Chereads / THE QUANTUM (Indonesia Ver) / Chapter 50 - KISAH ANAK MORIANA 30 : TAMAT dan TAKDIR/ T^2

Chapter 50 - KISAH ANAK MORIANA 30 : TAMAT dan TAKDIR/ T^2

Sebuah Pin baju yang terbuat dari batu Zafir merupakan barang yang sangat berharga di era sekarang, Terian bertemu dengan Duke Han secara kebetulan disisi lain Duke sedang sibuk mencoba menyergap masuk ke kamp Earl Verdenrik namun beberapa faktor x menghalanginya.

Di dalam kereta kayu sederhana menuju kediaman Marquiess, Terian menceritakan semua hal yang terjadi padanya sebelum hingga penculikan terjadi.

"Sebelum aku bertanya, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Count Wents, melihat banyak luka di sekujur tubuhnya.

"Aku baik-baik saja ini hanya luka kecil, aku terus terjatuh ketika menghindari kejaran penjaga." Ucap Terian mengusap kakinya "Tapi ini tidak seberapa dibanding kesakitan yang saudara-saudara ku alami."

"Sudah cukup kamu memberi penjelasan yang sangat membantu, sekarang ketika kita sudah sampai beristirahat lah." Ucap Duke Han datar, ekspresi yang dia berikan tidak terlihat senang maupun marah.

"A-aku maksud ku sa-saya mohon selamat kan Chandra dan Lukas juga, jika tidak ada mereka aku tidak akan sampai hingga sekarang... hiks.. me-mereka.. telah ku anggap... keluarga ku sekarang.. hiks..." Terian tertunduk meneteskan air matanya, tangannya menggenggam dengan kaku.

"Ku mohon... selamatkan Lukas dan Chandra..."

"Ku mohon..."

Aku terbangun di lantai keramik yang sangat dingin menembus baju ku. Rantai yang terikat pada kedua pergelangan kaki dan tangan, manaku kembali dibatasi.

"Di-dimana ini?" Gumamku melihat sekeliling, pandangan ku sedikit kabur, hanya terlihat karat besi penjara di hadapanku.

Suara nyaring teriakan seseorang dari balik besi, aku berusaha berdiri dan melihat keluar besi penjara, bercak dan genangan darah di lantai putih. Lukas terbaring kaku di lantai badannya mulai kebiruan.

"HENTIKAN KUMOHON…" Teriak Chandra dengan suara seraknya, aku dapat mudah mengenal suara jeritan tersebut "HENTIKANNN AHH…!!"

Sebuah altar dengan berbagai macam senjata tajam telah berubah menjadi lautan darah, Chandra berbaring melihatku dengan mata kosongnya.

"Ch-chandra…" Rantai besi membuat diri ku terikat dari penjara ini, aku mengulurkan tangan meminta pertolongan seseorang "HENTIKAN! KAU HENTIKAN!"

Gerak bibirnya seakan meminta pertolongan dari ku, tatapan mata kosongnya melihat ku dengan rasa penyesalannya. Luka koyak dengan pisau yang masih menancap tajam di tubuhnya, rasa sakit yang tidak pernah dibayangkan oleh seorang pun. Usus yang melimpah berkeluaran dari tubuhnya, darah merah menyala terus mengalir tanpa henti.

Seseorang dengan jas lengkap melakukan penyiksaan tanpa henti, seisi ruangan dipenuhi suara kesakitan yang menderita. Alunan music gramofon seakan sedang berdansa di tengah aula.

"HA HA HA!! KAU HARUSNYA BAHAGIA ATAS PENGORBANAN MU, MENARI LAH UNTUK KU!!" Earl tertawa dengan kencangnya, menari-nari di sekeliling ruangan "Oh?! Tuan Mudaku! Anda telah sadar dari tidur nyenyak mu?"

Si Iblis gila itu mendekati ku, tangan nya yang penuh darah, mata busuknya melihat ku dengan tertawa.

"KAU SIALAN HENTIKAN! HENTIKAN! DASAR SIALAN!"

