Chereads / THE QUANTUM (Indonesia Ver) / Chapter 41 - KISAH ANAK MORIANA 21 : Topeng dan Tangga/ T^2

Chapter 41 - KISAH ANAK MORIANA 21 : Topeng dan Tangga/ T^2

Rabu, 4 hari menuju festival musim dingin cuaca sore tidak terlalu baik badai salju kembali datang setidaknya tidak sederas badai kemarin.Suasana ruang kelas 2 lebih tenang dari biasanya Polin, Juan, dan Dio sedang istirahat sejenak sebelum mereka membantu mengurus bazar festival.

"Ada apa? Kamu sudah bolak-balik selama 2 jam disana." Ucap Juan duduk dengan kedua kakinya berada di atas meja.

"Bukan apa-apa!" Ucap Polin mencoba menenangkan dirinya, dia kembali duduk dengan tangan di atas meja menopang kepalanya.

"Kau selalu mengatakan hal yang sama dari kemarin, jika ada sesuatu kenapa kamu tidak cerita saja sih?" Ucap Juan dengan kesal sedangkan Dio dia hanya diam dan membaca sebuah buku kecil di tangannya.

"Tidak ada gunanya."

Kelas 2 lebih luas dibanding kelas 1 para anak-anak mendapatkan meja dan kursi kayu masing-masing dengan papan tulis cukup besar di depan, jendela yang mengarah keluar.

"Pikirkan sesuatu…pikirkan sesuatu dan semua akan baik-baik saja." Ucap Polin yang terus berputar-putar di dalam ruangan.

"DASAR KAKEK TUA!!"

"HEI TENANG LAH!!! Kamu kenapa sih?!" Ucap Juan mencoba menyadarkan Polin.

"SIALAN Sialan sialan..... apa yang telah ku lakukan..." Ketakutan yang dia miliki mulai membuatnya goyang dan terduduk di lantai kayu.

"Hei-hei ada apa Polin? Aku tidak bisa melakukan banyak jika kamu tidak bercerita."

"Jika kamu menyesal sesuatu maka perbaiki lah sebelum kamu kehilangan semuanya." Ucap Dio "Kami tidak akan memaksamu jika kamu tidak ingin bercerita."

"Kau benar, rencana ku PASTI AKAN BERHASIL! Jadi tenang lah!" Ucapnya dengan cepat pergi keluar dari ruangan.

"HEI DI LUAR LAGI BADAI!"

Tanpa pikir panjang di bergegas mencoba memperbaiki kesalahan yang telah dia buat, sesampai di ruang aula tidak sengaja dia bertemu Tuan Alex dan Josep yang sedang menyamar menjadi Rain dan Terian.Wajah ketakutan tidak bisa dia sembunyikan, Polin mencoba untuk tidak menghiraukan keberadaan mereka.

"Kamu kelihatan sangat tergesa-gesa, Polin?" Ucap Rain seketika menghentikan langkahnya "Ada apa?"

"TIDAK, bukan hal penting." Ucapnya sambil berjalan keluar dari pintu panti.

"Benarkah? Jangan mencoba melakukan hal-hal bodoh." Rain berjalan mendekatinya dan berbisik "Kau tahu akibatnya bukan?"

Wajah dan aura ancaman yang dikeluarkan Rain membuat Polin hanya bisa diam dan tidak berkata banyak.

"Sampai Jumpa Teman ku."

Polin mengurungkan niatnya untuk pergi sendirian, dia bergegas kembali ke kelas dan memaksa kedua temannya untuk ikut bersamanya.Badai salju sudah mulai redah orang-orang dengan pakaian tebal mereka dan sepatu tinggi berjalan di pinggir kota.

"Kita memangnya mau kemana sih?" Juan yang selalu mengeluh dan terpaksa untuk mengikuti perintah Polin.

"Kita akan bertemu dengan Duke Han."

"AH?! Apaan sih kamu habis kejedot apaan???" Ucap Juan kesal dan memukul kepala Polin.

"Aku seriuss, besok kita jangan pernah pergi ke festival."

"AHH?! Kamu kenapa sih, ga ada angin ga ada hujan tiba-tiba bilang gini padahal yang paling semangat festival kan kamu." Juan memberhentikan langkahnya "Aku akan pulang kalian berdua saja."

"Hmm.." Dio hanya memperhatikan mereka dan sibuk dengan pikiran dirinya sendiri.

"HEIII Tunggu dulu aku akan mentraktirmu makanan jika kamu ikut dengan ku." Ucap Polin menahan Juan untuk pergi.

"Benarkah?"

"Cih trik ini selalu berguna dengan nya."

Mereka pergi menuju kantor Duke bekerja, tentunya tidak semudah apa yang mereka pikirkan.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" Tanya Juan melihat sekeliling pagar masuk kantor Duke.

