyetir, semua akan baik-baik saja, eve hanya butuh percaya pada kasih sayang yang kalian berikan, berusahalah sedikit lagi, sekarang fokus pada jalanan"
Tak ada obrolan lagi di dalam mobil sampai akhirnya kami sampai di rumah sakit.
Aku segera membawa eve ke ruang IGD untui mendapat pemeriksaan lebih lanjut.
Dua kali dalam sehari aku harus basah-basahan seperti ini, semoga aku baik-baik saja.
"Dimana eve, apa yang terjadi padanya?" Tanya ayah eve dan Aril yang tampak khawatir.
"Dia sudah di dalam pak, sedang di tangani"
"Apa yang terjadi sama dia?, Ada apa ril, papa minta kamu buat jagain adik kamu itu, kenapa kamu ga becus jagain dia!" Dia mulai emosi.
"Maaf sebelumnya pak, saya mister, saya wali kelas eve, ini semua bukan salah Aril, tapi mungkin ini adalah puncak kekesalan eve yang selama ini di pendam olehnya, kita bisa bicara baik-baik, saya perlu tau masalahnya seperti apa"
"Silahkan bapak duduk dulu dengan tenang, maaf jika saya basah, saya membantu eve yang terjun ke sungai tadi"
Dia meremas rambutnya frustasi.
"Boleh saya tanya masalah apa yang di hadapi eve? Tanya ku baik-baik.
"Istri saya atau ibunya eve meninggal karena kecelakaan, berita yang tiba-tiba ini membuat kami kaget dan tidak tau harus berbuat apa, eve paling terpukul di sini karena eve sangat dekat dengan ibunya, eve masih tidak terima dengan ini semua, setiap hari kami selalu berusaha membuat eve ikhlas dengan semua yang terjadi, kami berusaha memberikan kasih sayang yang selalu eve harapkan dari ibunya, tapi eve terus saja menolak kami dan masih tak terima dengan kenyataan yang ada" ucap ayah eve.
Aku menepuk pundaknya pelan.
"Apa yang kami lakukan seperti tidak di lihat oleh eve, usaha kami sia-sia"
"Bukan sia-sia pak, tapi belum membuahkan hasil, masih harus berusaha sedikit lagi"
"Tapi saya harus usaha seperti apa lagi? , Eve berubah jadi anak yang tidak bisa di atur, semua harus sesuai dengan keinginan nya, dia jadi pembangkang, dia jadi pembuat onar, di sekolah ada saja yang dia lakukan membuat saya di panggil oleh kepala sekolahnya"
"Biar saya ikut bantu bapak, sebagai wali kelasnya eve, saya juga tidak mau masa depan eve hancur karena rasa kehilangan nya ini"
"Terima kasih sudah mau membantu"
"Dengan keluarga pasien?" Tanya dokter yang keluar dari ruang IGD.
"Iya saya ayahnya dok, bagiamana keadaannya dok?"
"Pasien sudah lebih baik, untuk tadi sempat di beri pertolongan pertama jadi dia dapat tertolong, jika terlambat saja sebentar mungkin pasien tidak tertolong, sekarang kondisi nya sudah lebih baik, pasien akan segera di pindahkan ke ruang inap, kalo begitu saya permisi"
"Hem terima kasih dok"
Dokter itu hanya tersenyum lalu pergi.
"Terima kasih mister, terima kasih sudah menolong anak saya"
"Hem bukan apa-apa pak, itu juga tugas saya"
"Kalo begitu biar saya masuk dan liat keadaan nya"
"Silahkan kan pak silahkan"
Aril dan ayahmu masuk untuk melihat keadaan eve.
Aku merogoh saku celanaku, aku hampir lupa jika ponselku pasti terkena air karena aku refleks ikut lompat tadi.
Aku berharap bisa nyala.
Dan... Syukurlah masih bisa nyala, canggih juga ponsel nya.
"Hallo"
"Iya hallo papski, bagiamana mana eve, apa sudah ketemu?" Tanya aldo di sebrang sana.
Aku tersenyum mendengarnya dia peduli juga ternyata.
"Sudah tapi keadaannya sangat mengkhawatirkan, sekarang dia sedang di rumah sakit, syukur nya dia sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, kalian datang ya untuk menjenguknya"
"Iya papski, pulang sekolah kita akan ke sana"
"Yaudah papski tutup telponnya, papski masih ada urusan, kalian lanjutkan pelajaran nya ya, dan kamu Aldo pastikan semuanya belajar"
"Iya siap papksi"
Tuut tuut tuut
Panggilan berakhir.
Biar kedatangan anak-anak itu jadi penyemangat bagi eve dan menjadi bentuk peduli mereka pada eve, dan yang pasti jadi kejutan bagi eve.
Kamu tidak sendirian eve, kamu masih memiliki kami semua.
Pakaian ku yang tadi basah sekarang sudah kembali kering, mau pulang dulu tapi nanggung nanti ke sini lagi, sekarang kayanya lagi jam istirahat di sekolah, bentar lagi juga anak-anak ke sini pulang sekolah, aku cari makan saja lah di sini, lapar juga.
Tok tok tok
"Iya kenapa mister, mister mau liat keadaan eve?"