"Kenapa? Kenapa? Kau tidak memiliki hak untuk menghentikan ku! HAHAHAH!" Tangan busuknya membuat ku jijik.

"Lepaskan mereka, aku akan mengikuti apa yang kau inginkan." Ucapku, melihat posisi ku yang terus mereka tekan.

"SADARLAH INI ADALAH KONSEKUENSI YANG TELAH KAU LAKUKAN TUAN MUDAKU!" Dia mendekat hingga menyisakan beberapa meter dari ku "KAU! SEMUA ORANG AKAN MENDERITA KARENA KAU, DARAH YANG TIDAK SEHARUSNYA BERADA DISANA!"

BRUKKK

Suara benturan besi yang sangat kuat, aku menarik kerah bajunya dengan paksa. Wajah bahagianya seketika berubah sangat marah.

"BOCAH SIALAN!"

"DASAR SIALAN, LEPASKAN MEREKA!"

"KENAPA?!! INI SEMUA KARENA KEBERADAAN DIRIMU! ORANG LAIN AKAN TERUS MENAHAN SAKIT KARENA DIRIMU!! AHAHA!!" Ucapnya mendorong membanting ku kedalam.

Wajah rakusnya memandang dengan rasa dendam, suara gesekan besi menyaring ke sekeliling ruangan.

"KAU AKAN MENYESALI NYA!"

Earl menarik pisau yang menancap pada tubuh Chandra, pisau yang berlumuran darah itu diangkat setinggi bahunya dan di tancapkannya kembali dia terus mengulanginya hingga suara kesakitan itu tidak terdengar.

"HENTIKAN!!" Teriakku dengan sekuat tenaga ku.

"AGGHHH…!!"

Suara kesakitan yang amat menusuk telingaku.

"HENTIKAN!! HENTIKAN Hen..tikan.." Suara teriakan kesakitan itu terus bergema seisi ruangan hingga dalam pikiran ku.

Air mata yang menetes ini tidak ada gunanya, kesedihan yang datang bersamaan rasa sakit ini terus berdatangan.

"Tuan…Tuan…" Suara Lividus membangunkan ku.

Entah bagaimana besi rantai yang mengikat diriku tidak dapat berfungsi dengan benar. Rasa mual dan bau darah terus tercium.

"Hentikann… hentikan kumohon…" Aku mulai frustasi dengan keadaan yang terus menekan ku "Lividus…"

"Tuan.. buka matamu." Ucap Lividus samar-samar dalam pikiran ku "Mana ku sudah mulai kembali, bodohnya mereka karena alat pengendali mana ini tidak berfungsi."

"Tuan.. buka mata anda."

Pikiran ku sudah setengah sadar, aku mencoba sebisa membuka mataku dan melihat sekeliling.

"Lividus?" Pandangan mataku menjadi sangat kabur.

"Berikan setengah kesadaran anda pada saya Tuan."

"Ah ambil saja."

TRINGGG BURKKKKK

Penjara besi yang mengikat ku hancur seketika. Setelah mana Lividus Kembali dia mengendalikan kesadaran ku, namun kali ini berbeda dia tidak mengendalikan seluruhnya aku masih dapat melihat apa yang sedang dia lakukan dengan sisi yang lain.

"APA INI?!" Ucap Earl terkejut melihat ku dan mencoba menjaga jarak dari ku.

"HAHAHAHAHA...!!! Sudah sangat lama aku merasa sensai ini! Haus akan darah, siksaan, kesakitan, amarah, kesedihan ini menjola-jola dalam diriku!!" Lividus tertawa tersenyum melihat Earl bersikap waspada terhadapnya.

"AH? Tuan Muda? Apa yang terjadi pada anda? Hahaha…."

Tangan ku mengambil besi penjara yang patah dan menyeretnya mendekati Earl. Seisi ruangan dipenuhi suara nyaring gesekan besi tersebut. Aku bisa melihat jelas Lukas dan Chandra berlumuran darah berbaring di lantai tak bergerak.

"KAU INGIN MENGGERTAK KU?! LIHAT SEBERAPA RAPUHNYA DIRIMU."

"DIRIMU AKAN MENYESALINYA."