"Bagaimana kita tanya ke penjaga disana." Jawab Polin sambil menuju ke arah penjaga tersebut.

"Hmm in tidak akan berhasil." Ucap Dio datar.

"Aku tahu setidaknya kita mencoba dahulu bukan?"

Mereka mencoba menghampiri si penjaga gerbang.

"Permisi bisa saya bertemu Duke Han?" Ucap Polin dari balik pagar besi hitam pekat.

"Apa sekarang? Kemarin Tuan Muda Rain sekarang 3 orang anak yang mencoba masuk dan bertemu Duke Han dengan semudah ini?" Penjaga tersebut terlihat kesal dengan kedatangan Polin dan kedua temannya "Ini bukan tempat bermain pergi sekarang."

"Tapi ini hal yang sangat penting, aku harus berbicara dengan Duke Han."

"HA? Kamu kira aku akan tertipu untuk kedua kalinya, Silahkan pergi sebelum aku bersikap kasar." Ucap si penjaga berjalan menjauhi mereka.

"TA-TAPI INI SANNGAT PENTING !" Teriak Polin memukul pagar besi "HEIII!!!"

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" Dio hanya duduk di salah satu kursi taman yang tidak jauh dari pintu masuk pagar besi tersebut "Jam menunjukkan pukul 4 dan kurasa sebentar lagi salju akan mulai turun."

"Tunggu sebentar lagi."

Lampu hias festival mulai menyala, jalan mulai sepi, kereta kuda kayu berlalu lalang di setiap menit, salju mulai turun dan menutup di jalan.

"Mau sampai kapan kita tunggu ini sudah lewat jam malam kita akan kena masalah lagi."

"Tenang saja Tuan Venderik tidak akan menghukumku."

Setelah menunggu 1 jam lebih kereta mewah dengan kuda kuda putih sebagai penarik.

"DISANA!!"

"HEI T-Tunggu"

Polin bergegas menghalang kuda tersebut pergi dengan berdiri nya yang membuat kereta kuda tersebut berhenti dengan mendadak."

"HEI Nak apa yang kau lakukan!" Kusir kereta itu tentu memarahinya "Minggir sekarang!"

"Aku ingin bertemu dengan Duke Han!"

"HA?! Kamu sudah gila ya nak?"

"Katakan saja aku temannya Rain! Dan ini masalah yang sangat penting!"

Mendengar suara ricuh dari luar Penjaga Harry mengecek keluar dan melaporkannya pada Duke Han.

"Teman Rain?" Ucap Tuan Han penasaran "Biarkan mereka masuk."

Polin dengan emosionalnya masih bersikeras dan adu argumen dengan si Kusir.

"DASAR KAKEK TUA, CEPAT KATAKAN SAJA PADANYA!" Ucap Polin dengan kasarnya.

"A-APA yang kamu katakan?! Minggir atau ku lapor polisi!" Kusir tersebut mencoba turun dari kursinya " Tuan Harry, maaf hanya ada keributan kecil saja."

"Duke Han mengizinkan ada untuk masuk." Ucap Tuan Harry dengan mengarahkan mereka bertiga ke dalam kereta.

"Cih dasar bocah."

Kereta memiliki Zafia tentu sangat berbeda dengan kereta biasa, kaca anti sihir, ruangan luas, pengaman keselamatan hingga sihir pelindung ledakan.

"Jadi kalian teman Rain?" Tanya Tuan Han.

"Sa-saya Polin, mereka Juan dan Dio." Ucap Polin dia terasa takut sekaligus amarah "Kamu tidak memiliki banyak waktu lagi sekarang! Rain di sekap! Cepat lah mereka bisa saja melakukan apapun padanya!"

Seketika seisi ruangan berubah hening, tak hanya Tuan Han dan Harry yang terkejut tapi Juan dan Dio juga tidak mengetahui apapun tentang masalah ini.

"Apa yang kamu katakan?!" Tuan Han terlihat sangat terkejut dengan apa yang barusan Polin katakan "Rain baru saja mengirim surat, aku sangat mengenal tulisan tangannya jika dia benar-benar di sekap dia tidak akan mengirim surat ini dan aku masih bisa merasakan mana yang dia miliki."

"Apa maksudmu Polin, Rain masih berada di panti dari pagi kan?!" Ucap Juan yang terlihat sama terkejutnya.

"Percaya lah padaku! Mereka bukan Rain dan Terian Asli, ada seseorang yang menyamar menjadi mereka."

"Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?" Semua mata menuju pada Polin.

"Ka-karena karena... ak-aku yang membantu penyekapan Rain...tepat di depan mata ku Rai-Rain di siksa"

"A-APA yang sebenarnya terjadi?!"

Wajah terkejut dan amarah terlihat jelas di wajah mereka, suasana tiba-tiba berubah menjadi sangat suram.

