Beberapa hari aku kesulitan tidur, aku terus meminta Pengawal Andrian untuk menemaniku sebelum diriku tertidur lelap, entah apa yang terjadi firasat buruk ini terus menghantuiku.
Di pagi harinya aku, anak-anak lain dan Duke Han sarapan seperti biasanya. Terkadang aku sangat ingin lontong, nasi gemuk untuk sarapan, disini hanya sebuah roti dengan berbagai macam selai.
"Bagaimana keadaanmu, Rain?" Tanya Duke Han, dia mengoleskan mentega di atas rotinya.
"Sudah baikan."
"Kuharap kalian semua bisa berteman dekat."
"Haha… iyah ayah." Sekarang aku mulai terbiasa memanggilnya ayah.
Pengawal Andrian bercerita sebelum aku sadar, aku sering memanggil Ayah setiap kali ku gelisah dan kegelisahan itu selalu menghilang ketika Duke Han menenangkan diriku. Entah mengapa aku tidak pernah mengingat jika aku perna sadar saat sakit lalu mengatakan sesuatu yang belum pernah ku katakan.
"Ayah…" Ucapku sadar memegang erat tangan Duke Han "Jangan pergi… Jangan pergi lagi Ayah… aku takut kegelapan…"
"Tidak, Ayah akan menjagamu tidurlah." Wajah terkejut Duke Han, menatap Rain dengan penuh kasih.
Saat aku mengatakan itu, dalam sehari penuh Duke Han terus duduk di sampingku memegang erat tanganku. Ketika aku menyangkalnya jika aku sadar saat itu Pengawal Andrian mengatakan jika Tuan Frey Chaiden juga berada di sana.
Tidak beberapa lama lagi aku akan diangkat menjadi Tuan Muda Zafia secara resmi, cepat atau lambat aku tidak akan terus memanggil Duke Han dengan kata "Tuan" lagi.
Pengawal pribadi Duke Han, Pengawal Harry memasuki ruangan dia terlihat sangat panik.
"Duke…" bisiknya.
"Ada apa? Ada informasi pentingkah?" gumamku merahap sepotong roti coklat.
BRUK
Setelahnya Duke Han memukul meja makan, dia terlihat sangat kesal beberapa menit kemudian bergegas pergi dari ruang makan.
"Andrian…" Aku memberi kode untuk mencari tahu apa yang terjadi.
Polin dan anak-anak lainnya terlihat tidak terlalu tertarik dengan permasalahan yang terjadi.
"Rain! Kau sedang tidak sibukkan!" Ucap Juan dengan semangatnya "Ayo kita cari harta karun!"
"Tidak ada harta karun di sini." Terkadang aku merasa kesal dengan mereka yang masih terus mengganggu.
"Tidak ada karena kau belum ketemu, ada harta karun bila kau mengetahuinya!"
Hari yang penuh ketenangan terus terusik sejak keberadaan mereka. Pagi hingga sore aku hanya berkeliling di halaman belakang bermain dengan mereka, tentu saja tidak ada harta karun yang ditemukan.
"Tuan Muda terlihat sangat menikmati bermain dengan anak-anak lain." Ucap salah satu pelayan sedang sibuk menyiram bunga.
"Hahaha iya aku ikut bahagia melihatnya, mungkin karena mereka seumuran dan berada di satu panti yang sama."
"Sebelumnya Tuan Muda sibuk di perpustakaan seharian, sekarang ku harap Tuan Muda tidak perlu khawatir."
"Aku bisa mendengar jelas apa pelayan katakan, aku tidak terlihat bahagia di sini!" gumamku lesu sedang menggali tanah 'Harta Karun'
"Eh Dio coba yang ini!" Teriak Juan menuju tanah kosong.
"Ini kan udah…"
"Coba aja, mana tau ada."
"Hey!" nyapa Polin melihat ku duduk di atas tanah.
"Ada apa?"
"Kau…" Polin melihatku dengan wajah serius, gerak geriknya yang waspada.
"Apa?? Cepat katakan?"
"Apakah kau sedang mencari tau tentang Ear-"
"TUAN MUDA!" Pengawal Andrian, dia kelihatan panik dan tergesa-gesa.
Menyadari ada sesuatu penting terjadi, aku menghampiri Pengawal Andrian menjauh dari keramaian.
"Ada apa? Ada sesuatu yang terjadi?" Tanyaku bingung.
"Earl Verdenrik di kabarkan mati bunuh diri di dalam selnya."
"HAH!"
"Verdenrik di nyatakan meninggal dengan gantung diri menggunakan kain selimut penjara, proses kematian ini masih ditindaklanjuti. Begitu yang saya dapatkan Tuan Muda."
