Chereads / THE QUANTUM (Indonesia Ver) / Chapter 64 - SI PENGHIANAT KECIL 7 : SAMARAN dan SESAT / S^2

Chapter 64 - SI PENGHIANAT KECIL 7 : SAMARAN dan SESAT / S^2

Dari balik jendela terlihat langit sore tanpa kabut yang sangat indah, di ruangan tamu ini hanya ada aku serta kedua Detektif Swasta. Secangkir teh dan kue manis tertata sangat rapi di atas meja.

"Hmm kita mulai dari mana yah." Ucap Detektif Edwin "Bagaimana anda cerita sejenak mengenai penculikan yang anda alami."

"Baik, aku dan Terian sedang bermain kala itu di halaman belakang saat musim dingin tiba. Terian sedang membuat sebuah boneka salju, aku melarangnya untuk bermain terlalu lama di luar." Kataku dengan nada kesal "Terian memintaku mencari sebatang kayu untuk tangan si boneka, aku berkeliling di sekitar halaman belakang. Suasana semakin sunyi hingga aku menyadari Terian sedang pingsan bersandar di balik pohon."

"Hingga aku tersadar bahwa semua itu hanya jebakan semata, seakan anak panah menusuk jantungku hingga aku terbangun di balik jeruji besi."

"Siapa mereka?" Tanya Detektif Gren "Anda mengenalnya?"

"Tidak, tapi kedua pemuda itu seakan tidak asing di mataku."

"Tentu saja Josep Mirniae Anak angkat Bangasawan Barron Mirnie dan seorang penerus Earl Alex Prenz." Detektif Edwin tertawa tersenyum mendengarkan ceritaku "Tidak ada yang patut dicurigai selain mereka dan untuk informasi kalian pernah bertemu di bar secara tidak sengaja."

"Bagaimana kalian bisa mengenalnya?" Tanyaku, dia berkata dengan amat percaya diri.

"Ah ceritanya panjang, tapi ketika kalian berdua ditangkap Mereka lah yang menyamar sebagai Tuan Muda Zafia dan Terian. Tapi tenang Tuan Frey dengan mudah menangkap dan menahanya."

"Hukuman apa yang mereka dapatkan?"

"Hmm sebenarnya belum ada persidangan resmi, semua orang fokus akan kematian janggal Earl Verdenrik ini sedikit membuat guncangan keras di para bangsawan hahaha…" Tawa bahagianya "Silahkan lanjutkan cerita anda."

"Aku terbangun di dalam jeruji besi yang amat dingin di sanalah aku mendapatkan kekerasan fisik, jeruji aku dan anak-anak lain dibeda, aku diasingkan dari mereka. Tangan dan kakiku terikat oleh rantai sihir yang selalu menyerap manaku." Kataku, seakaan kejadian itu kembali terbayang "Earl pernah menyinggung soal peresmiaan undang-undang yang ditentangnya, tapi aku tidak tau menahu banyak mengenai hal itu."

"Iyah Undang-undang yang cukup rumit, tapi intinya beberapa kebijakan akan dapat merugikannya terutama para bangsawan nakal. Anda tidak melihat ada yang mencurigakan? Untuk apa para anak Moriana itu?"

"…" Aku hanya mengalihkan pandanganku dan terdiam tanpa jawaban.

"Jika saja dia hanya ingin mengendalikan Duke karena anda, bukankah cukup menculik satu anak di banding menculik hampir puluhan anak kecil? bahkan dikhususkan pada ras Moriana? Sangat janggal bukan." Dia mengetuk menyilangkan tangan "Apa selama itu anda melihat anak lain yang di sekap?"

"Iyah aku melihatnya."

"Bagaimana keadaannya?"

"Sangat memprihatinkan badan mereka kurus, kotor, hanya terbaring lesu." Aku memegan lebih erat.

"Jika kau ingin mencari keadilan untuk mereka kenapa anda terus menyembunyikan sebuah fakta penting Tuan Muda?" Mata tajamnya terus melihatku "Katakan apa yang anda lihat di sana!"

"Aku…" Pikiranku sedikit kacau, mengingat perkataan Duke untuk tidak memberitahu siapa-siapa mengenai ini semua.

"Anda terus berpikir akan keselamatan Terian tapi anda terus menutup mata akan semuanya, perkataan apa yang Earl katakan sehingga anda menutup mulut sekeras ini?!"

Suasana semakin panas, Detektif Edwin terus memojokan ku.

"A-aku…"

"Sikapmu itu yang akan menghalangi keadilan!" Semua perkataannya memang benar hingga aku memutuskan memberi taunya.

"Edwin!" Tegur rekannya sibuk menulis sanksi dari ku.

"Maafkan saya sedikit terbawah suasana, Tuan Muda."

"Katakan atau tidak, apa pun yang ku katakan kalian tidak akan mempercayainya." Aku menarik nafas dalam-dalam "Semuanya di luar nalar manusia."

"Kehadiran dan takdir yang mempertemukan kita memang di luar nalar, apapun itu aku akan mencoba membantu anda Tuan Muda, kerja keras saya hanya untuk Zafia."

