Amarah ini melebihi rasa sakit yang kuderita, dinginnya jeruji besi menusuk tulang ku. Ritual darah dengan mengambil darah dan jantung anak Moriana secara ilegal bahkan termasuk dalam kasus penculikan dan pembunuhan.
Aku hanya bisa mencoba bertahan dan menyakinkan mereka kita akan segera keluar dari sini.
"Kami baik-baik saja Rain." Ucap Terian mendekat pagar besi "Kamu tidak perlu khawatir, perhatikan dirimu sendiri."
"Tunggu sebentar lagi..." Ucapku, semalaman aku hanya memukul batu berusaha menghancurkan rantai besi yang terikat, suara nyaring gesekan besi terdengar sepanjang lorong.
Rantai mana ini terlihat baru bahkan tidak tergores sedikitpun,
"Apa yang ku lakukan ini hanya sia-sia belakang?" gumamku, terkadang lebam di seluruh tubuhku mulai terasa lagi.
Aku menghentikan pekerjaan yang sia-sia ini untuk kembali mengisi tenagaku kembali dan mulai menenangkan pikiranku.
"Perut ku mulai kembali sakit." Gumam ku beristirahat di sisi tembok.
Seketika aku mendapatkan ide yang cukup cemerlang, bersandiwara agar penjaga masuk dan memeriksa kondisiku. Aku yakin mau sekasar apapun dia dengan diriku selama Earl masih membutuhkan aku untuk mengendalikan Tuan Han, dia sendiri tidak akan membiarkan mati begitu cepat.
"Si Earl tidak akan membiarkan ini terjadi jika dia masih memerlukan ku." Gumamku, aku mencoba mulai bersandiwara tanpa memberi tahu mereka tentang misi ku "Ya kondisi yang dramatis akan menjadi lebih baik."
Sandiwara pun dimulai, menunggu ketika mereka memperhatikan yaitu waktu pembagian makanan, suara langkah kaki dari kejauhan dengan serangkaian rantang makanan.
"MAKANAN!"
"Terima kasih" jawab salah satu tahanan.
"MAKANAN."
"MAKANAN... HEY! KAU MENDENGARKAN TIDAK! " Ucap penjaga tersebut melihat ku terkapar tidak bergerak.
"HEY BOCAH!" lama kelamaan dia kelihatan terkejut dan meletakan rantang makanan tersebut "BANGUN! KAU DENGAR TIDAK!"
"Rain? Dia baik-baik saja?" aku bisa mendengar suara Terian dan lain melihat ku dengan khawatir.
"Tolong panggil kan dokter…" Ucap Lukas pada si penjaga, penjaga ini hanya terdiam dan masuk memeriksa kondisimu.
"EH! NAK!!" dia mendekat ku, menepuk bahuku Gerakan yang dia lakukan terlihat sangat tergesa-gesa "Ba-bagun! Suhu badannya sangat dingin!"
Semuanya sesuai perkiraan ku, mereka memang tidak berniat untuk membunuhku disini dan perlahan-lahan aku mengambil kunci dari gantungan pinggang kirinya, beruntungnya dia tidak bisa mengikat dengan benar.
"Gawat... !! Cepat bagun!"
"RAIN?! CEPAT PANGGILKAN DOKTER ATAU SIAPAPUN!!"
Aku segera memsembunyikan kunci tersebut di balik lengan kemeja ku.
"Cepat tolong panggil kan dokter!"
"RAIN!! Bagunn lah!"
Reaksi mereka sangat melebihi dugaan ku, si penjaga itu pergi dengan panik keluar penjara dan memanggil rekannya bahkan dengan bodohnya dia tidak mengunci kembali pintu penjara. Dengan cepat aku membuka kunci rantai yang mengikat tangan dan kaki ku sekian lama.
"Ra-rain?? Kau baik-baik saja??" Ucap Terian terkejut.
Krik krik krik
"Hah leganya!" gumamku memegang pergelangan tangan ku "Kita tidak punya waktu lagi, sebelum para penjaga berdatangan."
Dengan cepat aku membuka kunci penjara mereka, jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya keselamatan mereka berada di tangan ku.
"Tuan." Suara pelan anak perempuan dari balik belakang ku "Tuan tolong Rene, nenek menunggu Rene di rumah."
"Rene?"
Dia, anak perempuan keturunan setengah Moriana dengan mata gelap memandang ku meminta pertolongan. Pakaiannya rusuh dan tidak terawat, badan sekurus ranting.
"Tuan, Tolong Rene." Dia menarik kaki kanan ku, meminta pertolongan pada ku.
"Tenang lah, aku berjanji akan mengeluarkan Rene dan semuanya dari sini." Aku ingin keluar dari penjara ini tentu saja dengan semua orang disini, namun bagaimanapun ekspektasi ku, keinginanku, ambisiku tidak semuanya menjadi apa yang aku mau "Sebentar...Sebentar lagi aku berjanji Rene."
"Benarkah? Rene akan menunggu disini, berjanjilah."
Tanpa mengurangi waktu yang telah tersisa, kami dengan sigap menyusup keluar penjara dari balik meja, rak dinding kami berjalan menyusup keluar. Dari balik pintu yang kami lalui terdengar amarah penjaga.
"BODOH!! BAGAIMANA BISA TERTIPU DENGAN ANAK KECIL!" Ucap salah satu penjaga dengan nada tingginya membanting pintu penjara "CEPAT! CARI DIA, BOCAH ITU TIDAK AKAN PERGI JAUH DARI SINI!"
"DASAR BODOH!!"
"CEPAT TEMUKAN MEREKA, BAGAIMANA AKU BISA MELAPORKAN INI PADA EARL!"
