Chereads / Goks Teacher / Chapter 7 - Perang 2

Chapter 7 - Perang 2

Kerahkan semua kecerdasan kalian, lawan aku dengan serius

~

Mr.G

Mr.G POV

Gracio berjalan ke arahku dan aku hanya tersenyum melihat nya.

"Mau kemana cio?" Tanyaku saat dia sudah dekat denganku.

"Mau ke kantin mister" jawabnya.

"Jadi idola kampus ni ya" ledekku.

Dia hanya tersipu malu.

Ku tatap Shani, Jinan dan Chika yang masih terpana pada sosok gracio tanpa berkedip.

"Ekhem"

Seketika mereka tersadar dan mengalihkan perhatian mereka pada bendera di atas sana.

Aku hanya menggeleng.

"Hukuman kalian selesai, kalian boleh istirahat, tapi ingat jangan ulangi lagi, ini baru pelajaran pertama bagi kalian bertiga, faham!"

"Faham mister" jawab mereka bersamaan.

"Yaudah yuk kantin" rangkulku pada Gracio yang di sambut sorakan dari fans baru nya.

'Mau juga dong ngerangkul Gracio!'

'Mau juga dong Deket sama Gracio kaya gitu!'

'Ade lemah bang liat nya, ga kuat meninggoy apa aja akunya' yang alay yang berbicara.

Aku hanya menggeleng kepala dengan jeritan histeris mereka, selama batas wajar tidak masalah.

Shani di belakang kami sedang menatap tajam ke arah siswi-siswi yang histeris melihat Gracio.

'aaaaaakkkkkk aku di senyumin ka gracio' teriak adik kelas.

Dia lari terbirit-birit entah kemana.

Kami hanya menggeleng melihat nya.

"Jangan sering-sering cio, ga aman buat jantung mereka" bisikku yang di jawab anggukan olehnya.

Aku sudah pegang kuncinya, maka Shani tak akan berani macam-macam lagi, aku tersenyum senang, mereka pikir hanya mereka yang punya rencana.

"Woy alay lu ngapain bawa-bawa kursi guru ke kantin, nempel tu kursi di rok lu hahaha!"

"Diem lu krib, jangan macam-macam lu sama gue!"

Aril Kaka dari eve tengah berdebat dengan eve, Kaka Adik yang tidak pernah akur.

"Salah lu sendiri lay, bisa-bisanya lu jailin guru, tapi syukur deh lu yang kena" ucap Aril.

Ya Aril selalu memanggil eve dengan sebutan alay.

"Kaka ga punya akhlak"

"Lu lebih ga punya akhlak dari gue lay lay, ngaca lay ngaca" dengan gaya bicara Aril yang mengundang tawa orang-orang mereka menjadi tontonan di depan kantin.

Mereka seperti sedang menonton drama secara live.

"Di sana aja cio" tunjuk ku pada bangku yang kosong.

"Lu lagi kenapa drun drun, tangan ampe kaya gitu, kena karma kalian, syukur deh biar pada kapok kalian, sekali-kali tobat ngapa, bentar lagi jadi bintang tamu nya si Roy lu pada" ucap Aril pada anak-anak kelas ku yang terkena masalah.

Kami selesai memesan dan kini tengah memakan makanan kami masing-masing dengan tontonan Aril dan adiknya yang tidak ada hentinya berdebat, perdebatan yang di dasari rasa sayang dari seorang Kaka sebenarnya, tapi siapa juga yang tidak kesal jika punya adik seperti eve yang setiap hari selalu saja ada tingkahnya.

"Salah apa gue punya adek kaya lu lay lay, kalo ga sayang udah gue buang lu ke laut" lagi dan lagi ucapan Aril mengundang mengundang tawa seisi Kantin.

"Gue udah bosen ngingetin lu lay, semoga guru yang sekarang beneran bisa bikin lu kapok lay, gue serahin lu dah ke dia di didik dengan benar" Aril masih menasihati eve, tetapi eve sedang bete sambil makan.

Shani mencuri-curi lirik ke arah Gracio tapi yang di lirik hanya acuh.

Apa yang di lakukan cio sepertinya hanya berpura-pura cuek karena dia juga sadar di lirik oleh Shani.

Kisah yang unik.

Aldo, Soleh, gito tak terlihat ada di kantin, bukan kah mereka keluar tadi, tapi kemana mereka?.

Selesai dengan makananku aku beranjak mencari keberadaan mereka.

"Mister tinggal dulu ya cio"

"Iya mister"

Aku mencari ke gudang, tempat favorit anak-anak pembuat onar.

Ternyata dugaan ku benar, mereka tengah merokok secara sembunyi-sembunyi.

Sejak kapan mereka merokok seperti ini.

Ini tidak baik untuk mereka yang masih muda.

Aku mengambil gambar dengan ponselku.

Akan ada pelajaran paling berharga untuk kalian.

Aku punya ide.

Aku keluar sekolah sebentar.

Menuju warung untuk membeli sesuatu.

Tak lama aku kembali ke gudang, ku tutup merek botol yang ku beli sebelumnya.

"Keluar kalian dari gudang, atau mister akan bakar kalian di dalam sana!" Teriakku lalu ku tumpahkan secara berceceran air dalam botol.

