Chereads / THE QUANTUM (Indonesia Ver) / Chapter 40 - KISAH ANAK MORIANA 20 : Hina dan Harsa/ H^2

Chapter 40 - KISAH ANAK MORIANA 20 : Hina dan Harsa/ H^2

Sarapan pagi hari terasa sangat berbeda dari sebelumnya Rain, Terian, Lukas dan Chandra duduk satu meja di saat sarapan tiba.Sinar matahari memasuki jendela ruang makan, semenjak kasus pembunuhan ruang makan terasa lebih kusam.

"Tunggu." Lukas menahan tangan Rain "Aku belum selesai berbicara dengan mu."

"Lepaskan tangan kotormu." Rain memandang rendah Lukas dan menarik lengannya namun Lukas menahan nya lebih keras.

"Jaga sikapmu! Aku tidak mengerti apa yang barusan terjadi tapi jaga sikapmu!" Terlihat jelas amarah yang tergambar dari raut wajah Lukas "Ucapan katamu akan membalik ke diri mu sendiri, dasar menjijikan."

Mendengar ucapan perkataan Lukas membuat mereka terkejut, keheningan yang hanya tersisah.

"Wah.." Gumam Terian seketika berhenti memakan sarapan dan memberi perhatian.

"HAH?! Lucu sekali, kau kira diri mu siapa disini!"

'Re Andriann'

Rain mengaktifkan lingkaran sihir angin, seketika membuat sebagian ruangan berantakan dan menghempaskan Lukas mengenai dinding dengan cukup keras, meja-meja berantakan, makan bertumpahan di lantai, beberapa hiasan keramik pecah.

"APA KAU GILA?!" Teriak Chandra, berlari menolong Lukas.

"APA YANG BARUSAN TERJADI DISINI?!" Guru Sihir Deren mendatangi sumber berisik di ruang makan.

"Itu berlebihan Alex" Ucap Terian.

"Kenapa biar dia bisa belajar tata krama yang baik." Gumam Rain.

Lukas yang terhempas cukup jauh terduduk di lantai.

"Apakah Anda yang melakukan sihir ini Tuan Muda?" Ucap Guru Sihir Deren dengan cepat dia biasa mengetahui si pembuat sihir.

"Iya aku yang melakukannya kenapa? Lagian dia sendiri yang mulai menggangguku." Ucapnya.

"Berarti anda bertanggung jawab atas kerusakan yang terjadi."

"Kata siapa dia sendiri yang-"

"Sudah cukup, saya akan melaporkan ini pada Duke Han dan Pemimpin."

"HAH?! Hei apa kau tau siapa aku di sini! Aku bisa dengan mudah menjatuhkan mu ke penjara!"

"Apa ini sifat asli Anda, Tuan Muda Rain?" Guru Sihir Deren terlihat sangat kecewa dengan apa yang dilakukan Rain, seakan sebuah harapan menghilang begitu saja.

"Kenapa?"

"Aku pikir setidaknya ada seseorang yang bisa menjadi harapan di dunia suram ini." Guru Sihir Deren pergi menghampiri Lukas yang terluka "Lagi pula memang seperti ini bukan sikap seorang bangsawan tinggi."

Lukas tidak mengalami luka yang serius namun demi kesehatannya dia dilarikan ke ruangan kesehatan sejenak.Rain dan Terian mendapatkan hukuman untuk tidak diizinkan mengikuti festival musim dingin dan tahun baru.

"Dia bukan Rain." Ucap Lukas yang masih tertidur di kasurnya.

"Apa maksudmu?" Tanya Chandra penasaran dan mendekatkan telinganya.

"Rainn... memiliki mata merah yang bersinar ketika dia mengaktifkan sihirnya, aku memperhatikan dia ketika melakukan duel latihan dengan Dio.Aku hanya melihat mata yang merah gelap." Ucap Lukas menatap langit-langit ruangan "Dia bukan Rain yang ku kenal."

"Kau benar ada yang janggal disini, bukan hanya Rain tapi Terian juga mereka berdua terlihat sangat berbeda seakan orang lain berpura-pura menjadi Rain dan Terian.Belum pernah selama ini aku melihat Terian makan dengan pisau dan garpu."

"Kita harus melakukan sesuatu, aku punya ide."

