Suasana malam yang tenang, sebuah kursi sofa di samping kasur ku, Tuan Frey duduk dengan secangkir teh. Kedua detektif itu mencatat setiap pertanyaan yang ia lontarkan.
"Apakah anda melihat sesuatu mencurigakan yang terjadi?" Tanya Detektif Edwin.
Aku hanya terdiam sejenak, jika aku mengatakan semuanya apakah mereka akan mempercayainya, seseorang bernama Yuki Raymond, pahlawan kehormatan yang telah bangkit.
"Tidak perlu khawatir semua kerasihan anda telah terjamin, Tuan Muda." Ucap Detektif Gran, dengan nada rahmanya.
"Aku…" Jika aku mengatakannya mungkin saja mereka akan menemukan sesuatu yang berkaitan padaku, mananya "Lividus" ada padaku.
"Anda kelihatan kurang sehat, saya tidak akan memaksakan anda." Detektif Edwin melihatku seakan mengetahui jawabanya "Kami akan kembali jika kondisi anda lebih baik."
Mereka mengurungkan niat dan meninggalkan diriku. Dalam perjalanan pulang kedua detektif, kembali membicarakan kejadian yang terjadi.
"Aku sudah tau jawabannya, jika selama di sana Tuan Muda mengetahui sesuatu." Ucap Detektif Edwin.
"Apa maksud mu?"
"Dia mengetahui sesuatu mengenai motif yang terjadi kenapa dan untuk apa anak-anak Moriana itu, Tuan Muda dia bisa saja menjadi saksi kunci." Ucapnya menyilangkan tangan menundukan kepala.
"Wah gila, melihat seberapa nekat Verdenrik berani melakukan kekerasan pada penerus Zafia saja membuatku berpikir jika hidupnya sudah tidak lama lagi." Buku kecil di sakunya yang berisi semua bukti mengenai banyak kasus yang mereka jalani "Terkadang aku berpikir jika saja dia bukan mati bunuh diri melainkan dibunuh."
"Kau benar Gren."
Tuan Frey duduk membaca sebuah buku di samping kamarku, dia kelihatan menikmati bacaannya.
"Jadi?" Ucapku mengawali perbincangan.
"Ah? Apa?"
"Jadi kenapa kau masih disini?" Tanyaku nada kesal.
"Memangnya ga boleh? Aku sedang menunggu Han." Balasnya masih membaca buku di tangannya "Jika kau ingin istirahat, istirahat lah."
"Apa ada sesuatu yang terjadi?" Aneh saja jika Tuan Frey yang sibuk meluangkan waktu hanya menunggu Tuan Han.
"Ohh tidak juga cuman masalah pengadopsian dirimu, apakah riset penelitian benturan mana akan dilanjutkan atau tidak."
"Bukan kah salah satu syaratnya menunggu riset penelitian itu? Makanya aku di kirim ke panti." Aku mendekatkan badanku, penasaran dengan jawaban yang dia berikan.
"Iya, makanya aku mau nanya ke Han." Dia menutup bukunya dan kembali memandangku "Dan juga sekarang tidak ada yang menghalangi pengadopsian dirimu kan, Tikus pengganggu itu sudah mati."
"Tuan Verdenrik? Ah kau benar."
Tuan Frey menatapku dengan tajam mengerutkan dahinya, entah apa yang dipikirkan tapi aku merasakan jika dia mulai mencurigai diriku. Dia mendekat dan mulai berbisik padaku.
"Siapa sebenarnya dirimu."
Aku mengalihkan pandangan, seketika aku merasa sedikit gugup.
"Hahaha… apa maksudmu, T-tuan Frey?"
"Ini bukan candaan." Dia melihatku dengan pandangan yang berbeda "Siapa sebenarnya dirimu, bagaimana bisa kau memiliki dnanya."
Aku hanya terpaku diam mendengar ucapannya, entah bagaimana harus menjawab. Kesunyian ruangan ini tambah menyiksa.
"Jawab pertanyaan ku Rain." Ucapnya lagi, menatapku dengan tajam.
"Ha…Ha… Apa maksudmu?"