Lividus bergerak dengan cepat menyerang Earl menggunakan besi yang dia pegang, Earl menghindar secepat yang dia bisa.

BRUUUKS

Dinding bekas pukulan tersebut hancur seketika, meninggalkan bekas retakan yang yang sangat kuat.

"AH? KAU GILA?!" Ucap Earl terduduk ketakutan "Ka-kau bukan Tuan Muda! Aku bisa melihat mana dari tubuhmu!"

"Siapa aku, itu tidak penting."

"DASAR IBLIS!"

Lividus mengejar dan menghantamnya lagi lagi dan lagi, Gerakan Earl menjadi lebih lambat karena tubuhnya yang gemuk.

"HAHAHA!!!! MATI! MATI! MATI!"

BRUKKK BRUK

"MO-MONSTER IBLIS!!" Earl terduduk diam dengan nafas yang tidak teratur "KA-KAU BAGAIMANA BISA..."

"AKU? Rain Vanz de Kany Cahaya Negeri Zafia Kerajaan Negeri Agasthya Ira Ekaraj, Tuan Muda mu Earl Verdenrik."

"Tidak mungkin! Kau memiliki mana sekuat ini! KAUU!!" Earl mengambil serpihan batu yang cukup besar dan melemparnya ke arah ku.

Dengan selang waktu yang sedikit Earl mengaktifkan sihir rantai api mencoba mengikat pergerakan ku namun itu semua hanya sia-sia belakang.

"KAU TAHU INI SEMUA HANYA SIA-SIA. KAU BUKAN TANDINGAN KU HAHA MATI!" Lividus dengan cepat menghindari serangan Earl, serangan tersebut hampir menghancurkan sebagian dinding ruangan.

"Kau pikir aku sebodoh itu?!"

Seketika debu memenuhi ruangan, melihat cela tersebut Earl mencoba menyerang dengan menggunakan sihir pedang apinya. Kejadian itu sangat cepat hingga hanya selang 1 detik pedang itu hampir membagi tubuh ku.

"SUJUD DI HADAPAN KU."

BRUKKK

"KA-KAUUUU!!" Earl bersujud diam di kaki ku "SIALAN BAGAIMANA BISA!!"

Seakan darah yang menetes di mataku, bibirku tersenyum lebar melihatnya tersiksa di bawahku.

"HAHAHA! Kenapa? Kau sudah mengetahui posisi mu sekarang?"

"Bagaimana bisa pengendali pikiran?!" Gumamnya menunduk matanya melotot ketakutan "KAU TIKUS SIALAN! KAU DASAR TIKUS BUSUK!! DARAH SUCI ZAFIA TIDAK PANTAS OLEH MU!"

"Kau tidak menyesalinya?"

"ANAK-ANAK TIKUS MORIANA ITU PANTAS MATI DI TANGAN KU! MEREKA HARUS BERSYUKUR ATAS KEMATIAN BERKORBANAN MEREKA!" Ucapnya membuat ku muak "TIDAK SETETES DARAH DIRIKU MENYESALINYA!"

"Kesakitan mereka…" Pandangan ku teralihkan oleh Chandra dan Lukas yang terbaring kaku di lantai "Kau harus membayarnya…"

"TIDAK SETETES DARAH KU MENYESALINYA! KAU TERLALU RENDAH UNTUK MENGETAHUINYA!"

"Tutup mulutmu!"

"TIKUS MORIANA ITU PANTAS MENDAPATKANNYA."

"KU BILANG TUTUP MULUTMU!"

Amarah, kekesalan, kesedihan ini terus menyiksa ku jantung ku seakan-akan terus tertusuk-tusuk oleh kepedihan ini.

"HAHA..! KAU PANTAS MENDAPATKANNYA! TIKUS MORIA-"

"MATI!"

Entah bagaimana ku lakukan seketika sihir ku membunuhnya seakaan bom yang meledak, darahnya muncrat bagai balon air yang tertusuk.

"Bangkit." Dan dia Kembali hidup, sekaan refresh yang terus berulang.