Rain dan Terian sibuk dengan keseharian mereka dari pagi hingga malam mereka berada di perpus untuk sekedar membaca buku dan menenangkan pikiran.Di ruangan sepi perpus yang jarang dilalui orang panti menjadi tempat kesukaan mereka menghabiskan waktu.

"Setidaknya aku bisa tenang di sini, satu udara dengan para tikus busuk itu membuatku ingin muntah." Rain mengambil buku dan bersantai dengan segelas teh di atas meja mereka.

"Jangan membuat kesalahan lagi dasar bodoh, berhenti menjadi sangat mencolok." Ucap Terian memukul Rain "Lihat apa yang harus kita lakukan sekarang!"

"Lakukan apa memangnya, bukan misinya hanya pura-pura menjadi anak -anak haha..."

"Dasar bodoh! Kita sudah mendapatkan clue tentang apa-apa saja yang mereka lakukan biasanya, haaa kepala ku sakit, apa kau sudah mengirim surat kepada Duke Han?"

"Sudah, semalam suratnya sudah tiba." Ucap Rain dengan secangkir teh.

"Bagus. Di hari sabtu biasanya dia melakukan pemeriksaan kesehatan." Terian membuka lembaran-lembaran kertas yang terlipat di sakunya "Wah gawat."

"Kenapa?" Ucap Rain mencoba melihat isi kertas yang di bawah Terian.

"Tuan Frey Chaiden dari Marquess Chaiden, dia yang akan membantu pemeriksaan kesehatan nantinya sekaligus menjadi guru sihir Rain." Wajah mereka seakan melihat maut di depan mata.

"Bahaya cepat beritahu mereka jika kita tidak akan bisa bersandiwara lama, sekarang hari selasa masih ada waktu untuk melakukan persiapan ancaman." Ucap Rain menyeder di kayu kursi.

"Ancaman Pemboman Pusat Kota atau Kematian Rain Vanz de Kany."

Hari Rabu 4 hari menuju festival musim dingin, setiap jalan mulai dipenuhi hiasan gantung, bendera kerajaan dan Zafia mulai terlihat di setiap sudut kota. Pagi ini dimulai dengan suara sibuk kereta yang berlalu lalang.

"Apa balasan mereka?" Tanya Rain di ruang perpus yang sunyi dengan bau buku tua.

"Hari Kamis mereka akan melakukan bergerakan.Surat ancaman akan diberikan pada hari itu." Terian membakar surat tersebut untuk menghilangkan bukti "Akan ada pembakaran yang besar nantinya."

TOK TOK TOK

Lukas dan Chandra mengetuk pintu perpustakan dan berjalan masuk.

"Apa aku mengganggu waktu kalian?" Tanya Chandra melihat sekeliling perpus.

"Iy-" Rain berusaha untuk mengusir Lukas dan Chandra pergi tetapi Terian memotongnya dan berusaha bersandiwara.

"TIDAK, ada apa?"

"Benarkah? Tapi kelihatan Rain sedikit keberatan." Ucap Lukas melihat Rain dengan raut wajah kesalnya.

"Bisakah kamu membantuku mengambil beberapa barang di gudang belakang? Karena Penjaga sedang sibuk dan kotak kayunya cukup banyak yang harus di bawah tentang saja kotaknya cukup kecil dan ringan untuk kalian."

"HAH?! TIDA-"

"BAIK! Bukankah itu hal yang cukup mudah? Ha..ha.." Ucap Terian dengan ketawa canggungnya.

Cuaca di luar cukup bersahabat, sinar matahari masih terlihat walaupun suhu hari ini tidak berubah dengan mengenakan pakaian cukup tebal mereka sampai di depan gudang kayu kecil di sudut halaman belakang, pintu kayu yang cukup kokoh dengan jendela kecil sebagai ventilasi udara.

"Di sini?" Ucap Rain.

"Hah i-iya." Chandra membuka pintu, suasana gelap dengan bau lapuk dan debu tercium "Disini ada 15 kotak kayu untuk bahan makan dan perlengkapan bazar.Nanti kotak kayunya letakan saja di dekat pintu belakang."

"Maaf merepotkan kalian anak-anak kelas 2 sedang sibuk dan kupikir kalian sanggup membawanya."

Ketika mereka sedang berbincang tentang masalah pemindahan pasokan makan, Polin dan kawannya datang untuk menghampiri mereka.

