Chereads / THE QUANTUM (Indonesia Ver) / Chapter 36 - KISAH ANAK MORIANA 16 : Bayangan dan Bangkai/ B^2

Chapter 36 - KISAH ANAK MORIANA 16 : Bayangan dan Bangkai/ B^2

Suasana ricuh masih terasa hingga sekarang, nenek kantin yang sebelumnya sempat berbicara mengenai ancaman yang akan menimpa ku sekarang sudah berbaring tak bernyawa di lantai dapur panti Asuhan Sweria, tentunya dengan nama panti yang cukup besar membuat para media berdatangan.

Polisi menyatakan jika kasus ini merupakan kasus bunuh diri akibat depresi yang di alaminya, hal ini berbanding terbalik dengan deduksi yang berada di kepala ku.

"INI PEMBUNUHAN!" Seketika mereka melihat ku dengan terkejut.

"A-apa maksudmu Rain? Tapi polisi mengatakan ji-"

"Aku akan membuktikan ini pada kalian, ini tidak mungkin kasus bunuh diri. Bagaimana bisa orang bunuh diri dengan menggunakan tangan yang bukan tangan dominannya." Mendengar itu semua orang di kamar terlihat sangat terkejut.

"Tapi..."

Aku tidak bisa membatalkan penyelidikan dengan hanya mengatakan hal ini, pasti ada sesuatu bukti yang tertinggal.

"Kamu mau kemana Rain?" Chandra melihat ku ingin keluar dari kamar.

"Ke kamar kecil." Ya ke kamar kecil di bawah, aku segera berlari menuju dapur lebih tepatnya TKP kejadian.

Sesuai dugaan ku di sana sudah di penuhi oleh penjaga di pintu menuju ruang makan.

"Maaf nak dilarang memasuki area dapur dan ruang makan sekarang." Ucap penjaga polisi di depan pintu masuk "Silakan naik dan menunggu hasil kelanjutannya."

"Ada yang ingin ku bicarakan." Ucap ku pada kedua polisi tersebut yang melihat ku dengan heran.

"Silakan naik."

"Tapi aku ingin membicarakan sesuatu terkait masalah-"

"INI BUKAN TEPAT BERMAIN! CEPAT BALIK KEMAR MU!" Penjaga itu mengahlikan pandangan pada ku dan menatap aku dengan rendah, tentu saja omongan anak-anak tidak akan di percaya semudah itu.

Harus kah aku memaksa masuk, tidak ada cara lain selain ini pikirku. Aku mengaktifkan sihir angin dan mendorong pintu itu terbuka.

BRUAKSS

"He? WAHHHHH..."

Pintu masuk ruang makan terbuka lebar oleh angin, si penjaga itu terhempas mengenai salah satu meja makan.

"Tenang ini tidak akan sakit." Gumam ku memasuki ruang makan dengan mudah tanpa pintu yang tersangkut lagi di sana.

Dengan mendengar suara bising dari pintu dapur seketika para penjaga lainnya menghampiri sumber suara, mereka melihat ku dengan terkejut sekaligus penasaran.

"Aku tidak salah lihat barusan anak itu? " Ucap salah satu penjaga.

"Sepertinya aku pernah melihat bocah itu deh, tapi di mana ya?"

"Wah wah hebat juga."

Seseorang Pria yang berpakaian yang mencolok menghampiri ku, wajahnya dingin, postur badan tinggi dengan warna kulit, mata dan rambut lebih gelap, dari penampilannya saja aku mengetahui jika dia merupakan seorang penting dalam kasus kali ini.

"Hmmm..." Dia hanya diam dan melihat ku beberapa menit.

"Berhenti menatap ku aneh begitu." Gumam ku kesal, 5 menit kami hanya diam saling menatap.

"Tuan Cornel! Saya akan menangkapnya sebagai mengganggu kasus-" Penjaga yang tidak sengaja ku serang mengambil tangan ku dan berusaha melumpuhkan ku.

"HEY LEPASKAN!" Aku mengangkat tangan ku dan berusaha untuk tidak di tangkap para penjaga tersebut.

"Bocah ini bukan tempat permain!!"

"Hentikan!" ucap Si pria tersebut.

