Masih menunggu apa tindakan mereka selanjutnya.
~
Mr.G
Mr.G POV
Hari masih berlanjut, pelajaran masih terus berlangsung, jika setiap guru baru yang masuk kelas itu tak lama akan memilih untuk mundur maka aku akan kebalikannya, semakin mereka kuat untuk mengeluarkan ku dari sana maka aku akan semakin kuat untuk bertahan.
Apa yang aku ajarkan pada mereka bukan untuk mengekang mereka, aku hanya mengembalikan mereka pada jalan yang benar bukan pada jalan yang mereka anggap benar padahal salah, ini demi masa depan mereka sendiri, nakal itu masa mereka tapi bukan kenakalan di luar batas.
Aku menyayangkan apa yang mereka lakukan, aku hanya sedang menyelamatkan mereka dari penyesalan di masa depan.
Kita akan tetap serius tapi santai bukan terkekang dan terkesan tak nyaman.
Aku berjalan di koridor sekolah yang sudah ramai, tapi lagi-lagi aku tak melihat anak-anak kelas pembuat onar ada di luar, apa mereka di dalam kelas lagi seperti kemarin, semenjak mereka melawanku mereka jadi jarang berada di luar kelas, mereka terlalu fokus untuk mengalahkan ku sampai melakukan berbagai cara bahkan sampai mereka lupa untuk bersenang-senang.
Ceklek
Aku kaget saat melihat ke dalam kelas, sungguh tidak bisa berkata-kata apalagi.
Aku menggeleng lalu tersenyum.
Mereka tengah duduk seperti kemarin dengan tidak sopannya.
Aku melihat penjuru kelas sambil tersenyum, aku tau mereka menunggu reaksiku.
Kelas ini benar-benar persis seperti markas para penjahat kelas kakap yang sesungguhnya.
Mereka menulis banyak hal di tembok kelas ini dengan kreativitas mereka.
Bahkan anak Wibu itu menggambar anime kesukaannya di tembok dengan ukuran yang cukup besar, tak lupa dengan cat yang menambah keren gambarnya.
Coretan-coretan gravity yang mereka buat membuat kelas ini benar-benar nyaris tak ada bedanya dengan markas para penjahat di film-film.
"Masalah jebakan kemarin lupain aja, kita ga akan laporkan apapun pada Ibu kepala sekolah, tapi mister juga jangan laporkan apapun ke Ibu kepala sekolah" ucap Aldo seperti biasa memulai semuanya.
Aku tersenyum sinis.
"Lalu apa maksud kalian dengan mewarnai kelas ini dengan cat-cat ini dan semua gambar-gambar ini?"
"Kami ingin suasana kelas ini lebih berwarna, tidak kaku seperti di kelas pada umumnya, kita bosen" jawab Soleh.
"Kita pengen kaya gini, biar lebih seru" tambah Gito.
"Kalo mister keberatan ngajar di kelas kaya gini, kita ga larang mister buat keluar dari sekolah ini ko" ucap Mirza, dia sudah benar-benar sehat seperti nya sampai bisa ikut campur dalam perang ini.
Aku tersenyum, aku tau tujuan kalian, dan untuk apa aku mengundurkan diri dari sekolah ini hanya karena mengajar di kelas dengan kekacauan seperti ini, aku tak masalah.
"Kalian ga akan larang justru itu kan keinginan kalian"
Aku menggeleng
"Ga perlu, mister tidak masalah berada di kelas seperti ini, ini suasana mengajar yang baru untuk mister" aku perlahan berjalan ke arah gambar anime.
"Gambar yang bagus Flo, lanjukan bakatmu"
"Ide yang bagus juga untuk menambah kan gambar motor di sini, gambar siapa ini?"
Soleh mengangkat tangannya perlahan.
"Bagus, motor impian ya, semoga tercapai"
"Hem ini apa, cicak?, Yang bener aja, siapa yang bikin?"
Badrun mengangkat tangannya.
"Inspirasi apa kamu yang lain bikin gambar bagus-bagus kamu bikin cicak, mau ngeprank orang di kata cicaknya hidup padahal cuma gambar, cukup aneh ide kamu drun drun"
Mereka menatapku dengan bingung, bukannya marah aku malah memuji gambar mereka.
Aku menulusuri dinding kelas ini dengan banyak tulisan yang mereka buat entah menggunakan spidol ataupun pilok warna-warni.
