Chereads / THE QUANTUM (Indonesia Ver) / Chapter 47 - KISAH ANAK MORIANA 27 : AMBISI DAN AMARAH/ A^2

Chapter 47 - KISAH ANAK MORIANA 27 : AMBISI DAN AMARAH/ A^2

1 hari menuju festival musim dingin dan tahun baru. Kejadian yang terjadi selama akhir minggu terakhir di tahun ini, kedatangan bangsawan Viscount mencari kepastian dari di batalnya rapat Parlemen dan tidak ada satu kabarpun dari Duke Han. Detektif Edwin dan Gren terjebak dalam kasus kematian Baron Mirnie yang berkaitan dengan bom massal.

Dan Duke Han sedang berada di Desa Timur Diang, Kota Artur untuk menyergap masuk ke markas persembunyian organisasi pemberontak. Tentu saja Duke tidak bertindak sendiri, para militer tinggi Count dan Marquess daerah Desa Artur ikut dalam penyergapan. Memperkecil setiap yang terlibat membuat kemungkinan kesalahan terjadi menjadi kecil.

Udara segar di pedesaan sangat tenang, berbanding terbalik dengan kesibukan yang mereka lakukan. Jam dinding terus berjalan hingga menuju pukul 2 pagi, namun lampu ruang pertemuan masih menyala dengan terangnya.

"Semua persiapan sudah dilakukan sesuai rencana Duke." Marquess Felix Andreas, memimpin di daerah Artur. Posturnya tinggi dengan wibawanya

"Saya sudah memperkecil kesalahan yang akan terjadi Duke. Saya juga telah mendapat laporan dari Detektif Edwin masalah pengeboman massal, terjadi banyak bangsawan yang terlibat dalam aksi ini, pemberian izin ketika situasi mendesak telah saya berikan, Duke Han." Ucap Count Diandra Wentz memimpin pasukan di bawa pemerintahan Duke "Namun, saya menyarankan anda untuk tetap berada di sini, masuk langsung ke sana akan sangat berbahaya saya harap anda dapat memahaminya Duke."

Ruangan tertutup mencegah terjadinya informasi yang akan bocor, pencahayaan ruangan dengan lilin yang mulai menipis. Duke Han memiliki hak untuk melakukan penyelidikan atas hukum, dia bisa saja mengambil tindakan ini dan masuk secara terang-terangan paksa ke markas Earl Venderik namun anak buah dari Earl dapat dengan mudah mengetahui dan menggagalkannya dengan mudah.

"Tidak perlu khawatir, aku akan menangkap mereka dengan tangan ku sendiri." Ucapnya dengan tajam, seakan seorang harimau menyergap mangsanya "Aku sudah menanti ini sangat lama, lama sekali..."

Rantai sihir besi ini lama-lama membekas di tangan dan kaki ku, mana ku yang terus dihisap olehnya membuat ku tidak dapat terhubung dengan Lividus.Sudah berulang kali aku mencoba melupakannya dari memukul dengan batu, menarik hingga mencoba melepaskan paksa dari tangan ku, rasanya tangan ku akan patah.

Hitungan hari pun mulai hilang dalam ingatan ku, entah sekarang malam atau pagi. Aku hanya bisa menghitung setiap jam penjaga bergantiaan.

"Kira-kira apa Polin akan menyampaikan ke Tuan Han?" Gumam ku, terkadang aku berpikir jika dia telah dibunuh oleh Earl Verdenrik atas penghianat nya "Ku harap ini tidak sesuai dengan apa yang sedang kupikirkan."

Berada lama di sini membuat ku terkadang memikirkan hal gila, seperti memotong tangan ku untuk terlepas dari rantai besi ini.

"Rain makan lah, kamu belum makan dari tadi..." Ucap Terian dari balik sel memandangku "Kamu bisa sakit lama lama."

"Sakit? Untuk beberapa hal aku memang harus menyakiti diri ku sendiri."

"Setidaknya kita bisa bersama-sama di sini." Ucap Chandra bersandar di salah satu sudut ruangan "Tempat ini tidak terlalu buruk dari tempat tinggal ku dulu, setidaknya kita memiliki sepotong roti untuk masing masing kita."

"Jangan khawatir aku yakin kita akan bebas dari sini." Ucap Lukas, dia terus memberikan kepercayaan bahwa kita akan keluar entah bagaimana caranya, apakah karena dia yang paling dewasa dan memiliki tanggung jawab di antara kami.

"Ya aku yakin kita akan keluar jadi tenang lah Rain." Terian memandangku dengan senyum lebarnya.

"Ha iya kita akan keluar dari sini." Badan ku terasa sangat lemas dikarenakan mana ku yg terus di kuras, sedangkan batu Shin yang menghubungkan ku sudah diambil paksa ketika aku pingsan.

Nafsu makan ku menurun, tentu saja aku tidak memiliki banyak tenaga dibanding awal ku berada di sini, cahaya lilin itu terus memandangi ku dari ketinggian.

