Jamet-jamet di SMA Harapan Bangsa.
~
Mr.G
Mr.G POV
Hari Senin kembali menyambut ku di perjuangan ku yang belum selesai ini, hari Minggu kemarin hanya ku habiskan untuk merenung dan menyusun rencana baru, sampai aku mendapat ide untuk merubah sedikit trategi ku.
Akhirnya aku memutuskan membawa mobil dan menyimpan motor, aku mulai bergerak dengan mobil sekarang.
Aku tiba di sekolah cukup pagi, karena ku yakin anak-anak itu datang lebih pagi.
Beberapa siswa yang menyadari aku datang dengan mobil sedikit bingung tentunya.
"Kemana motornya mister?" Tanya salah satu dari mereka yang penasaran.
"Adalah, lagi istirahat dulu, sekarang pake ini aja dulu, karena sayang kalo ga di pake"
"Oh gitu, bagus mobil mister"
"Terima kasih hehe, mister duluan ya"
"Iya silahkan mister"
Pintu kelasku terbuka setengah.
Tapi dengan pasti aku masuk tanpa ragu sedikitpun.
Ku harap Olla tidak sedang menari ala nanno lagi seperti kemarin.
"Pagi mister" sapa Zee yang tengah duduk di bangkunya tengah membaca buku yang cukup tebal.
"Pagi Zee, tumben yang lainnya datang siang, biasanya mereka datang lebih pagi dari mister" heranku.
"Hem kita lihat saja nanti mister" jawab zee penuh misteri.
"Maksudnya?"
"Hem Zee juga ga tau mister, tapi mereka emang kaya gini kalo punya rencana yang lain"
"Oh gitu, tapi rencana apa?"
"Saya kurang tau mister maaf"
"Its ok, makasih ya infonya"
"Iya Mister"
Ara masuk dengan sikap dingin nya.
Aku sampai gak melihat buaya nya Ara semenjak masuk kelas ini.
Aku duduk di sampingnya.
"Masih kah dengan masalah yang sama?"
"Ga mister, saya cuma pengen hidup tenang aja untuk sekarang, saya cape setiap orang selalu menjodohkan saya dengan nya, hanya karena kita pernah deket, tapi gara-gara itu kita malah jadi risih dan renggang" jawab Ara.
"Kamu itu sebenarnya bukan buaya, tapi kamu itu tipikal orang yang mudah bergaul dengan orang lain, mau itu laki-laki maupun perempuan, tapi banyak orang yang menyalah artikan kedekatan kamu sama mereka, padahal kamu hanya ingin berteman, dan bercanda ya kan, mister faham, yang harus kamu lakukan sekarang adalah memperbaiki hubungan kamu dengan teman-teman kamu, dan kejar seseorang yang memang benar-benar ada dalam hati kamu"
"Kamu pasti bisa" ku tepuk pundaknya pelan.
Tak lama anak-anak yang lain masuk, sedikit kaget karena aku sudah datang lebih dulu dari mereka.
Tok tok tok
"Permisi, mister di panggil oleh Ibu kepala sekolah untui keruangan nya" ucap fiony di ambang pintu.
Aku berjalan ke arahnya.
"Kenapa hanya di ambang pintu fi?"
"Hehe saya aga segan untuk masuk mister"
"Oh iya, terima kasih ya"
"Iya saya permisi Mister"
"Iya"
Aku menoleh ke arah Ara yang sudah menenggelamkan wajahnya di meja.
Lalu aku keluar dari kelas menuju ruang kepala sekolah, ada apa lagi kira-kira?.
Murid-murid hanya berlalu lalang di koridor sekolah, memiliki kegiatannya masing-masing.
Tok tok tok
"Masuk!".
Aku masuk sesuai perintah.
"Permisi Ibu memanggil saya?"
"Iya silahkan duduk mister"
Aku duduk mengikuti perintah nya.
"Jadi gini mister, saya salah perkiraan memasukkan Lulu ke kelas yang lain, saya kira dia tidak seperti anak-anak itu tapi ternyata, dia sama saja dengan yang anak-anak di kelas mister, jadi saya mohon maaf saya harus memasukkan Lulu ke kelas mister, karena saat dia kelas yang lain itu malah jadi persusuh di kelas itu, kelas nya jadi tidak kondusif, dan mengganggu anak-anak yang lain dalam belajar, jadi saya minta maaf mister"
"Sebenarnya saya bingung , jika anak-anak itu tidak berubah dari segi nilai maupun akhlak, maka mereka bisa-bisa saya keluarkan dari sekolah ini, tapi masalah nya jika saya keluarkan mereka belum tentu ada yang mau menerima mereka, mengingat kelakuan mereka yang membuat setiap sekolah tidak mau menerima murid seperti mereka" ucap nya lirih.