"Tapi Ketua dia telah-"

"Saya bilang hentikan!" Seketika dia menunduk dan membeli salam ala militer "Selamat sore Tuan Muda Rain Vanz de Kany Cahaya Negeri Zafia Kerajaan Negeri Agasthya Ira Ekaraj, saya Dion Cornel Ketua kepolisian Zafia Divisi VI, keberkahan Zafia selalu bersama Anda, Tuan Muda Rain."

"EH?!"

"EH...?!"

"EEEHHHHH.....?!"

Ketua Polisi Tuan Cornel mengajak aku untuk berbincang sejenak di ruang makan, pada pintu sudut mengarah pada dapur sudah tertutup rapat dengan garis polisi.

"Ada gerangan apa Tuan Muda?" Ucapnya pada ku.

"Ini bukan bunuh diri! Nenek kantin di bunuh oleh seseorang!" ucap ku padanya, dia hanya diam dan tidak merespons apa yang ku ucapkan.

"Apa kamu mempercayai omong kosong anak-anak Dion? AHHAHA..." Pria tua dengan kumis putih tebal, mata elang melihat ku dengan rendah.

"Jaga perkataan mu Tuan Facron, Anda tidak harus mengambil kasus ini dan-"

"Tidak sopan dengan 'Tuan Muda Rain'? HAHAHA Lucu sekali seorang pengemis yang beragak sebagai bangsawan tidak harus ku hormatin bukan." Si kakek Tuan berkumis tebal putih itu melihat dengan tatapan jijik.

"TUANN FACRON!"

"Baik-baik, aku hanya penasaran apa yang ingin dia katakan bagaimana mungkin anak umur 5 tahun mencoba memecahkan kasus hahaha..." Ucapnya dan duduk di hadapan ku.

Tentu saja sifat arogannya itu membuat ku sangat kesal, apa yang sebenarnya yang ingin dia lakukan jika dia membenci keberadaan ku dia cukup pergi dari sini dan tidak terusik dengan keberadaan ku.

"Apa korban meninggal dengan cara kehabisan darah pada luka sayatan di pergelangan tangannya?" tanya ku pada Tuan Cornel tanpa menghiraukan si kakek tua itu.

"Iya bagaimana Anda mengetahuinya Tuan Muda? Di perkirakan jika luka tersebut dari pisau di pengang tangan kirinya, karena tidak ada akses penyusup masuk dan kunci utama dapur berada di salah satu kantongnya karena itu kami menduga ini merupakan kasus bunuh diri, sebuah surat wasiat dengan menggunakan mesin ketik di laci lemari kamar korban."

"HAHA... kamu dengar itu, semua jendela di kunci dan tidak ada akses masuk selain kunci utama yang dia pengang sedangkan kunci cadangan selalu berada di lemari." Ucap si kakek tua berkumis putih itu.

"Bahkan aku tidak bertanya padanya!" gumam ku kesal "Aku sudah berada di panti ini lebih dari 1 bulan.."

"Ah saya membacanya di koran ketika pengadilan itu berlangsung, tapi sepertinya tempat ini lebih cocok dengan status Anda, 'Tuan Muda' hahaha..."

"TUAN FACRON! Lebih baik jika Anda keluar dari ruangan ini lagi pula Anda tidak memiliki wewenang dalam kasus yang sedang saya laksanakan."

"Kasus? Kasus apa? Anda tidak pernah menyelesaikan semua kasus dengan baik hampir semua saya yang lakukan bukan?" Si Kakek Tua itu menyenderkan badannya ke kursi dan bersikap arogan.

"Lebih baik kita pindah Tu-"

"Biarkan saja, aku mau lihat ekspresi apa yang akan di dengar jika semua deduksi benar." perkataan ku seketika membuat si kakek tua itu tersenyum lebar dan tertawa besar.

"HAHAHAH...Benarkah aku akan menunggu saat itu."

Aku mencoba menenangkan pikiran ku walaupun si kakek tua ini memancing emosi rasanya ingin ku tutup mulutnya dengan gumpalan kertas.

"Nenek Kantin selalu menggunakan tangan kanannya sebagai tangan dominan, hampir semua kegiatan yang dia lakukan menggunakan tangan kanan jadi tidak ada seorang pun yang memiliki niat bunuh diri dengan menggunakan tangan yang bukan dominannya." Seketika suasana menjadi hening aku bisa melihat ekspresi terkejutnya Si kakek Tua itu.

"Anda benar Tuan Muda, bagaimana saya bisa melupakan hal kecil penting ini." Tuan Cornel memberikan gestur badan yang sangat terkejut dia mulai memikirkan perkiraan yang terjadi.

