Hari ke 2 menuju festival musim dingin dan tahun baru, berkembangan pesat dalam kasus pelacakan bom massal, setelah melakukan negosiasi bersama kedua pihak saksi yang tertangkap Josep Mirniae dan Alex Prenz.
Di hari yang cukup sibuk untuk kebanyakan orang, jalan yang mulai ramai dengan hiasan yang bergantungan, kios dan stan makanan yang mulai berjejer berwarna-warni menarik perhatian para pejalan kaki, kemeriahan dan kebahagiaan yang berbanding terbalik dengan suasana yang terjadi.
"Kasus menghilangnya 7 anak panti Sweria menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat hal ini terus di kaitan dengan kasus penculikan yang maraknya terjadi, sayangnya rumor mengenai identitas anak tersebut disembunyikan rapat oleh pihak panti itu sendiri, begitu lah bunyi sebuah potongan berita utama di sebuah koran swasta." Ucap Detektif Gren dengan koran di tangannya, mereka berencana segera pergi ke tempat kejadian di dini hari.
"Itu koran kemarin bukan? Benar saja mereka tidak mengetahui sangkut pautnya Tuan Muda dengan panti itu sendiri." Jalan yang masih gelap gurita di tengah kota, jam saku detektif Edwin menunjukkan pukul 12 lewat "Setelah berkeliling seharian mengecek spot tempat kemungkinan besar diletakan sebuah bom beruntungnya kita satu bom sudah dijinakkan. Josep sangat cerdik, dia dengan mudah bersembunyi mengikuti pihak yang menguntungkannya."
"Jika saja benar ada 3 bom yang mereka katakan, sekarang tersisa dua, kita harus bergerak hati-hati agar mereka tidak menyadari bom yang hilang tersebut."
"Beruntung kita bisa menyelesaikan bom pertama tanpa kendala ya-karena tempat bom tersebut cukup sepi dan jarang orang berlalu lalang, jelas sekali tujuan bom ini untuk menghancurkan bangun menara tua itu dan menimpa rumah penduduk di sekitarnya." Detektif Gren melipat kembali koran yang telah dia baca dan meletakkannya di bangku sampingnya.
Suasana kereta kuda yang ditumpangi Detektif tersebut kian sepi, malam hari musim dingin ini menembus mantel tebal mereka. Tibalah di sebuah menara tua kosong yang telah di ubah menjadi bagunan hiasan untuk festival, jendela yang berdebu, dinding menara yang terbuat dari batu, bahkan tangga yang mereka ijak tidak sekokoh dibayangkan. Menara ini kemungkinan besar terdapat sebuah bom begitulah hasil pemikiran kedua detektif itu.
"Kita akan berhenti sebelum tiba di menara wah wah... ada apa gerangan?" Ucap Detektif Edwin menoleh ke luar jendela.
Seorang laki-laki dewasa malam dengan lentera di tangan mereka menghampiri kedua detektif tersebut, wajah yang tergesa-gesa dan raut muka ketakutan sangat jelas terlihat.
"TO-TOLONG TU-TUAN...." Laki-laki tersebut menunduk kelelahan sedang mencoba mengatur nafas.
"Ada apa?!" Ucap Detektif Gren.
"Telah terjadi pembunuhan!!! D-DI SANA!" Laki laki itu menuju pada sebuah lorong samping toko roti, lorong gelap dengan bau busuk yang keluar.
Mereka berlari menuju tempat kejadian, suasana gelap dan dinginnya malam lebih menusuk dari sebelumnya suasana semakin dingin dengan keberadaan seorang laki-laki tua yang meninggal tertusuk pisau yang masih tertancap di badannya.
Pria tua itu sudah meninggal kaku dengan genangan darah di sekelilingnya, penampilan kewibawaan terlihat jelas dari pakaian surta yang beliau kenakan.
"Sialan." Gumam Detektif Edwin, dia meminta Gran untuk segera melapor ke kepolisian terdekat selama itu dia mencoba mencari petunjuk segar di tkp.Wajah amarah sangat jelas, dia menggenggam tangannya dengan sangat erat, beberapa menit kemudian kepolisian setempat datang.