"Waaaaaa keluar-keluar!"panik gito.

"Gue masih mau hidup"rengek Soleh.

"Guru gila emang" ucap Aldo.

Mereka keluar dengan tergesa-gesa, dan mereka melihatku di depan pintu.

"Kembali ke kelas dan berikan rokoknya!"

Aldo dengan ragu menyerahkan bungkus rokoknya dengan koreknya.

Setelah mereka pergi, aku mematahkan semua rokoknya, masa depan mereka terlalu cerah untuk merokok seperti ini.

Jangan rusak kesehatan para generasi bangsa ini.

Teeet teeet teeet

Bel berbunyi, aku kembali ke kelas.

Pintu kelas terbuka setengah seperti tadi pagi.

"Apalagi yang mereka rencanakan?"

Semua murid sudah rapi di sana sungguh mencurigakan.

"Eli, oniel kemari!" Ku panggil mereka dari luar.

Mereka datang dengan sedikit ragu.

"Kenapa hanya di situ ayo kemari, mister mau minta bantuan sama kalian berdua"

BLUUKKKK

Saat mereka berdua membuka pintunya, pelastik berisi tepung mendarat di wajah mereka.

Jebakan lagi rupanya haha.

Kena lagi kalian.

"Bereskan lantainya, baru cuci muka kalian!"

"Uhuk uhuk, muka saya langsung glowing pake bedak tepung" ucap Eli dengan logat khasnya membuat satu kelas tertawa.

"Emang enak lu Li" sudah pasti eve yang masih punya dendam.

"Uhuk uhuk uhuk uhuk Nini batuk nih cu" canda oniel.

"Ga keliatan kelasnya hehe" ucap Eli.

"Muka lu yang ga keliatan Li" timpal oniel.

"Nih sapunya, bereskan!" Ucapku.

Mereka menerima sapunya dan membereskan tepung yang berceceran di lantai kelas.

"Permisi"

"Maaf pak sedikit berantakan, silahkan masuk pak"

"Terima kasih mister"

"Selesai mister" ucap mereka bersamaan sambil hormat padaku.

"Cuci muka kalian!"

"Siap mister"

Aku menggeleng dengan tingkah mereka, kenapa mereka malah kocak ya bukan menakutkan.

Pelajaran kembali di lanjut.

***

Pelajaran hari ini telah selesai, mereka tak banyak tingkah lagi, aku sudah hapal sekarang jika mereka jadi penurut seperti ini berarti mereka sedang merencanakan sesuatu.

Apa lagi kali ini rencana mereka?.

"Yang piket hari ini piket dulu, mister akan tunggu kalian sampai selesai, yang tidak piket boleh pulang tapi langsung pulang tanpa mampir kemanapun dulu!"

"Tenang mister kita akan piket" ucap Marsha.

Aku duduk di kursi dekat pintu keluar sambil memperhatikan mereka yang tengah menuju kelas.

HAP

Seseorang menutup mataku membuatku refleks melawan tapi.

BUGH

Kepalaku rasanya di pukul dengan sebuah benda sampai kesadaran ku hilang.

"Engh...." Aku mulai tersadar dari pingsan ku.

Dimana aku?.

Aku bangun tergesa, apa?.

"Bu Kinal kenapa di sekap di sini?" Tanyaku saat Bu Kinal bernasib sama dengan ku, bedanya dia di ikat sedangkan aku tidak.

Anak-anak itu sudah mengibarkan bendera perangnya , jika seperti ini aku jadi tidak tanggung-tanggung untuk memberi mereka pelajaran yang berharga!.

Sebelum aku melepas ikatan Bu Kinal aku mengambil foto Bu Kinal yang tengah di sekap.

Aku tau maksud mereka sekarang, mereka bermaksud untuk menjebak ku dengan Bu Kinal, mereka mencoba memfitnah rupanya.

Kita lihat siapa yang akan kalah di sini.

Selesai mengambil gambar aku membantu Bu Kinal lepas dari ikatan nya dan melepas lakban di mulutnya.

"Pasti mereka pelakunya ya kan Bu?"

"Iya mister, saya jadi takut jika mereka benar-benar akan melibatkan saya dan memfitnah saya hiks..hiks..hiks"

"Jangan menangis Bu, saya pastikan mereka yang akan kalah bukan kita, saya janji, ibu tenang aja, sekarang kita keluar dari sini dan saya antar ibu pulang"

"Terima kasih, semoga kita baik-baik saja"

Saat aku keluar, aku dapat melihat dengan sedikit jelas mereka sedang bersembunyi dia semak-semak.

Cara kalian terlalu mudah di tebak, aku tersenyum santai menghadapi ini.

Ini jebakan yang kalian anggap sulit?.

Ini tidak ada apa-apanya untuk ku.

Kalian dalam masalah besar anak-anak.

Nah loh gimana sama guru kita ini?

Ikuti terus ya, siapa yang akan menang dari guru dan murid ini?

Semua hanya fiksi ya guys yang di ambil dari beberapa kisah nyata hehe tapi bukan kenyataan yang terjadi sama mereka ya, cuma terjadi sama author aja hehe

See you next part 👋👋👋

Maaf kalo ada typo 😊😊😊