"Aku dengar jika nenek itu di temukan dengan sebuah syal di lehernya?" lanjut ku.

"Bb-benar kami berasumsi jika dia akan pergi atau pulang karena ada bekas lembab di sepatu dan beberapa bagian punggung baju."

Mendengar pernyataan Tuan Cornel membuat ku tersenyum, semua perkiraan ku hampir tepat sasaran, aku sangat yakin jika matinya nenek kantin berkaitan dengan kasus penculikan yang di lalukan Earl, sekarang dia sudah pergi terlalu jauh.

"Ada sudah keluar hasil autopsi mayatnya?" tanya ku, jika hasilnya benar aku sangat yakin jika si nenek di bunuh menggunakan racun.

"Belum Tuan Muda, hasil autopsi jadi tidak terlalu di ambil karena ini merupakan kasus bunuh diri."

"Kalo begitu jika sesuai apa yang ku pikirkan jika mereka membunuh nenek menggunakan racun yang mereka suntikan pada leher si nenek, apa kalian tidak mengeceknya? Aku yakin ada sebuah benjolan kecil di lehernya." Tuan Cornel meminta pengawalnya itu mengecek secara fisik kondisi mayat.

"HAHAHA.... Racun kata mu? Jika itu terjadi nenek itu akan memberontak kesakitan dan dapur itu tidak akan serapi yang di lihat." Ucap si kakek Tuan itu tertawa meragukan perkataan ku.

"Anda benar Tuan Facron, karena nenek itu sudah meninggal ketika dia berada di panti." Si kakek tua itu, Tuan Facron hanya diam dan tidak melawan deduksi ku.

"Bagaimana Anda mengetahui ini semua tanpa mengecek TKP?"

"Dari informasi kemungkinan sang nenek di bunuh, aku mencoba membuat segala kemungkinan yang terjadi dan membuang segala kemungkinan yang tidak masuk dalam satu ruang. Ada 2 kemungkinan sang korban di bunuh dengan sebuah benda atau sesuatu yang tidak menimbulkan tanda fisik yang dapat di lihat, dari tubuh korban tidak ada bekas pukulan dan sumber darah lain selain nadi tangan kanan akibat sayatan pisau, berarti ini bukan lah pembunuhan dengan sebuah alat tajam maupun tumpul.Aku mengatakan jika si pelaku menggunakan racun karena ini hanya sebuah dugaan ku yang paling kuat dibanding lain karena racun hanya dapat di deteksi menggunakan cara khusus."

"Bagaimana dengan surat yang korban tulis, surat ini di temukan terkunci di laci lampu samping tempat tidurnya." Tanya Si Kakek Tua, dia melihat ku dengan keraguannya.

"Surat itu palsu, tidak ada jaminan jika yang mengetik surat itu adalah sang korban dan tanda tangannya bisa di tiru dengan mudah dengan melihat salah satu contoh surat."

Semua orang hanya bisa terdiam mendengar deduksi yang telah ku katakan, Tuan Cornel mencatat segala detail yang ku katakan. Seorang petugas telah menyelesaikan menyelidiki kondisi korban secara fisik.

"Izin menyatakan hasil penyelidikan TKP saya, sesuai apa yang Tuan Muda katakan di temukan sebuah benjolan kecil seperti bekas suntikan berada di punduk atas kepala korban."

"APAAA?!" Wajah terkejut Tuan Farcon menjadi hiburan yang sangat menyenangkan malam ini, wajah tidak percaya dengan semua deduksi.

"Bagaimana Anda mengetahui jika racun itu di suntikan di punduk korban? Bisa saja di lengan atas atau bagian lain??" seorang petugas pengecekan menanyakan pada ku.

"Ketika aku melihat sekilas, baju korban masih terliat sangat rapi tidak ada kusutan paksa yang terberkas, berbeda dengan syal korban yang terlihat paling kusam dan kotor mungkin syal itu terlepas ketika korban sedang berusaha melindungi diri, bukan kah aneh jika seorang yang berpakaian rapi menggunakan syal yang sudah kusam? Maka ada kemungkinan besar racun itu di suntikan di punduk korban, jarum akan kesulitan jika tidak langsung bersentuhan dengan kulit sedangkan korban menggunakan pakaian cukup tebal karena cuaca dingin.Ini juga menguntungkan si pelaku karena tempat dia menyuntikkan sulit di lihat."