"Ibu tenang saja, biar mereka atas yang urus, tidak perlu keluarkan mereka, mereka bukan anak nakal mereka hanya tidak bertemu dengan guru yang tepat, jadi biar saya yang urus anak-anak itu, karena mereka cukup istimewa untuk saya"
"Terima kasih mister, saya tidak tau harus membalas mister dengan cara apa, saya sangat berterima kasih pada mister yang rela di repotkan seperti ini"
"Hem ibu tidak perlu membalas apapun Bu, ini pekerjaan saya dan saya ikhlas melakukan ini semua"
"Kalo begitu saya permisi Bu"
"Iya silahkan"
Aku keluar dari ruang kepala sekolah dengan senyum.
Aku tau hal ini akan terjadi.
Tuhan tau hanya aku yang sanggup menghadapi mereka.
Maka ayo kita selesaikan ini semua.
Aku menuju kelas Lulu.
Teeet teeet teeet
Tepat sekali bel masuk sudah berbunyi, ini jam aku mengajar di kelasku juga.
Tok tok tok
"Eh mister, ada perlu apa Mister?" Tanya feno yang membuka pintu.
"Mister mau bertemu Lulu ,tolong panggilkan dia"
"Oh ok tunggu mister"
Feno memanggil Lulu yang tengah bercanda dengan teman-teman yang lain, tapi lebih terlihat mereka risih dan tidak nyaman dengan kehadiran Lulu.
Dia hanya ingin bergaul tapi tidak semua orang ingin berteman dengannya, dia hanya berada di tempat yang salah.
"Iya ada pak?" Ucap Lulu sedikit berteriak dengan logat khasnya.
"Panggil mister bukan pak, sekarang ambil tas kamu kita lu dah kelas"
"Oh ga masalah sih gua, bentar ya mister"
Dia mengambil tasnya dan aku menunggunya di luar.
"Pindah kemana mister?"
Ngagetin aja.
"Ikut mister"
Aku merangkul pundaknya dan kami berjalan beriringan.
"Jika mereka tidak menghargai kehadiranmu berarti kamu berada di tempat yang salah, biar mister bawa kamu ke kelas yang tepat, dimana kehadiran kamu akan di hargai di sana"
'karena satu frekuensi' batinku.
Ceklek.
"Selamat datang di kelas mister, kelas anak-anak pembuat onar"
"Wiiiih bagus juga ni kelas, sabi nih gue kasih tanda tangan di dinding"
"Soleh, Aldo buang kertasnya!"
Mereka malah saling lempar kertas.
Buru-buru mereka memungut sampahnya dan membuangnya ke tempat sampah.
"Baiklah anak-anak kelas kita kedatangan murid baru lagi, silahkan Lulu perkenalkan diri kamu pada mereka"
"Hallo gengsi, kenalin nama gue Lulu panggil aja gue Lulu" ucapnya dengan sedikit berteriak.
'perkenalan macam apa ini?' batinku.
"Usia berapa tahun?" Tanya ku.
"Hehe usia lanjut"
"HAHAHAHA..." Sontak satu kelas tertawa mendengar jawaban yang tidak terduga dari Lulu.
"Motto hidup apa?" Tanyaku lagi.
"Hem studyHARD playHARD istiraHARD" jawabnya lagi.
"HAHAHAHAHA..."
Mereka kembali tertawa.
Receh juga selera humor anak-anak ini, kalo di kelas sebelah pasti Lulu tidak lucu karena selera humor mereka tinggi.
"Berasa lucu gue di sini" gumam Lulu.
"Kalo begitu kamu bisa duduk di samping Olla"
"Makasih Mister"
Jawabannya tidak ada yang benar tapi aku juga hanya bercanda dengan pertanyaan itu.
"Kalo Olla pekerjaan nya apa Olla?" Tanya ku.
"Hem pekerjaan beban orang tua"
"HAHAHAHA..." Mereka kembali tertawa.
Aku bingung dengan kelas ini, mereka punya selera humor yang sama.
Dengan begini jamet-jamet di kelas ini sudah lengkap.
Hanya tinggal membenahi kelakuan mereka saja, tapi tidak menghilangkan jati diri mereka.
Membuang jauh sifat jelek mereka, dan mempertahankan jati diri mereka yang pandai membuat lawakan.