"Kami segera datang secepat mungkin ketika mendengar laporan dari anda, Tuan Sherian." Ucap Kepolisian muda itu, dia segera mengumpulkan saksi dan mengamankan tkp "Jika diperkenankan sepertinya anda mengetahui sesuatu dari kematian ini."
"Si Pria tua yang malang ini, Tuan Baron Mirniae, Baron France Mirniae."
"AAPA?!" Detektif Gran seketika terkejut mendengar saksi dari rekannya.
"Ba-bagaimana anda bisa secepat ini memastikannya-maksud saya seseorang dengan pakaian mewah namun terbilang lebih sederhana sangat sulit dikategorikan bangsawan.Apa korban mengenakan tanda pengenal?" Polisi muda itu sangat terkejut melihat analisis yang sangat cepat oleh Detektif Edwin.
"Tidak. Aku mengetahuinya karena aku sedang mencarinya."
"Anda belum pernah bertemu dengannya bukan?"
"Belum."
"Lalu..."
"Sepatu sederhana dengan bekas lumpur yang pekat berasal dari pinggiran desa, keriput, kulit terbakar sinar matahari, jago berkuda dan memanah, serbuk gandum yg tersangkut pada celananya hanya ada beberapa wilayah Zafia yg menanam gandum sebagai pasokan utama mereka, menghabiskan waktu lama di atas meja, dan tidak memiliki anak kandung dan... sebuah rencana menandakan posisinya menempel di jas yang terlepas, walaupun begitu terdapat bekas sama di leher kemeja beliau..." Detektif Edwin menunduk dan menuju pada setiap detail korban "Luka tusuk yang menancap menandakan korban sempat melawan dan mati kehabisan darah."
"Wait?"
"Tempat kejadian pembunuhan bukan berada di sini, dan sepertinya si pelaku ketahuan ketika dia sedang membuang mayatnya, berhenti meracak pisau ini, ini hanya barang bukti yang telah dipalsukan" Ucapnya meninggalkan lapangan "Aku ada urusan yang sangat mendesak sekarang, tetapi saya harap kita dapat bekerjasama dalam kasus ini, tolong segera laporkan jika ada perkembangan."
"Dengan sangat terhormat saya akan melakukan yang terbaik, terimakasih Tuan.Ba.. Bagaimana dia… " Tatap Polisi Muda itu melihat Detektif Edwin dengan sangat heran.
Detektif Edwin dan Gren melanjutkan perjalanan mereka, Detektif Edwin hanya membisu di sepanjang jalan. Tiba lah mereka kembali pada bangunan menara tua itu kembali.
"Jadi apa kamu mau mengecek kedalam Edwin? "
"Aku tidak akan naik, cukup melihat lihat daerah lantai satu." Ucapnya ketika membuka pintu masuk tua tersebut.
Ruangan menara tidak terlalu besar, dinding bulat berikut menjadi kesan sangat tua, lantainya pun beralaskan batu yg telah disusun sedemikian rupa, tidak ada jendela dan jalan masuk lain selaian pintu tua tersebut.
"Struktur bangunan jaman dulu memang tidak dapat diragukan, walaupun terlihat seakan rapuh, dinding ini cukup tahan dengan goncangan cukup kuat." Ucap Gran melihat dan menyentuh dinding batu sekitar bangunan tersebut sedangkan Detektif Edwin sibuk berjalan jalan dengan kaca pembesarnya.
"Sudah cukup." Ucapnya memasukan jam saku dan merapikan jasnya "Situasi sekarang semakin kacau Gran, kita harus bergerak cepat sekarang."
"Ah iya di tambah kematian Baron Mirnae menjadi sangat kusut."
"Baiklah sepertinya kita tidak bisa tidur nyenyak hari ini, aku akan menunggu di sini kamu bawah kepolisian dan tentara tidak perlu banyak cukup 1 masing masing, kita akan menunggu hingga jam 3."
"Baiklah."