"ANDA sangat jenius Tuan Muda Rain, saya tidak mengira jika Anda bisa memecahkan kasus ini secepat ini, masa depan Zafia akan sangat cerah." Tuan Cornel berterima kasih padaku dan sangat terkejut dengan deduksi yang tepat sasaran "Keberkahan Zafia selalu bersama Anda Tuan Muda Rain."

"Tuan Cornel." Ini hanya lah awalan semua deduksi ku bisa di ambil karena informasi yang telah ku dengar tapi bagian yang paling ribet adalah si pelaku pembunuhan, bab ini yang paling sulit.

"Iya Tuan Muda?"

"Tangkap pelaku pembunhan dan hukum dia seberat mungkin." Nenek kantin sudah memberi tahu ku jika ancaman itu akan datang dan membahayakan sekitarku, dia sudah mengatakannya dan dia lah target pembunuhan tersebut, tentu saja aku tidak akan tinggal diam melihat orang yang mengkhawatirkan ku mati mengenaskan di hadapan ku "Lagi pula hanya ini sementara yang bisa aku lakukan untuk menembus kesalahan ku.

Setelah gumpal mulut si Kakek tua itu, aku berencana pergi ke kamar dan menyerahkan penangkapan pembunuhan tersebut pada pihak kepolisian Tuan Cornel.

"Ku rasa aku sudah melakukan apa yang ingin ku lakukan." Gumam ku

"Rain kenapa kamu sangat lama di kamar kecil?" tanya Terian pada ku setiba di kamar "Kenapa kamu sangat sedih? Apa yang terjadi?"

"Bukan apa-apa, kenapa kalian tidak tidur?"

"Bagaimana kami bisa tidur jika seseorang sedang kesakitan di bawah kami?" Ucap Terian, aku melihat mereka dan hanya bisa terdiam.

"Kalo begitu aku juga tidak bisa tidur."

Jam sudah menujukan dini hari suara sibuk lantai bawah sudah mulai sunyi berbeda 180 derajat di kepala ku.

TING TONG TONG

Suara bel di pagi hari terdengar, gantung mata ku terlihat jelas, suara berisik dari luar pagar terdengar kurasa berita pembunuhan itu sudah tercetak luas di surat kabar. Hari ini tidak ada kelas para guru sibuk dengan masalah pembunuhan.

"APA KALIAN MENDENGARKAN BERITA BARU INI!!!" Ucap Chandra masuk kamar secara tiba-tiba setelah dia keluar mencari udara segar.

"Hah? Ada apa?" Terian yang masih sibuk dengan bukunya.

"ITU...ITUUU NENEK KANTIN...." dia terlihat sangat gugup dan terkejut.

"CEPAT KATAKAN ADA APA??!" Lukas terbangun dari kasurnya dan langsung mendekati Chandra.

"Sepertinya aku sudah mengetahui apa yang coba dia katakan." Gumamku yang masih rebahan di atas kasur dan mencoba mulai bangun.

"NENEK KANTIN BUKAN BUNUH DIRI TAPI INI...DIA-DIA DI BUNUH !!!!" Ucapnya dengan nada tinggi hingga seisi ruangan dapat mendengarkan dengan jelas.

HAHH!!!!!!

"Tidak mungkinn..."

Ruangan terasa sangat berat, aku memahami jika anak panti sangat dekat dengan sang nenek kantin tentu saja mereka pasti memiliki kenangan sejak kecil dengan beliau ditambah beliau merupakan seorang nenek yang sangat baik dan ramah pada anak-anak.

"IIIni apa yang Rain katakan menjadi kenyataan..." Ucap Terian, dia menghampiri ku dan memegang pundak ku "Apa kamu juga mengetahui siapa pembunuhnya Rain????"

"..." Aku bahkan tidak bisa melihat mata Terian dia melihat ku dengan amarah dan kesedihannya.

"Aku yakin kamu pasti bisa mengetahui siapa pembunuhnya!"

"Tidak aku tidak tahu" ucap si dalam pikiranku, jika aku mengetahui nenek kantin itu di bunuh karena diriku.

Rasa bersalah karena keterlambatan ku mencegah kejadian ini terus berdatangan, semua orang melihat ku, aku hanya diam berdiri tanpa bisa menjawab pertanyaan mereka.

"..."

"KENAPA KAMU DIAM RAIN?!"