"Aku pernah melarangnya untuk mengakat pengadopsian dirimu, jawabanya sangat mengejutkan dia bilang 'Bagaimana jika dia memiliki darahku?' tentu saja mendengarnya membuat ku sangat terkejut, Han yang ku kenal tidak pernah melakukan hal-hal bodoh sebelumnya." Raut wajahnya terlihat menahan amarahnya "Dengan alasan untuk melindungi seseorang yang dia cintai, Han sampai lelah memutuskan kontrak secara tidak hormat dengan mantan tunangannya."
"Kau bisa membayangkan hal itu Rain? Aku mengambil sampel darah Han dan juga dirimu hasilnya Cocok, bahwa kau memang darah dagingnya."
Aku hanya diam dan tidak bisa menyangkalnya, Tuan Frey benar namun sisi lain aku sedikit tenang karena identitas diriku sepenuhnya belum terbongkar.
"Yang ingin ku tanyakan kenapa? kenapa Han melakukan ini semua? Jika kau tahu seberapa banyak kekurangan mu tapi kau masih memiliki darah Zafia mereka pasti tetap menghormatimu, tidak akan memandang atau menjatuhkan itu adalah hukum alam."
Dia benar, lalu kenapa Tuan Han melakukan ini semua.
"Tenang saja fakta ini tersembunyi ketat, aku akan mengatakan secara empat mata dengan Han." Dia berdiri dari kursinya, tanpa berbalik badan dia pergi begitu saja "Istirahat lah."
Hari semakin gelap, setiap detik yang berlalu membuat pikiranku penuh. Beberapa saat aku mendengar suara kereta kuda masuk Duke Han pulang lebih cepat dari biasanya, aku mengintip dari balik pintu.
"Dia terlihat sudah mengetahui maksud kedatangan Tuan Frey." Gumamku, melihatnya dengan hentakan kaki yang terburu-buru.
"Tuan apakah anda ingin menyapa Duke Han?" Ucap Andrian melihatku mengintip dari balik pintu.
"Tidak, dia kelihatan sangat sibuk."
Aku berencana memberi tahu Duke Han mengenai Lividus dan Pahlawan Yuki Raymond sebelum diriku memberi tahu pada kedua detektif tersebut. Sepanjang waktu aku menunggu mereka berhenti berbincang, sudah hampir 11 malam mereka masih sibuk di ruang kantor Duke.
"Tuan hari sudah mulai larut sebaiknya anda tidur terlebih dahulu." Ucap Sarah, sedang menyiapkan tempat tidur "Saya akan menyampaikan pesan anda pada Duke Han."
"Tidak perlu aku akan menunggunya sebentar lagi."
Suara sibuk perkotaan lama-kelamaan semakin sunyi, langit bulan purnama bersinar sangat cerah hari ini. Secangkir teh mulai mendingin.
"Tuan Muda." Andrian memintaku untuk segera tidur, namun aku menolaknya.
"Apa aku masuk langsung aja?" Gumamku, bangun dari sofa "Kalian berdua tunggu disini."
"Apa?"
"Aku hanya ingin bertemu Duke sebentar, kalian tidak perlu mengawali ruangannya juga hanya sebelah dari kamar ku."
"Ta-tap-"
"Baik Tuan Muda." Sarah kelihatan tidak keberatan dengan permintaanku berlainan dengan Andrian.
Aku keluar dari kamar pelan-pelan menjaga langkah. Di depan pintu terdengar perdebatan antara Duke dan Tuan Frey hingga lama-kelamaan suara tersebut semakin keras.
"Kau memintaku untuk melakukan ini semua tapi kau masih tidak mempercayai aku?!" Ucap Tuan Frey nada marahnya.
"Frey bukan itu maksudku."
"Katakan saja apa masalahmu? Tidak usah berelak mencoba membohongiku."
"Tidak ada takdir yang tertukar, tidak ada… aku sudah sangat lelah dengan semua hubungan ini." Nada suara perdebatan mereka lama-kelamaan menghilang "Frey berjanjilah padaku, berjanji melindunginya ketika aku tidak berada disisinya lagi."
"Berhenti mengatakan hal-hal bodoh Han!"
Telingaku menempel dari balik pintu mendengar perbincangan.
"Rain memiliki darahku."