"Nama mu Polin? Polin Ziones dari keluarga Masquiess Ziones.Bisakah kamu bercerita dengan lebih detail." Ucap Tuan Han dengan sikapnya yang sangat tenang.

Di dalam kereta perjalanan pulang, Polin mencoba menceritakan semua kejadian dengan sedetail mungkin, suasana menegangkan sangat berbeda dengan suasana ketenangan di luar kereta.

"Aku tidak tahu harus mulai dari mana, tapi aku sangat yakin 100% jika Rain dia sudah mengetahui keterlibatan ku pada organisasi yang sedang dijalankan Tuan Verdenrik.Tujuan mereka adalah untuk membangkitkan Pahlawan Yuki Raymond dengan mengorbankan jantung dan darah dari anak suku Moriana..."

"APA?! Tapi Tu-tuan Verdenrik dia-dia membangun panti ini..." Juan Terlihat sangat terguncang mendengarkan pernyatan dari Polin "Ke-kenapa harus..."

"Suku Moriana terkenal dengan mana dan sihir besar yang mereka miliki, sehingga mempercepat pemulihan mana dari pahlawan Yuki Raymond." Ucap Pengawal Harry.

"Benar sekali dan dia sudah bangkit, dia hanya tinggal menunggu waktu mengisi seluruh mana yang dia miliki.Lagi pun panti ini hanya sebagai pencitraan yang telah dia lakukan selama ini, dia berlindung dengan nama panti sebagai seorang 'Penyelamat anak-anak' namun dia melakukan sebaliknya.Aku diberi tugas untuk mendekati Rain dan bersikap kasar padanya, tentu saja aku sangat membencinya karena kakek dia lah yang membunuh ayah ku, rasanya ingin ku lepaskan semua beban yang telah ku tanggung selama ini."

"Singkat cerita berkas dokumen penting menghilang para petinggi organisasi dengan cepat mengetahui siapa dalang dari ini semua, aku rasa kamu lebih tahu mengenai ini dibanding diriku.Sesuatu yang sangat besar yang memakan korban banyak, posisi ku disini hanya sebagai anjing mereka akan membunuhku jika sudah tidak berguna."

"Informasi ancaman ini ku dapatkan secara tidak sengaja, ketika aku sedang berada di ruang bawah tanah panti, rencana mereka adalah..."

" Ancaman Pemboman Pusat Kota atau Kematian Rain Vanz de Kany."

Amarah terlihat jelas di wajah Tuan Han, tangan yang dia gepal hampir melukai dirinya, aura pembunuh memenuhi kereta.

"Biar ku persingkat jadi, ketika semua sibuk pada festival cela keamanan terbuka lemar.Kamu ditugaskan untuk mengawasi Rain ketika keadaan sedang sepi dan melaporkan kepada mereka waktu yang tepat untuk penculikan, begitukah?" Ucap Tuan Han dengan matanya seakan ingin memangsa seseorang.

"I-iya awalnya mereka hanya ingin menculik Rain saja tetapi karena Rain tidak semudah itu untuk ditangkap, sehingga mereka menggunakan Terian sebagai umpan. Aku di minta untuk menyaksikan penyiksaan Ra-rain bersama Tuan Verdenrik dan Pahlawan Yuki Raymond.." Ucap Terian terbata-bata, tangannya berubah sangat dingin, detak jantung terdengar hingga seisi ruangan, ketakutan terlihat jelas "Kejadian penyiksaan itu tidak bisa lepas dari kepalaku, suara kesakitan hingga darah dimana-mana menjadi mimpi buruk yang terus terbayang -bayang di kepalaku.Ke-kejadin yang sama ini membuat ku gila."

Polin menutup telinganya erat-erat dengan air matanya nya yang mengalir.Bagaimanapun dia tetaplah seorang anak biasa berumur 13 tahun.

"Lalu kenapa kamu berkhianat?" Tanya Tuan Han.

"Ka-karena Rain, dia meminta tolong pada ku." Ucap Polin dengan matanya yang menegang, menunduk ketakutan "Bahkan wajah meminta pertolongan pada ku masih sangat jelas terekam, dia-dia memegang kaki ku dengan tangan penuh darahnya."

"Bagaimana aku bisa mempercayai ucapanmu jika kamu bisa saja berkhianat kepada ku juga?" Tuan Han memandang Polin dengan tajam.

"Kamu bisa langsung mengecek ke panti."

"Frey, kamu sudah mendengarnya? Kamu sudah tau harus melakukan apa bukan." Ucap Tuan Han mengelus cincin yang dia kenakan "Karena sudah larut malam kalian akan ku izinkan untuk tinggal di mansion ku, ada banyak hal yang ingin kutanyakan jadi aku harus menjamin keselamatan mu dan temanmu."