'aku ingin hits kaya artis ibukota'
'gue pengen kaya sekaya sultan-sultan Dubai'
'aku sungguh cantik dan genit tapi aku juga mau jadi disainer' aku menggeleng membacanya.
'gue pengen kuliah di Jepang'
'gue pengen minta maaf sama orang yang pernah merasa tersakiti sama gue, gue sadar gue salah, gue pengen setia kali ini' aku tau tulisan siapa ini.
Pantas kamu selalu diam.
'tanpa kamu minta maaf aku udah maafin kamu, asal kamu tak mengulanginya lagi' saling balas pesan di tembok setelah sekian lama tak berbalas sapa?.
Malah kaya anak SD, tapi jika ini cara terbaik saling mengungkapkan isi hati satu sama lain tak apa.
Tanpa sadar mereka menuliskan harapan dan keinginan mereka di tembok ini.
Aku membuka tas Selempang ku dan mengambil spidol.
Lalu menulis di tembok itu.
'aku harap semua harapan mereka dapat tercapai, dan mereka jadi anak yang jauh lebih baik lagi dari ini' itu tulisanku.
Aku menatap mereka yang tambah bingung karena aku malah ikut menulis sesuatu di tembok itu.
"Jangan permasalahkan Ibu kepala sekolah akan memarahi kalian atau tidak, mister jamin kalian tidak akan kena marah, lanjutkan lagi gambar-gambar kalian, tapi gambar yang sopan, karena gambar ini akan menjadi kenangan bagi penghuni baru kelas ini, mereka akan tau se hebat apa kelas ini dulu" aku tersenyum lalu kembali berjalan, aku akan menuju ruang kepala sekolah.
Teeet teeet teeet
Bel berbunyi, guru yang mengajar di kelas anak-anak itu masuk dengan wajah kaget tentunya.
"Kembali belajar, jangan ada yang membolos, mister tidak akan lama akan kembali!"
"Jangan kaget bu, mereka anak-anak yang terlampau kreatif"
"Em iya Mister" jawabnya.
Lalu aku pergi dari kelas.
Aku jadi dapat ide untuk Acara ulang tahun Indonesia nanti.
Mari kita buat permainannya semakin menarik anak-anak, kalian pikir aku akan kalah dan menyerah?, Kalian salah aku justru akan semakin bersemangat.
Aku akan berusaha membuat semua harapan kalian yang kalian tulis di tembok itu akan kalian raih.
Hanya sekitar 10 menit aku berbicara dengan ibu kepala sekolah, aku kembali ke kelas ku.
Mereka menulis dalam diam saat aku melihat dari kaca jendela.
Mereka hanya perlu satu kali untuk membiasakan kebiasaan baik, maka tanpa sadar mereka terus berbuat kebaikan.
Aku kembali masuk tapi mereka hanya menoleh sekilas lalu kembali sibuk dengan buku catatan mereka.
Aku melihat mereka satu persatu, tatapanku jatuh pada Floren yang hanya diam menatap bukunya.
"Ekhem, kamu kenapa Flo?"
"Eh eh enggak mister" dia kembali menulis dengan sedikit gugup, mungkin karena ku tegur tadi.
Aku kembali duduk di kursi dekat pintu, saat guru yang lain mengajar aku memang hanya duduk di kursi dekat pintu, yang dekat dengan meja Ara, karena meja Ara meja barisan pertama.
Ara hanya menulis dalam diam.
Apa perasaannya udah lega setelah menulis di dinding tadi?.
"Sekarang ibu beri soal dan kalian kerjakan dalam waktu 10 menit"
Dengan malas mereka menulis soalnya.
"Bu saya mau nanya?" Ucap Soleh.
"Apa?"
"Bu seni itu menurut ibu apa?"
"DalamΒ Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu, dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya dan sebagainya"
"Itu menurut ibu, kalo menurut saya seni itu memandang keindahan yang estetik seperti memandang ibu yang cantiknya bagai bidadari tak bersayap"
"Huuuuuu....." Sorak satu kelas, aku menggeleng dengan kelakuan Soleh.
"Habis ara terbitlah Soleh" ucap Eli.
"Buaya dua, setelah buaya satu nya Ara" ucap oniel.
"Adek gue mau di kemanain Leh" protes Aldo.
"Hehe adek lu mah di hati do, tenang aja do"
"Udah silahkan kerjakan!"