"Hei! Apa yang sedang kalian lakukan?" Tanya Polin ekspresinya berubah seketika ketika melihat Rain dan Terian yang sedang mencoba membawa kotak kayu tersebut "Ma-ma-maaf mengganggu kalian, ka-kami ada kegiatan lain."

"Tapikan kita ma-"

"Ah! Sa-sampai jumpa."

Dengan langkah cepat seketika Polin dan temannya menghilang dari pandangan.

"Baiklah? Ada apa dengan Polin dia kelihatan seperti melihat setan saja." Ucap Chandra melihat dia berlari menjauh dari pandangan.

Rain dan Terian terlihat terpaksa untuk melakukannya setelah beberapa kali bolak balik untuk mengambil kotak kayu kecil yang berisi suplai makanan.

Setelah pengakutan kotak untuk yang kelima.

"Sekarang?" bisik Chandra pada Lukas dari balik pintu gudang.

"Keadaan sudah sepi, tinggal tunggu mereka masuk dalam perangkap." Ucap Lukas pelan dan melihat Rain dan Terian sedang berjalan mendekat dari jendela.

Lukas dan Chandra berusaha untuk bermain peran seakan mereka mengetahui si penipu asli dan mengancam mereka melaporkan pada polisi.

"Mereka datang!"

BRUAKSS

Sebuah perangkap tali sihir dengan tela terpasang di dalam gudang, ketika seseorang menginjak jebakan lingkaran sihir nantinya tali sihir akan mengikat mereka dengan cepat. Rain dan Terian dengan mudah terikat di pergelangan tangan, badan dan kaki.

"DASAR ANAK-ANAk Sialan!" teriak Rain berusaha melepaskan diri "Kalian pikir aku bisa terperangkap dengan mudah seperti ini?!"

"Hahaha lihat dirimu terjatuh di perangkap bocah haha.." Terian lebih tenang daripada Rain yang sering emosional dengan hal-hal kecil.

"Tenang lah ini tidak akan lama, jika kalian menjawab pertanyaan kami dengan jujur!" Ucap Chandra berusaha tetap menjaga jarang dengan mereka.

"Wah-wah kalian pikir kalian siapa? Aku bisa dengan mudah melepaskan diri dari mainan anak-anak." Ucap Rain dengan wajah sinisnya.

"Apa yang ingin kalian tanyakan? Kalian bisa menanyakan kepada kami seperti biasa."

"Siapa kalian! Dimana Rain dan Terian!" Ucap Lukas "Kalian pikir aku tidak memahami apa yang terjadi sekarang? Rain sudah menceritakan semua dan sekarang aku akan membawa kalian ke kantor polisi bukan-bukan Duke Han."

"Apa maksud mu?! Aku Rain!"

"Kamu mungkin bisa menipu orang-orang panti tapi tidak untuk kami, Rain tidak pernah bersikap kasar.Aku mendapatkan surat yang dia tulis mengenai identitas asli kalian." Lukas mengeluarkan kertas dari sakunya.

"Bermain peran? Aku bisa dengan mudah melihat itu." Ucap Terian terduduk di lantai kayu.

"Kalian adalah seorang bangsawan dan ahli sihir bisa dilihat dengan jelas nama kalian yang tertera di surat ini haruskah aku membaca atau langsung memberikan kepada pihak kepolisian? Sekarang katakan dimana Rain dan Terian sekarang!" Chandra memperlihatkan sebuah kertas dengan tulisan tangan Rain.

"Dari mana kalian mendapatkan surat itu?" tanya Rain.

"Oh berarti kalian sudah menjawab pertanyaanmu yang lain jika kalian benar-benar seorang penipu! Aku akan segera memberitahu Duke Han."

"Hei tenang lah bocah, kami disini tidak akan menyakitimu jika kamu bekerja sama dengan kami dan tidak mengganggu jalan." Ucap Terian "Kalian pikir dengan tipuan bodoh ini.."

'Seirah'

Bruuakssss

Dari tangan kiri yang terikat Terian mengeluarkan pedang rapier dari sihir air.Tanpa hitungan menit pedang tersebut memotong tali sihir hempasan udara dari pedang tersebut hampir memotong gudang kayu tua ini.Di saat yang bersamaan Terian berubah menjadi seorang bagsawan Barron Josep Mirniae.