Malam itu langit begitu cerah dengan bintang musim dingin yang bersinar terang, suasana ruang makan panti terasa lebih dingin dari biasanya, anak-anak lain sedang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

"Makanan disini terasa hambar di lidah ku! Kenapa sih kamu masih bisa memakannya? Josep." Ucap Alex yang masih menyamar menjadi Rain.

"Tolong bedakan menikmati dengan untuk bertahan hidup Alex." Josep yang masih menyamar menjadi Terian sedang memakan hidangan makan malam ketika itu.

"Kamu yakin? Mereka kita masukan ke penjara bawah?" bisik Alex.

"Mereka hanya anak-anak yang tidak memiliki keluarga sangat mudah untuk menghapus jejak mereka, lagi pula dengan ras mereka nilai jual menjadi lebih tinggi bukan, cepat habiskan makananmu."

"Sayang sekali jika mereka tidak terlibat mereka memiliki masa depan yang cerah."

Suara hentakan kaki seseorang yang arogan memasuki ruang makan, para anak-anak lain memberi perhatian padanya.

"Selamat malam Tuan Muda Rain."

Wajah terkejut dapat terlihat jelas, mata yang melotot ketakutan memandang sosok pria yang menghampirinya.

"Se-selamat malam Tuan Cha-Frey." Sendok makan kayu yang ia pegang jatuh membasahi meja "Ad-ada keperluan yang mendadak? Kamu datang lebih cepat dari biasanya."

"Oh benarkah kurasa Han sudah mengirim surat untuk mu jika aku akan datang, apa kamu belum membacanya?" Ucap Tuan Fray dengan sangat buru-buru hingga baju mantel belum terlepas dari badannya "Aku datang karena ada keperluan bisa kita berbicang sejenak di ruang tamu?"

"Te-tentu saja Tuan Fray."

"Dann teman mu Terian bisa ikut, aku hanya akan membicarakan hal-hal dasar."

Ruang tamu tertata sangat rapi, penghangat ruangan mengisahkan uap pada jendela, seorang anak laki laki peneliti Jack bersamanya, sebuah koper putih di samping sofa dengan logo penelitian.

"Selamat malam Tu...tuan muda?" Jack melambaikan tangannya sebelum dia menyadari , suatu kejanggalan di antara mereka.

"Kita hanya mencatat beberapa wawancara singkat, maaf jika para peneliti lain tidak dapat hadir." Ucap Tuan Fray sambil mengarahkan Han untuk duduk di sofa "Kau tahu hari ini harusnya kami masih libur."

"Hahaha... kamu benar libur akhir tahun." Ucap Alex, seketika mereka berdua terlihat sangat gugup, mereka menyadari sihir yang mereka miliki tidak sebesar miliki Tuan Frey jika pun mereka saling bekerja sama hanya faktor x yang dapat menolong mereka.

"Apa dia tidak mengenali mana kami?" gumam Terian.

"So mari kita mulai, semakin cepat semakin cepat ku berlibur, Tuan Muda selama minggu terakhir apakah anda mengalami perubahan ketika mengkonsumsi obat?"

"Obat? Ah aku merasa ada beberapa perubahan, rasa sakit pada jantung ku mulai berkurang."

"Hmm hmm tidak ada gejala negatif? Seperti alergi, mual, dll?"

"Untuk saat ini tidak."

"Kalau begitu kita akan melakukan tes ulang mana kamu, Rain."

"Ah?! Maksudku bukankah kemarin sudah dilakukan, kurasa tidak perlu untuk melakukan tes ulang."

Jack sedang membuka koper dengan menyiapkan beberapa alat uji mana.

"Hasilnya akan berbeda karena pada uji konsumsi obat terdahulu kamu mengalami pusing dan mual yang cukup parah bukan?"

"Ahh...ah.. iya tapi kurasa ha-"

"Tenang lah Rain ini seperti tes pada biasa nya tidak perlu khawatir."

Jack sedang memasang peralatan pada Alex, Rain.Melihat penyamaran mereka akan terbongkar Terian mencoba mengganggu peneliti dengan tidak sengaja menumpahkan secangkir teh pada alat tersebut.

BRUAK

Alat dengan sensitif tinggi tentu memiliki kekurang jika terkena benda yang akan merusak sistem kerja tersebut.

"Ah?! MA-MAAF AKU-AKU AKAN MEMBERSIHKANNYA..." Ucap Terian mengelap mesin sihir tersebut dengan sapu tangan dia.

"AH Tidak perlu dipikirkan Terian, karena aku sudah mencatat hasil tersebut." Tuan Frey menarik kertas dan berpura-pura menyatat.

"Wah Hebat ba-bagaimana bisa?" Terian mencoba setenang mungkin.

"Tentu saja.."

"KARENA RAIN TIDAK DIIZINKAN UNTUK MEMAKAN OBAT SIHIR APAPUN."