Susunan ruangan bawah tanah ini berlantai tanah kasar berlampu obor minyak, belokan dan jalan yang berliku membuat kami sulit untuk mencari jalan keluar beberapa kali kami tersesat di jalan buntu.
Suara sibuk langkah kaki penjaga terdengar bergema di setiap lorong. Sebuah pintu bertangan besi terlihat sangat berbeda dibanding pintu-pintu lain.
"Coba buka..." Ucap Chandra.
KLIK
Pintu ini hanya ada satu di lorong jika saja ini bukan jalan keluar mungkin kami akan bertemu di jalan buntu kembali.
"Ada tangga naik!" Ruangan yang tidak terlalu besar dengan tangga kayu menaik, salah satu balik tangga terdapat pintu kayu.
"Ayo cepat, para penjaga mendekat!" Suara gema hentakan kaki penjaga.
Satu persatu dari kami memasuki ruangan dan berjalan naik.
"Jangan masuk, Tuan."
"LIVIDUS!" Gumam ku terkejut menghentikan langkah ku "Apa maksud mu?!"
Aku terdiam beberapa saat menunggu jawaban darinya namun setiap detik seakan menunggu jarum yang menusuk.
"RAIN! AYO CEPAT!"
"Aku..."
"RAIN ADA PENJAGA DI BELAKANG MU!" Lukas menarik tangan ku dan berlari menaiki tangga.
"CEPAT TANGKAP MEREKA!!"
Suara Lividus yang datang tiba-tiba dan menghilang begitu saja, menambah rasa ragu aku hingga kami sampai di lantai atas terdapat sebuah pintu mengarah ke luar. Dari balik pintu terlihat banyak tenda-tenda kosong tanpa penghuni, beberapa di antaranya terdapat pondok kayu penyimpanan dengan pencahayan dari obor. Anehnya tidak ada satupun penjaga yang terlihat di sekitar.
"Kita bebas?" Chandra melihat sekeliling terdapat hutan yang mengitari dan tenda-tenda kosong.
"Mereka masih mengejar kita, cepat bergerak!" Lukas membimbing kami untuk keluar dan segera bersembunyi dari para penjaga, kala itu langit dengan bulan purnama terang.
"Apa yang?" Ucapku terkejut, setiap langkah injakan aku mengeluar lingkaran sihir.
Satu pijakan lingkaran sihir seakan pisau menusuk jantungku, seketika jalan ku berhenti. Dengan sekuat tenaga aku kembali berdiri dan sihir ini terus kembali menusuk ku.
"Kamu baik-baik saja?!"
20 langkah ku dari pintu keluar dan sihir ini bukanlah sekedar ilusi semata, jantung ku sangat-sangat sakit hingga mulut ku mengeluarkan darah.
"Cepat kalian pergi..." Ucap ku badan ku bahkan tidak bisa untuk berdiri, aku hanya menekuk berlutut dengan tangan menopang badan ku, suara penjaga hampir mendekati kami.
"Bagaimana aku bisa meninggalkan kamu sendirian disini! Aku akan mendukungmu di belakang! CEPAT!" Lukas menarik tangan ku ke punggungnya.
"Tidak... yang mereka incar hanya aku. Bawah Broz ini ke Marquess daerah ini mereka akan menolong kalian beritahu ke dia tempat penyekapan ini..." Broz pin bajuku, aku yakin Marquess maupun penjaga wilayah disini pasti mengenalnya, aku memberikan Pin Broz ini pada Terian.
"Tapi..." Terian melihat ku dengan tatapan sedihnya.
"CEPAT NAIK RAIN! AKU TIDAK PEDULI MEREKA MENGATAKAN KAMU ATAU BUKAN! KAU BERJANJI UNTUK KITA KELUAR SAMA-SAMA!!"
"Kalian tidak mengerti apa yang terjadi, mereka tidak akan menyakiti ku tenang… saja…."
"Lukas benar! Aku tidak peduli dengan mereka kita haru-"
"DASAR BODOH! AKU YANG BERTANGGUNG JAWAB ATAS KESELAMATAN KALIAN, AKU YANG MEMBAWA KALIAN KE PERMASALAHAN INI, DAN AKU TIDAK AKAN MEMBIARKAN MEREKA MENYENTUH KALIAN..LAGI…."
"APA YANG KALIAN PIKIRKAN MEREKA AKAN MENGURUNG KEMBALI KALIAN?! TIDAK! YANG MEREKA INGINKAN ADALAH JANTUNG DAN DARAH KALIAN!!"
"KEMATIAN KALIAN YANG MEREKA INGINKAN!! JANGAN MELIHAT KEBELAKANG LARI-LARI SEJAUH MUNGKIN."
"Tapi ji-"
Melihat amarah dan kondisi yang terjadi padaku mereka seketika membeku terdiam.
"JANGAN BANYAK BICARA CEPAT PERGI DARI SINI!!" Bentak ku dan berbaring melihat langit.
"Berjanjilah…" Ucap Terian dengan bendungan air matanya "Janji kita akan kembali… Bersama-sama… lagi… janji..Rain."
"Ahh.. aku janji."
Mereka pergi dengan rasa ragu sesekali melihat ku ke belakang.
Suara hentakan kaki para penjaga mendekat, bayangan muka busuk Earl menutup wajahku.
"Sudah kukatakan."Ucapnya ketika kesabaranku mulai hilang "Kau adalah mainan kesayangan ku sekarang, tidak akan ku biarkan kau lepas dengan mudah."
"Tidak akan ku biarkan kau pergi dari ku!"
"Baik tetesan darah mu…"