"Earl bunuh diri… Sialan!" Gumam ku kesal, dia harusnya mati dengan rasa sakit dan hina "Ini semua menjawab kenapa Duke kelihatan sangat emosional pagi ini, beri tahuku jika ada informasi lagi aku ingin istirahat sejenak."
Aku berniat untuk kembali ke kamar beristirahat, entah apa yang terjadi aku merasakan sakit yang amat di jantungku, rasa sakit yang awalnya menghilang kini menusuk lagi.
BRUKK
"HAHUUK!" Kaki ku mati rasa seketika aku terjatuh menahan batuk bersamaan rasa sakit yang kembali.
"TUAN MUDA? ANDA BAIK-BAIK SAJA?!" Pelayan Sarah menahan ku jatuh.
Kepalaku menjadi sangat pusing, jantungku kembali sakit seakan pisau tajam yang berulang-ulang tertusuk.
HUHUUK
"Apa ini? Benturan mana?" Ketika tangan menutupi mulutku berlumuran darah.
"Cepat panggil dokter!" Ucap Pengawal Andrian bergegas memanggil seorang dokter, aku bisa merasakan Pelayan Sarah menggendongku ke kamar
"Rain? Kau baik-baik saja??" Anak-anak lain terlihat ikut panik.
"Ada apa?" Gumamku terus memegang dadaku yang sangat sakit.
"Batunya…" Suara Lividus kembali samar-samar di kepalaku "Kau sangat lemah, dirimu masih sangat lemah mensinkron mana saja kau tidak bisa, dimana Batu Tia anda?"
Bagaimana bisa aku baru sadar jika beberapa hari aku tidak menggunakannya mungkin kah karena penculikan yang berlangsung mana di diriku terus terkuras, darah keluar semakin parah pelayan lain terlihat sangat panik. Aku berbaring di kasur menunggu seorang medis datang.
"Huhuk Ba..batunyaa…" Ucapku.
"Tu-tuan Mudaa… bertahan lah…"
Suara pintu yang terbuka, Tuan Frey beserta kedua detektif memasuki kamarku. Mereka terlihat sudah mendengar kepanikan yang terjadi.
"I-ini lebih parah dari sebelumnya, Rain…" Ucap Tuan Frey memandangku khawatir.
Tuan Frey mengaktifkan sihir yang menarik sebagian mana ku. Setelah itu perlahan-lahan rasa sakitnya mulai menghilang, aku memejamkan mataku dengan rasa lega.
"KAU! APA KAU PELAYAN DAN PENGAWALNYA?" Teriak Tuan Frey membuat seisi ruangan terkejut.
"I-iya Tuan." Jawab Pengawal Andrian, pelayan Sarah hanya diam menunduk.
"BAGAIMANA BISA KALIAN TIDAK MENGETAHUI PENYAKIT TUAN MUDA KALIAN?"
"…"
"ATAS KELALAIAN KALIAN RAIN BISA SAJA MATI! APAKAH HAN TIDAK PERNAH BILANG KEPADA KALIAN! DI MANA BATU TIA RAIN!"
"Ba-batunya… Duke Han memberikan sebuah kalung permata biru. Maafkan atas kecerobohan saya, saya tidak menyangka jika kalung ini harus dikenakan Tuan Muda." Pelayan Sarah berubah menjadi sangat pucat, dan ketakutan.
"DASAR AKU TIDAK MEMBAYANGKAN JIKA SAJA AKU TIDAK MAMPIR D-"
"Aku baik-baik saja tenanglah Tuan Frey." Ucapku kembali duduk di atas kasur "Aku juga tidak mengingatkan soal Batu Tia, ini juga kelalaian ku."
"Tu-tuan muda…"
"Ah… Lupakan." Tuan Frey melirik sinis pada ku "Hmm sepertinya kau sudah kelihatan baikan."
"Jadi ada apa urusan anda kemari?" tanya ku.
Langit yang telah berubah menjadi gelap, lampu-lampu kota yang mulai dinyalakan. Tuan Frey dan kedua detektif itu sedang menanyakan beberapa hal terkait kejadian penculikan.
"Senang kembali berjumpa Tuanmuda Rain Vanz de Kany, Perkenalkan Saya Detektif Edwin Sherian dan rekan saya Gren Nordian." Dia menurunkan topinya membungkuk di hadapanku "Saya disini ingin menanyakan anda terkait tindak pidana hukuman Verdenrik."
"Mengenai apa? Bukan kah pelakunya udah mati." Gumamku.
"Ada satu hal yang masih menjanggal, motif dibalik penculikan dan pembunuhan anak moriana." Detektif Edwin membuka sebuah catatan kecil di sakunya "Dia mengatakan jika hal merupakan perbudakan dan perdagangan manusia…"
"Tapi ada sekitar 15 tulang belulang yang ditemukan, sedangkan ada 30 lebih anak hilang tidak ditemukan. Apakah anda mengetahui sesuatu Tuan Muda?"