"AAPA yanggg terjadi… kauuu!" Raut wajahnya sekaan melihat malaikat pencabut nyawa berdiri di depannya "He-henti-"

"MATI."

"BANGKIT"

"MATI"

"BANGKIT"

"MATI"

"BANGKIT"

Earl berlari ketakutan menghindari ku.

"Kau! Siapa sebenarnya kau!" Dia berlindung di balik reruntuhan dinding "Ka-kau bisa membangkitkan orang mati?! Ti-tidak! Kau dasar tik-"

"Mati."

"Bangkit."

"Ma-"

"BERHENTI! Kau..."

"Aku adalah anak yang kau bunuh. Anak malang di kursi roda." Ucapku memandangnya datar "Jean, anak yang kau korbankan hanya untuk ambisimu."

"AH? JE-JEAN?? Anak Duke Leonard?"

"Aku yang kau bunuh dengan pistol naga mu! Aku yang kau siksa karena kelemahan ku!"

"Tidak-tidak mungkin kau sudah mati, DASAR IBLIS!"

Dari semua kesunyian yang terjadi Yuki Raymond seakan menjadi bayangan dengan secara tiba-tiba dia berada di dalam ruangan, melihat semua kejadian yang terjadi dengan diam.

"AH! YUKI Kau datang untuk menolong ku bukan?! Cepat tangkap dia! Tangkap Moster itu!" Earl melihat Pahlawan Yuki Raymond seakan menjadi angin segar untuknya namun dia hanya diam dan memandang Earl dengan rendahnya "Apa yang kamu lakukan cepat tangkap dia! TANGKAP MONSTER IBLIS ITU!"

"Kau sudah tidak berguna, pemimpin sudah membuangmu." Ucapnya datar berjalan mendekat Earl yang terluka "Sekarang mati dan terima hukumanmu."

"APA?! DARI SEMUA YANG TELAH KULAKUKAN DIA MEMBUANGKU BEGITU SAJA!" Earl yang tidak menerima kenyataan dia terus memukul lantai, merangkak mendekati kaki Pahlawan Yuki Raymond.

"Mati dan berkorban lah demi diri ku."

"A-aku bisa memberikan apa yang kau mau tidak seperti mereka, Aku mohon tolong aku, Yuki." Earl memohon di bawah kaki Yuki Raymond "Aku akan memberikan semua darah moriana untuk mu!"

"Sebentar lagi pasukan penyergapan akan datang membokar kebusukan mu. Selamat tinggal." Dia menghilang seakan sebuah bayangan begitu saja.

"APA! KAU! SIALAN!"

Aku melihatnya mohon dengan rasa menyedihkan, terbuang bagaikan sampah yang tidak berguna.

"Kemari lah, aku bisa merasakan para pasukan sedang berjalan kemari." Ucapku mendekati altar dengan Chandra yang terungkap kaku di sampingnya.

Earl melihat ku dengan sangat ketakutan, dia mencoba menjauh dan menjaga jarak dengan aku, menarik memaksanya dengan sihir pikiran ku. Aku memintanya menusuk sebuah pisau ke arah perut ku.

"AA…APA KAU PIKIR ORANG AKAN LANGSUNG MEMPERCAYAI OMONGAN KOSONG ANAK KECIL?!" Ucap Earl hingga akhir nyawanya dia masih membanggakan kedudukannya yang bahkan sekarang sudah tidak berguna.

Hentakan kaki para pasukan tersebut terdengar hingga ke dalam ruangan, suara Tuan Han yang sedang sibuk memerintahkan membuka paksa pintu yang terkunci.

"Cepat dobrak pintunya!"

Pisau itu tertancap di perut ku dan aku berbaring berada di atas altar dengan Earl yang sedang memegang pisau di badan ku.

"Sekarang tidak ada satu buih kata mu yang akan mereka percaya."

"KAU DASAR SIALAN!"

BRUKKK BRUKKK

"TANGAN EARL GRED VERDENRIK ATAS KASUS PENCULIKAN, PEMBUNUHAN, PENYIKSAAN DAN PEMBERONTAKAN TERHADAP ZAFIA."