Aku baru tau di sekolah ini ada dua pelajaran seni, yang sebelumnya pelajaran yang lebih mengutamakan seni gambar atau lukisan, pantas waktu itu Floren di puji karena gambarnya.
Teeet teeet teeet
Bel berbunyi tanda pelajaran pertama selesai.
Dan masuk guru selanjutnya.
"Permisi"
"Silahkan masuk pak"
"Iya terima kasih" jawabnya dengan datar, ngomong nya makasih tapi datar.
Dia memulai pelajaran nya.
"Kumpulkan tugas kalian Minggu kemarin!" Ucapnya, dia tegas sekali, semua anak sibuk mengeluarkan buku mereka, aku melihat raut takut di wajah mereka.
Apa ini guru yang di katakan Ibu kepala sekolah jika ada satu guru yang sangat di takuti di sekolah ini, bahkan tak jarang mereka mendapat perlakuan tidak enak dari guru yang sangat tegas ini.
"Floren jawaban kamu salah!"
Setelah berkata seperti itu dia merobek bukunya menjadi dua bagian, semua yang melihat begitu takut melihat nya.
Ternyata mereka takut juga pada guru, tapi apa yang di lakukan guru sampai kenapa harus merobek buku Floren, tidak bisakah dia memberi Floren kesempatan untuk memperbaiki jawabannya?.
"Sekarang push up 100 kali!"
APA!!
Ini keterlalaun, tak ada gunanya memberi hukuman yang tidak bisa memberi pelajaran bagi muridnya.
Mereka memang nakal tapi mereka tetap manusia bukan robot.
"Sekarang!"
"Tunggu" aku menghentikan kegiatan Floren yang akan push up.
"Bangun Flo!" Perintahku.
"Maaf sebelumnya pak jika saya ikut campur dengan pelajaran bapak tapi, apa hubungannya hukuman atas ketidakmampuan Flo dalam mengerjakan soal dengan merobek bukunya dan juga menyuruhnya push up?"
"Mister, saya sedang memberinya efek jera, agar dia lebih serius lagi dalam mengerjakan soal yang saya berikan!"
"Tapi tidak dengan cara seperti ini, karena ini tidak ada hubungannya sama sekali!"
"Saya bukan anda mister!, Saya bukan guru yang kalah dari muridnya dan membiarkan mereka mencorat-coret kelasnya seperti ini! ,Saya tidak selemah anda, makanya saya lebih menghormati saya dari pada anda!"
"Anda memang di hormati pak, tapi karena anda di takuti bukan di cintai, semua anak hormat pada bapak karena mereka takut pada bapak, bukan karena mereka mencintai bapak, saya tidak kalah dari mereka!, Kenapa saya membiarkan mereka mewarnai kelas ini?, Jawabannya akan bapak tau nanti, tapi apa yang bapak lakukan tidak faedahnya sama sekali!"
Aku menjeda ucapanku.
"Setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda, jika Flo tidak faham buka berarti dia mengasal dalam menjawabnya tetapi dia sudah semaksimal mungkin menjawabnya tapi jika dia tak faham maka tidak ada jawaban nya, apa susahnya bapak memberinya kesempatan dan petunjuk untuk menjawab nya bukan mah menghukum push up, dan satu lagi pak, bapak tidak perlu merobek buku milik siswa karena negara sudah kehilangan banyak pohon jadi tolong jangan memperparahnya dengan membuang-buang kertas seperti ini!"
"Saya memang tidak seperti bapak, Karena saya tidak ingin di hormati karena di cintai bukan di hormati karena di takuti apalai di hormati karena di benci!"
Kesabaran ku habis, tapi aku masih bisa mengontrol emosi ku, di sini bukan Flo yang salah maka aku berhak membelanya.
Cara mengajarnya saja yang tidak mendidik sama sekali.
"Kalo begitu silahkan mister yang mengajari mereka, saya berhenti mengajar mereka!" Di la berdiri lalu melangkah pergi keluar dari kelas ini.
Kami tidak keberatan kehilangan guru seperti nya.
Aku berbalik pada mereka yang menatapku dengan tatapan sulit di percaya, terutama tatapan Flo.
"Kamu bisa duduk lagi Flo!"
"Pelajaran nya kita lanjutkan, biar mister yang lanjutkan!"
Update lagi guys hehe
Ada kah yang menunggu perang mereka di lanjut?
Semakin memanas dan semakin panas saja guys!!!
Ikuti terus ya ceritanya
See you next part πππ
Maaf kalo ada typo ππππ