Suasana sunyi dini hari membuat keadaan menjadi lebih tenang, beberapa menit kemudian kedua kepolisian dan tentara dengan persenjataan lengkap datang, sesuai instruksi Detektif Edwin mereka bersembunyi di balik lorong gelap tidak jauh dari menara tersebut.
"Aku akan menjelasan situasi sesingkat mungkin, bagunan itu memiliki lantai yang sangat bersih untuk bangunan tua.Seekor iblis akan datang kembali ke menara untuk mengambil barang yang tidak sengaja terjatuh, barang ini cukup berharga untuk dikatakan tidak penting."Detektif Edwin mengeluarkan sebuah rencana emas yang sangat indah dengan berinisial AE "Kita akan menunggu di sini, hanya ada satu pintu masuk ke menara."
"Untuk apa barang ini?"
"Hmm aku tidak bisa mengatakan secara pasti tapi kita akan menangkap ikan besar hari ini."
Waktu terus berlalu, suhu dingin semakin menembus, tidak ada suara selain nafas dan jantung.Mereka berempat memperhatikan dengan seksama tanpa berpindah posisi sedikitpun.
"Wah apa ini! Cepat ikuti aku di belakang."
Bayangan gelap seorang laki laki jangkung berpakaian gelap sedang berjalan hati-hati menuju pintu masuk menara menjinjit diam diam di dalam kesunyiaan. Jejak kaki nya berbekas di di tumpukan salju, ketika dia diam melirik sekelilingnya sebelum memasuki menara tua.
Mereka berjalan menjinjit memutar cukup jauh mendekat menara, tepat di depan pintu masuk yang terbuka.
TRIK TRIK
Suara bising dari balik pintu terdengar cukup keras, seperti seseorang sedang sibuk dengan mencari sesuatu berharganya.Detektif Edwin memberikan sinyal pada hitungan jarinya untuk menyerap masuk dengan senjatanya.
" 1....2...3!"
"MENYERAH! ANDA AKAN KAMI TANGKAP!"
Seorang laki-laki tinggi cukup tua dengan keriputnya, wajah yang kasar, rambut dan matanya hijau tua, kulit sedikit coklat, tinggi, kurus, memandang kami dengan amarah nya yang dalam, dia membungkuk sedang mencari sesuatu di balik bebatuan di sana.
"Cih!"
"JANGAN MELAWAN DEMI KEBAIKAN ANDA TUAN?? AN-ANDA! TUAN KNIGHT ERVAN LEZNA!" Ucap tentara tersebut terkejut dan ragu untuk menembaknya "Ap-apa yang sedang anda lakukan disini.."
"Ervan Lezna? Hmm..." Gumam Detektif Gren.
"Wah kukira aku akan menangkap ikan besar hari ini haha.." Ucap Detektif Edwin.
"Saya sedang memeriksa bagunanan untuk penyelidikan ..." Ucapnya.
Tampang seorang knight sangat terlihat dari postur badannya, tegap, tinggi dengan mata elang yang sangat waspada, mengenakan baju sederhana namun memancarkan kewibawaannya.
"Jika saya diizinkan bertanya penyelidikan apa yg sedang anda lakukan di tengah malam begini mengenakan baju yg cukup tipis?" Ucap detektif Edwin melirik tajam ke arah Knight Ervan "Saya hanya khawatir dengan kesehatan anda Tuan Knight Ervan."
Si Knight tua itu menyembunyikan tangannya dari balik bajunya.
"Ini penyelidikan kan rahasia, memberi tahu kepada orang asing akan memperumit keadaan."
"Oh semakin anda bertele tele semakin anda dicurigai, Tuan."
"KAU KIRA DIRIMU SIAPA!!" Ucapnya dengan amarah menujuk-nujuk kasar "KAU TIDAK LEBIH DARI BAWAHAN SAMPAH!"
"TUAN ERVAN HARAP TENANGKAN DIRI ANDA!! " Detektif Gran mencoba untuk menenangkan suasana yang terjadi.
"Mohon maaf Tuan Ervan."
"ANDA DITANGKAP TERSANGKA ATAS PEMBUNUHAN TUAN MIRNAE dan KASUS TERORIS PENGEBOMAN."