Langit kian mengelap, angin malam berhembus masuk ruangan, kegalauan ku menceritakannya atau tidak.

"Semua darah anak Moriana di sembahkan kepada pahlawan terhormat Yuki Raymond."

"AH? Pahlawan Yuki sudah meninggal secara terhormat." Kedua Detektif itu menatap dengan amat terkejut.

"Benar, aku melihat dengan jelas di mataku Pahlawan Yuki meminum darah dan jantung anak Moriana."

"Mereka berusaha membangkitkan seseorang yang telah mati? Untuk apa?" Gumamnya penasaran "Biaya dan azab yang amat besar untuk membakitkan orang mati, karena mereka akan melawan takdir tuhan."

"Entahlah, tetapi sesuatu yang sangat besar akan menghancurkan seakan bom waktu."

"Apa Duke mengetahuinya?" Suaranya semakin pelan dan berbisik padaku, wajahnya mengkerut khawatir dengan amarah.

"Iyah."

"Apa yang Duke katakan?"

"Dia kelihatan amat terkejut, tapi tidak sekalipun dia mencoba menanyakan mengenai itu lebih detail dan dia memintaku untuk tidak ikut campur lebih dalam." Kataku.

"Kau tau artinya?" Bisik Detektif Edwin "Mereka mendeklarasikan peperangan atas Zafia bahkan wilayah Agastya lainnya. Lebih baik anda tidak mengatakan informasi apapun mengenai ini semua lebih baik mengikuti perkataan Duke untuk bersikap acuh pada hal ini. Benar sekali. Apa kau pernah bertemu dengannya?"

"Perna, dia-dia seakan boneka yang sedang berjalan, suatu saat dia terus menatapku dalam gelap."

"Bagaimana penampilannya?"

"Dia berpakaian rapi, tinggi, mata dan rambutnya gelap kecoklatan, wajahnya sangat khas. Dia memiliki mana yang sangat besar."

"Apa dia mengenal anda Tuan Muda?"

"Sepertinya iya."

"Apa yang sebenarnya mereka rencanakan…" Gumamnya, dia menunduk terdiam untuk beberapa saat "Saya akan meminta penjagaan ketat kepada Duke untuk keselamatan anda Tuan Muda, saya hanya dapat menyarankan anda untuk tidak terlalu ikut campur dalam permasalahan ini."

"Kenapa? dari awal pun. Semua orang akan terus dan terus mengancam keselamatan ku, jadi aku bisa menyelamatkan diriku sendiri." Perkataan ku sedikit acuh "Kau tidak perlu mengkhawatirkan keselamatan ku."

"Tentu saja saya khawatir keselamatan satu-satunya penerus negeri Zafia." Ucapnya berdiri dari kursi, sikapnya yang berubah menjadi lebih terburu-buru "Saya pamit undur diri Tuan Muda, cepat Gren. Oiyah informasi anak Moriana Terian dia berada di panti anda kunjungi dengan nama dan penampilan yang berbeda 90 derajat demi keamanannya."

"Apa? Jadi Terian ada di sana ketika aku berkunjung?"

"Terian berganti nama menjadi Deren. Tapi saran saya anda jangan terlalu sering bertemu dengannya untuk keselamatan Terian dan juga anda Tuan Muda."

Di dalam kereta kedua Detektif itu kembali menyinggung persoalan yang sama.

"Kita harus segera mencari kepastian dari Duke. Membangkitkan orang mati? Mereka sudah gila?!" Kerutuk kesal Detektif Edwin.

"Kupikir sihir sebesar ini bukankah akan berdampak besar, bagaimana bisa mereka melakukannya." Detektif Gren mengecek kembali buku tulisnya.

"Aku penasaran dengan apa yang ada di pikiran Duke Han."

Suara hening di malam hari anak-anak berkumpul di ruang kamarku, entah sekedar bercerita, bermain atau hanya sekedar berbaring di sofa.

"Rain besok mau kemana?" Tanya Juan bersemangat.

"Tidak, mungkin hanya seharian di rumah." Jawabku.

"Loh kenapa?!" Juan melakangkah mendekatiku "Kita belum bertemu dengan Terian kan, kenapa tidak mau nyoba lagi?"

"Tidak aku sudah cukup mendengar kabarnya."

"Kau yakin, ada apa denganmu Rain." Tegas Polin, dia menyangkal keras "Saat pertama kali aku melihatmu, ku pikir kau tidak semudah itu untuk menyerah!"

"Hentikan aku sedang tidak mau berdebat sekarang."

"Ayolah, bagaimana kita berkunjung ke pusat desa?" Juan yang sibuk memujuk ku "Ayo ke pusat kota!"

"Hmm pusat desa…" Gumam Dio rebahan di atas sofa.

"PUSAT DESA!"

"…"

Esok siang, matahari bersinar lebih terik dari biasanya. Kereta-kereta bermuatan sibuk berlalu lalang di tengah desa, jalan yang masih beralasan tanah dan genangan lumpur, terlihat jelas jika ada pembangunan di desa.

"Jadi kita mau kemana?"

"Toko Sihir!"