Di mulai dari hari ini, mereka menentang ku, siapa yang akan kalah, kita lihat saja.
~
Mr.G
Mr.G POV
Ku tatap mereka satu-persatu. Dan yang di tatap hanya menunduk.
Kenapa mereka pura-pura takut di depan ku, jika kenyataan nya mereka punya tekad yang kuat untuk mengeluarkan ku dari sekolah ini.
Teeet teeet teeet
Bel berbunyi, sebentar lagi ada guru pengajar yang masuk, tapi sebelum dia yang kena jebakan dari anak-anak pembuat onar ini maka aku harus membereskan dulu semua jebakan yang mereka pasang hari ini.
Aku mengambil kursi guru, ku simpan kursi itu di depan mereka semua dan mereka hanya melihat apa yang ku lakukan dengan raut yang berbeda.
"Eve, maju!"
Yang di panggil sedikit tersentak mendengar perintahku.
"Ayo eve!"
Eve maju dengan raut khawatir.
"Duduk di kursi ini!"
"Eh mister itu..kan kursi guru, saya mana boleh duduk di situ" ucapnya sedikit gugup.
"Iya mister, kalo kata ibu saya ga boleh duduk di kursi guru nanti bodo" ucap Eli.
"Kalo gitu kamu mau duduk di kursi ini Eli, gantiin eve"
"Eh eng..enggak mister, eve aja kalo gitu hehe"
"Ayo eve!"
"Ta...tapi mister"
"Sekarang!" Ucapku sedikit berteriak membuatnya reflek duduk.
"Aish..." Dia baru sadar dia duduk di kursinya karena kaget dengan teriakan ku.
Jebakan di bangku ini ide eve tentu dia yang harus merasakannya lebih dulu sebelum orang lain yang merasakannya.
"Sekarang kamu bisa kembali berdiri!"
Saat dia berdiri kursinya pun ikut terbawa, karena eve memberi lem di kursinya.
"HAHAHAHA" Satu kelas menertawakannya.
"Senjata makan tuan eve hahahaha" tawa Eli mengudara.
"Awas lu Li!"
"Kamu bisa kembali ke bangku kamu, biar kursi kamu jadi kursi guru sementara"
Dia berjalan dengan sedikit sulit karena bangku kursi menempel di roknya.
"Eli bawakan kursi eve ke sini!"
"Iya mister"
Kursi sudah, jebakan air sudah, lalu apa?.
Aku melihat sekeliling kelas ini.
Sampai aku terpikir untuk memeriksa laci di meja guru.
Mereka masih punya jebakan lain rupanya.
"Badrun, maju kamu!"
"Mampus!" Bisik Aldo.
"Kena juga dia pasti!" Bisik Soleh.
Badrun maju dengan langkah ragu dan menunduk.
Sampai di depanku malah terlihat gugup dan berlari.
Hap.
"Mau kemana kamu, kamu ga bisa lari dari Mister, sekarang duduk di meja guru dan raba laci mejanya!"
"Sa...saya kebelet mister"
"Bohong kamu, lakukan!"
Dia komat-kamit tidak jelas sambil membuka laci mejanya tak lupa dia menutup kedua bola matanya.
Plaaakkkkk....
"Aaaaawwww....."
Setelah suara yang cukup nyaring itu terdengar, dia meringis kesakitan dan mengeluarkan kedua tangannya perlahan, sambil menahan sakit.
"Haaa....haaaa...huuaaa....sakiiit!"
"HAHAHAHAHA" Satu kelas tertawa melihat Badrun yang kesakitan karena ulahnya sendiri yang menyimpan jebakan tikus di laci guru, alhasil semua jarinya terkena alat jebakan tikus.
"Sa...sakit... mister"
Aku menatapnya santai.
"Salah kamu sendiri!, Sekarang lepasin jebakan tikusnya dan kembali duduk di kursi kamu, Bu guru udah sampai"
"Ta..tapi mister..i.ni..sa..kit...... banget"
Dia menangis.
"Itu akan jadi pelajaran buat kamu, mister ga mau tau, duduk karena kita akan lanjutkan pelajaran nya!"
"Eli, oniel bantu Badrun melepas jebakan tikusnya!"
Merekapun melakukan apa yang ku perintahkan.
"Permisi"
"Silahkan masuk Bu"
"Iya terima kasih"
Bu Mirna memulai pelajaran sosiologi.
Semua murid di kelas ini terlihat belajar dengan wajah tak bersemangat bahkan terlihat bete semua, mungkin karena aku berhasil terhindar dari semua jebakan yang mereka buat hari ini.
Badrun masih meringis kesakitan karena jebakannya sendiri, eve terlihat bete karena dia masih menempel dengan kursinya.
Perang belum berakhir, mereka baru memulai perangnya denganku.
Aku keluar sebentar untuk mengambil sesuatu ke UKS.
"Mister akan keluar sebentar, jika ada yang tidak menulis maka mister akan memberi kalian hukuman, mengerti!"
Tak ku tunggu jawaban mereka, aku melangkah keluar.
Tak lama aku kembali ke kelas, aku dapat melihat dari jauh ada beberapa anak yang tidak menulis saat aku pergi, tapi yang lain masih menulis takut dengan ancaman ku.
Aku membawa nampan berisi air hangat dan handuk kecil.
Ku dekati Badrun yang masih meringis kesakitan.
"Mana tangan kamu?"
Badrun menjulurkan tangannya, terlihat akibat dari perbuatan nya sendiri kini tangannya sedikit membiru dan ada yang lecet.
Jari di tangan kirinya lebih parah dari jari di tangan kanan, hanya lebam biru dan sedikit lecet saja.
Ku kompres kedua jarinya, ini ulahnya tapi aku tetap seorang guru yang tidak ingin muridnya terluka.