Suara hentak kaki terdengar, Earl bersama Pahlawan Yuki Raymond datang menghampiri ku. Dengan wajah bahagianya di memandangku rendah, sedangkan Pahlawan Yuki dia hanya diam dan melihat ku dengan mata kosongnya.

" Hahaha....!!! Ternyata kau sangat berguna untuk ku!" Teriaknya mendekat dan memegang jeruji besi ku "Cepat bukakan aku mau bicara dengan Tuan Muda ini!"

Seorang penjaga membuka jeruji dan mengizinkan mereka berdua berada di dalamnya. Si penjaga itu memberikan kursi kayu untuknya duduk.

"Kau tau apa yang barusan Duke lakukan? Hanya untuk anak angkatnya! Hahahaha..." Dia menarik leherku dan memandangku dengan dekat "Dia meminta pembatalan perundangan pajak dan mengabulkan semua keinginan ku!"

"Hanya untuk anak angkatnya tercintanya hahaha... Kau tau tidak?! Kenapa Duke menjaga jarak dari semua orang dekatnya? dia tidak ingin dikendalikan seperti bagaimana ayahnya, bahkan dia memutus hubungan dengan tunangannya hahaha..!!"

"Tapi tidak perlu khawatir kau adalah mainan kesayangan ku sekarang, jadi tidak akan kubiarkan kau pergi dengan mudah!"

Rasanya ingin ku pukul wajah gendutnya, aku hanya bisa menatap dengan kesalnya. Tangannya mulai mencekik ku dengannya dengan keras.

"Lebih baik aku mati daripada menjadi mainan mu." Entah bagaimana kata itu keluar, tapi rasanya ingin ku pukul dia mumpung masih di dekat ku.

BURKK

"DASAR BABI SIALAN."

Dan ini terjadi, aku memukulnya dengan semua tenaga yang ku miliki, Tuan Verdenrik terjatuh mundur.

"DASAR KAU SAMPAH SIALAN!!"

BRUK BUK

Dia mulai memukuli ku lagi menendang perut, punggung, wajah terus berulang-ulang, aku bisa mendengar khawatiran Terian, Lukas dan Chandra sama-sama di telinga ku, mereka hanya bisa menutup mata dan telinga dari kekejaman Earl.

"KAU HANYA MAKHLUK TIDAK BERGUNA, BERANI SEKALI KAU MENGHINA KU!!" Dia menarik rambutku dan membenturkan ku ke dinding.

Dia terus melampiaskan amarahnya pada ku, terus dan terus semalam 30 menit lebih, hidungku mulai berdarah, perut ku juga terasa sangat sakit sekarang. Andai aku memiliki cukup mana aku bisa dengan mudah mengendalikannya dengan Lividus, berlutut di hadapan ku.

"MATI LAH SAMPAH SIALAN!!"

"MATI!"

"KAU MAKHLUK HINA!!"

Pahlawan Yuki melihat ku dengan muka datarnya.

"Berhenti..." Ucap Pahlawan Yuki memandangku dengan tatapan kosongnya.

"Apa?!" Earl memandangnya kesal, belum puas dengan siksa fisik yang dia lakukan.

"Aku bilang berhenti, ini jam makan malam ku."

"Ah kau benar." Ucapnya menghentikan pukulannya "Sekarang apa yang kau inginkan?"

"Mereka." Pahlawan Yuki menunjuk ke arah Penjara Terian, Chandra dan Lukas.

"Ahhh... mereka? Sebenarnya aku tidak terlalu menyukai mereka, tapi..." Tuan Verdenrik melirik ku dengan rendahnya "Kupikir mereka akan bermanfaat untuk ku kedepannya, tidak mau yang lain saja?"

"Tidak."

"Bagaimana anak kecil perempuan di sana? Akhir-akhir ini dia terus menangis membuat ku risih."

"Tidak."

"Si Bocah laki-laki sana?"

"Tidak."

Earl Verdenrik diam sejenak dan mengizinkannya untuk melakukan ritual "makan malam" yang mereka maksud pengambilan darah dan jantung anak Moriana, tentu saja aku tidak bisa tinggal diam ketika marah ku tidak bisa dikendalikan.

"Baiklah, jika ini yang kau mau."

"KAU!" Ucap ku menatapnya dengan penuh amarah, pernafasan ku menjadi sulit untuk dikendalikan.

TRING TRING BRUKK

Suara rantai yang tertarik. Angin bergerak menjatuhkan topi hitamnya,Tangan ku seakan bergerak dengan sendirinya hanya tersisah sejengkal tangan ku sampai di wajahnya.

"JIKA KAU MENYAKITI MEREKA, KAU AKAN MATI DI TANGAN KU."

"EHM..JI-JIKA KAU BISA." Earl kelihatan cukup terkejut dengan apa yang telah di lakukan padanya, Rain masih bisa berdiri dan menjatuhkan topinya bahkan tanpa menyentuh.

"AKU AKAN MENYIKSAMU BERLUTUT DI HADAPAN KU."

"MENANGIS DENGAN AIR MATA DARAH MU."

"MEMOHON PENGAMPUNAN KU."