"Wahh..!" Lukas dan Chandra mundur dan menghindar dari serang pedang Rapiar.

"Sudah ketahuan ya?" Gumam Josep.

"Bagus! Sekarang lepas ikatan ini." Ucap Rain yang terduduk di lantai sambil mengarahkan tali di pergelangan tangannya.

"Hmm.. lebih baik kamu di sana untuk lebih lama, Alex." Ucap Terian "Kamu terlihat cocok dengan cara berpakaian ini hahaha..."

"CEPAT LEPASKAN JOSEP!"

"Kalian!" Lukas terlihat sangat terkejut dengan apa yang dia lihat.

"Apa kau mengenalnya, Lukas?"

"Mereka, dua orang bangsawan yang terlibat permasalahan dengan Rain dan Terian, kami bertemu di bar bersama Tuan Redian." Wajah amarah terlihat jelas pada Lukas, postur badan siaga untuk mengaktifkan sihir "Jadi kalian dimana Rain dan Terian sekarang!!"

"Apa kalian ingin bertemu dengan mereka? Aku bisa mengantar kalian kepadanya."

Josep berjalan menghampiri Lukas, mengetahui jika sihir yang Lukas dan Chandra miliki tidak akan bisa melawan, mereka mencoba memutar rencana.

Lukas dan Chandra mencoba untuk menghindar dari pandangan Josep dengan bertahan dari balik rak.

"Sudah cukup pentak upetnya." Ucapnya dia menghancurkan rak-rak yang berada di depannya "Kelinci yang malang sekarang masuk jebakan, LUKAS?"

Lukas terpojok dari dinding, tidak banyak yang bisa dia lakukan dari sihir hingga kekuatan mereka kalah terak Josep dengan cerdiknya berhasil mengarahkan Lukas ke jebakan.

"Sayang sekali pada hal kamu memiliki masa depan yang cerah dengan kehidupan yang tenang.Rain yang kalian pikirkan itu, hanya sekedar boneka berjalan." Ucap Josep dan mengarahkan pedangnya pada pundak Lukas "Sekarang karena kalian sudah mengetahui kenyataan yang ada kami tidak bisa membiarkan kalian hidup."

"Badan ku terasa seperti diikat." Gumam Lukas berusaha menggerakkan badannya.

"Lepaskan Lukas!" Chandra berusaha untuk melawan dengan melempar barang yang berada di dekatnya.

"Kau tahu ini hanya sia sia? Lagi pun ku bisa saja melupakan kalian tapi sayangnya dia akan marah pada ku, kasus yang sama dengan kematian nenek tua sialan."

"Apa maksudmu??" Chandra terlihat sangat terguncang mendengar apa yang dikatakan bangsawan tersebut "Ka-kalian yang membunuh nenek kantin??"

"Nenek kantin? Oh nenek tua bodoh yang mencoba mengancamku dengan nama Rain Vanz de Kany HAHAHAHA..." Josep terlihat sibuk dengan pikirannya, amarah pada dirinya membuat tali yang mengikat Lukas semakin kencang "Lihat dirinya sekarang mati sia-sia, dengan mengatakan jika Tuhan akan menghukum kami?!"

"KAU SIALANNN!!!!"

Chandra memegang tongkat besi panjang dia berlari kencang berusaha memukul Josep, tanpa dia sadari tongkat yang dipegang membuat sihir api di sekelilingnya.

"ORANG SEPERTIMU TIDAK PANTAS HIDUP!!" Amarah dan air mata yang di keluarkannya menjadi bahan bakar sihir yang di bagun.

"MATI SIALAN!!"

BRUAKKSSSSS

Sihir api itu hampir melukai Josep dan seketika melepaskan sihir yang mengikat Lukas, dia terhempas cukup jauh.

"CEPAT LARI LUKAS!" Chandra menarik tangan Lukas dan berusaha untuk keluar dari gudang.

Asap yang dikeluarkan api tersebut menghalangi pandangan mereka untuk sementara, dengan kaki kanan yang terluka Lukas berusaha berlari sekuat mungkin untuk keluar.

"HAHAHA.... KALIAN MAU KEMANA?!"Ucap Alex sudah terlepas dari ikatannya, dia berdiri dan menghalangi pintu keluar gudang "Bukankah tugas kita belum selesai?"

BRUAKSSSS