"Aaaaww...aaaw mister sakit" ringis nya.
Semua murid melihat apa yang ku lakukan.
"Kembali menulis dan abaikan Mister, dan kamu tahan sakitnya, kalo tidak nanti sakitnya lebih parah, kalo kamu ga mau ini terulang maka jangan lakukan hal ini lagi, karena saat siapapun melakukan kejahatan maka sesungguhnya dia hanya sedang menabung musibah untuk dirinya sendiri, semua yang pernah di lakukan pada orang lain maka akan berbalik padanya, begitu juga saat seseorang melakukan kebaikan maka semua akan berbalik padanya, dia akan mendapat pertolongan dan keringanan dalam menjalani hidupnya, mengerti!"
Mereka kembali menulis dengan khusyu.
Dan Badrun menahan ringisannya sekuat tenaga, dan aku dengan telaten terus mengompres lebamnya, lalu membalut perban di jari tangan kiri nya, yang memang cukup parah, dan menutup lecet di jari tangan kanannya dengan sedikit perban, agar lebih cepat kering lukanya.
"Kamu bisa nulis lagi, karena tangan kanan kamu ga apa-apa, mister tetap ga memberi kamu keringanan karena kamu masih mampu menulis, jadi lanjutkan menulisnya!"
Dia kembali menulis dengan sedikit susah, ini jadi pelajaran buat kamu, semoga setelah ini kamu tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Ku kembalikan nampan berisi baskom kecil berisi air hangat dan handuknya ke UKS.
Tak butuh waktu lama aku kembali ke kelas.
Lagi dan lagi beberapa orang itu tidak menulis saat aku keluar, kalian ingin mendapat pelajaran juga rupanya.
Teeet teeet teeet
Pelajaran berganti, semua murid nakal di kelas ini mengikutinya seperti biasa tanpa ada keluhan apapun, mereka mendapat karma nya hari ini tapi yang lain belum.
Benar-benar tak ada protes apapun.
Dan ternyata hasil karya floren di akui guru ini, karena pelajaran nya adalah seni budaya, dan floren sangat senang sekali menggambar anime.
Mereka berprestasi dan pintar sebenarnya tapi itu semua tertutupi dengan sikap mereka yang seakan tak mengenal peraturan, menjadi manusia setengah jadi-jadian, maka akan ku bantu mereka untuk merubah diri mereka sendiri menjadi manusia yang seutuhnya, manusia yang benar-benar berguna dan menghargai apapun pemberian Tuhan, entah itu hidup, waktu, sehat ataupun kecerdasan, biar harta itu urusan belakangan, saat mereka jadi orang yang berguna maka tak akan sulit bagi mereka hanya sekedar mencari kehidupan dunia, karena Tuhan akan mempermudahnya.
Teeet teeet teeet
Bel istirahat berbunyi.
Semua merasa lega saat mendengarnya, bagaikan suara dari surga, mereka berhamburan menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang lapar.
Tetapi aku mencegat Shani, Jinan dan Chika saat mereka hendak keluar dari kelas.
"Untuk kalian bertiga mister hukum, kalian kira mister tidak tau jika kalian tidak mencatat saat mister keluar, jadi sekarang berdiri di depan tiang bendera, dan hormat pada bendera merah putih, sekarang!"
Mau tidak mau mereka menjalani hukumannya, sambil kesal menghentakkan kaki.
Aku mengikuti mereka menuju lapangan.
"Silahkan hormat! , Ini bukan hanya soal hukuman hanya karena kalian tidak mencatat tetapi ini juga hukuman bagi kalian yang tidak menghargai waktu jika kalian dapat belajar dengan nyaman, banyak di luar sana yang ingin sekolah seperti kalian, dan jika mereka mendapat kesempatan untuk belajar maka mereka akan bersungguh-sungguh, jika kalian hanya malas-malasan dalam belajar seperti ini, biar mister tukar kalian untuk sementara dengan anak-anak jalanan yang ingin sekali belajar, mengerti!"
"Ga usah di jawab, mister ga minta jawaban, biar nanti kalian coba saja sendiri"
Ku lihat Gracio tengah berjalan, seperti nya menuju kantin.
"Gracio" ku panggil dia.
Diapun berjalan ke arah ku.
Berjalan bak model dengan style rambut yang tak lagi berantakan melainkan tertata dengan tatanan yang hits bagai artis K-Pop, tapi tetap sopan, tak ada lagi seragam kebesaran, tak ada lagi jalan menunduk.
Dengan sedikit angin menerpanya dia malah terlihat seperti seorang pangeran di film-film, semua siswi-siswi belakangnya bersorak-sorai.
'gracio keren banget!'
'gracio kece parah!'
'gracio aku padamu!'
'gracio calon imamku!'
Untuk teriakan terakhir mendapat sorakan dari siwi-siswi yang lain yang tidak setuju, alahsil mereka rebutan siapa yang pantas menjadi calon pendamping nya.
Sungguh masa SMA yang indah saat ada idola sekolah lewat selalu menjadi sorotan dan banyak orang yang penasaran dengan apa yang akan dia lakukan.
Shani jangan di tanya dia menatap Gracio tanpa berkedip, Jinan dan Chika bahkan membuka mulutnya lebar, untung tidak menetes air liurnya, kan ga lucu kalo air liurnya nya netes, mana mereka lagi di tengah lapangan.
Gracio menjelma menjadi the most wanted sekarang.
Aku terkekeh.
Memangnya hanya mereka yang punya rencana, saya juga punya, biar saya lakukan setahap demi setahap, apa mampu kamu melawan saya lagi shani?.
Makin panas guys
Ikuti terus ya
See you next part 👋👋👋
Maaf kalo masih ada typo 😊😊