"Hem biar nanti saja mister keadaan nya, bareng sama anak-anak, tapi jangan kasih tau dulu eve, mister mau ada urusan dulu sebentar, nanti ke sini lagi"
"Oh iya mister, sekali lagi terima kasih"
Setelah berpamitan akupu menari makan di sekitar rumah sakit, karena banyak tukang dagang di dekat rumah sakit, kayanya enak sambil nyantai di sana.
Setelah menemukan makanan yang kayanya enak untuk mengisi perut, akhirnya aku duduk santai di sana sambil memikirkan masalah eve.
Masalah eve ini terletak pada eve itu sendiri yang masih belum rela ibunya pergi, eve masih tidak menerima kenyataan yang ada, dan itu lah yang membuatnya berubah menjadi anak yang nakal, dia melakukan apapun yang menurutnya bisa membuatnya lupa pada masalahnya.
Setiap anak nakal di dunia ini pasti ada sebab akibatnya, mereka tidak anak nakal jika tidak ada pemicunya, entah salah asuh orang tua atau bahkan masalah dari anak itu sendiri, tapi faktor utama tingkah laku anak itu pasti selalu berasal dari lingkungan rumah nya lebih dulu.
Baru pengaruh dari luar.
Ternyata menjadi guru tidak semudah yang ku bayangkan, ternyata serumit ini menjadi seorang guru, demi masa depan anak-anak bangsa aku mengorbankan waktu untuk mengurusi hidup mereka yang menjadi faktor dan penghambat mereka untuk maju.
Jika mereka tidak punya seserius ini dalam hidup mereka, saat ini mereka tengah belajar dengan giat dan fokus, seperti kelas-kelas yang lain yang hanya mementingkan pendidikan dan fokus masa depan.
Karena mereka tidak memiliki masalah serumit ini.
Hanya anak-anak hebat yang mendapat cobaan seperti anak-anak ini.
Dan aku bangga pada mereka, aku bangga memiliki murid seperti mereka.
Sambil menyantap makanan yang enak, karena mungkin lapar jadi enak banget, sambil terus mencari cara agar eve bisa kembali menjadi eve yang dulu.
Mungkin tidak akan sama persis menjadi eve yang dulu tapi setidaknya bukan eve yang tidak punya hati.
Drrt drrt drrt
"Hallo"
"Papski di mana, kita udah ada di rumah sakit, mau jenguk eve" tanya aldo, dia jadi memanggil ku papski.
"Iya papski ke sana sekarang, tunggu sebentar"
Tidak terasa ini udah siang, sampai anak-anak udah pulang sekolah dan udah di sini aja.
"Hai anak-anak, hanya segini?"
Pasalnya yang datang hanya, Aldo, Soleh, Gito, Ara, Floren, Olla, Lulu dan trio keren, Gracio, feno dan Josse.
"Ya mau gimana lagi, yang lain belum berubah seperti kita Mister" ucap Floren.
"Hem... Yaudah sekarang kita masuk"
Mereka mengikuti langkahku untuk masuk ke dalam rumah sakit.
"Permisi"
"Silahkan masuk mister" ucap Aril.
"Terima kasih"
Aku masuk ke dalam kamar eve di susul anak-anak dari belakang.
"Waah teman-temannya eve datang, silahkan masuk" kali ini ayah eve yang mempersilahkan kami masuk.
"Eve cepet sembuh Lo, Lo masih harus lawan gue ya" ucap Aldo.
"Awas aja lu do!" Jawab eve sedikit kesal.
"Eve di kelas ga rame kalo ga ada Lo, ga ada peran antagonis gitu" kali ini Soleh.
"Iya lu kan peran antagonis di kelas kita" tambah Gito.
"Bener-bener lu ya, awas lu ye, mau kalian apa ke sini kalo cuma mau ngajak perang"
"Hahaha mereka mau jenguk kamu, lihat mereka kehilangan kamu di kelas, jadi cepet sembuh ya, kamu sendirian dalam menghadapi masalah kamu itu eve, ada kita yang selalu nemenin kamu" ucapku.
"Lu kan anggota jamet eve" celetuk Olla.
"Ogah ga Sudi gue!"
"Tapi lu mau aja gabung sama jamet-jamet eve" tambah Lulu.
"Cepet sembuh eve, walau kita ga Deket di sekolah, tapi tetep aja lu bagian dari sekolah kita" ucap feno.
"Iya kan ga seru kalo ga ada peran antagonis tapi ada peran protagonis" tambah Josse.
"Tuh denger lay lay, jangan ngeselin jadi orang, banyak yang peduli sama lu" tentu itu Aril.
"Iye gue tau, ga usah panggil gue kaya gitu!"
"Abis lu alay sih, gimana gue ga manggil lu alay coba"
"Kemarin-kemarin kita lihat ni adek Kaka berantem di kantin sekarang di rumah sakit" bisik soleh.
"Gue denger ya Lo ngomong apa Soleh!"
"Iya maap"
Aku terkekeh melihat mereka, jika akrab seperti ini kan lebih enak di lihat.
Semoga terus seperti ini.
Percayalah kamu tidak sendirian eve.