Chereads / THE QUANTUM (Indonesia Ver) / Chapter 34 - KISAH ANAK MORIANA 14 : Emas dan Ego/ E^2

Chapter 34 - KISAH ANAK MORIANA 14 : Emas dan Ego/ E^2

Hari minggu adalah hari yang paling di senangi para anak-anak tentu saja bukan hanya anak-anak yang menyukainya, suasana pasar yang tidak jauh dari panti terlihat cukup ramai di penuhi oleh orang-orang yang sedang berlalu lalang dengan kesibukan mereka masing-masing. Cuaca yang sangat cerah untuk berjalan-jalan keluar.

Aku mengenakan setelan pakaian sederhana sehingga tidak banyak mata yang menuju pada ku, sejujurnya aku lebih menyukai dengan setelan pakaian sederhana dengan kemeja putih polos.

"Di sana tidak terlalu jauh bukan," Ucap Terian menunjuk pada sebuah tokoh buku tua dengan dinding kayu yang terlihat kusam, dari penampilannya toko ini sudah berdiri cukup lama.

Kaca berdebu pada etalase toko, kaset pintu yang telah mengusam, aroma buku tua dan debu tercium, seseorang kakek tua menjaga tokoh dengan tongkat kayunya sedang merapikan rak buku.

KRINGGG KRING

"Ini sebenarnya toko buku bekas tapi ada beberapa buku yang masih baru, tentu saja dengan harga yang sangat murah dibanding toko buku lainnya." Ucap Lukas memasuki toko dan melihat-lihat beberapa buku " Sebenarnya aku tidak tertarik dengan membaca buku tapi karena ada ujian masuk untuk militer mungkin beli beberapa buku untuk ujian nantinya tidak masalah."

"Selamat datang ad-OH nak Terian dan Lukas..." Ucap Kakek Tua penjual buku, katanya terhenti ketika dia melihat ku "Saya baru pertama kali melihat anak kecil berambut perak ini."

"Selamat siang, panggil saja Rain saya teman baru Terian." Ucap ku dengan ramah memperkenalkan diri.

"Anak yang sangat sopan... pilihlah buku yang kamu inginkan, buku-buku disini cukup tua tapi masih bisa di baca." Kakek Tua penjaga buku tersebut terlihat sangat ramah pada anak-anak.

Terian dengan cepat mencari buku yang ingin dia beli sedangkan aku hanya berkeliling mencari buku yang menarik pandang ku.Toko buku ini berlantai kayu kokoh dengan dinding wallpaper yang mulai mengusam, langit-langit kayu yang sangat berdebu, di sudut ruangan terdapat tangga kayu menuju lantai dua, ukuran toko buku yang tidak terlalu besar dengan beberapa rak buku dan sekat, beberapa lukisan tua masih terpajang di beberapa sudut dengan pencahayaan ruangan yang terbilang lebih redup.

Sebuah buku menarik perhatian ku "Radian Mana" buku ilmiah yang sudah usang, aku membaca sekilas mengenai buku tersebut, buku mengenai sihir mana seperti Wikipedia sihir yang sangat jadul.

"Mungkin akan berguna." Ucap ku mengambil buku tersebut dan meletakan pada meja pembayaran.

Sekitar 30 menit aku dan Lucas menunggu Terian mencari buku yang sedang dia inginkan, dia terus bolak-balik di setempat yang sama.

"Kamu hanya mencari di tempat yang sama Terian, buku apa yang sebenarnya kamu cari?" ucap ku padanya dengan rasa lelah menunggu.

"Buku mengenai 'Sejarah Unsur Zat Pembangun Sihir' kemarin aku melihatnya disini." Ucap Terian mencari di rak buku yang sama.

"Coba kamu ingat-ingat lagi, apa mau cari di tempat lain?" tanya Lukas membantunya mengecek ulang rak buku.

"Tidak, bukunya cukup langkah karena di produksi terbatas. Kata Kakek penjual, buku tersebut belum terjual."

"Mungkin terselip dengan buku-buku lain." Aku terpaksa membantunya mencari jika tidak ini tidak akan selesai hingga buku tersebut di temukan.

Aku menyusuri rak buku yang berdekatan di mana Terian melihat buku tersebut, sebuah buku yang terlihat familiar di mata ku 'Sejarah Unsur Pembangun Sihir' buku dengan cover merah tua yang kusam namun tulisan yang masih jelas di baca.

"Hah! Ini kah yang sedang di cari Terian."

Ketika aku sedang menyentuh buku tersebut tiba-tiba kepala ku menjadi sangat pusing dan tidak sengaja menjatuhkan buku yang membuat suara yang cukup keras.

"A-apa kepala ku.."

Aku memejamkan mata ku erat-erat berharap rasa pusingnya menghilang, badan ku tidak dapat berdiri tegap karena menahan rasa sakit, tangan ku memegang erat dada ku yang berubah menjadi sesak.

"Apa ini Jean?"

Ketika aku membuka mata hanya hitungan detik potongan-potongan ingatan seseorang bagaikan gambar yang bergerak di depan ku.

Di potongan gambar tersebut aku hanya melihat tangan ku yang sedang sibuk membuka buku yang sama di atas meja yang sangat berantakan, suasana ruangan yang sangat gelap dengan hanya setangkai lilin menyala di sudut bagian meja, meja kayu dengan ukiran yang terlihat mahal tidak ada yang aneh dengan gambar sekilas tersebut kecuali dia adalah seorang yang sangat sibuk dan berantakan.

"Ini bukan ingatan Jean..." gumam ku

"Rain?! Kamu baik-baik saja?" suara dari Terian dan Lukas menyadarkan ku "Rainnn!."

Rasa sesak di dada ku maupun rasa pusing di kepala ku seketika menghilang seketika, Lukas menopang badan ku, ketika kesadaran ku mulai kembali aku melihat Terian dan Lukas yang terlihat sangat panik dan khawatir.

"A-aku baik-baik saja." Ucap ku menenangkan mereka "Ini buku yang sedang kamu cari Terian?"

"Oh iya bagaimana kamu bisa menemukannya."

"Benarkah jika kamu lagi tidak enak badan jangan memaksa diri, bagaimana jika kita langsung kembali ke panti saja." Ucap Lukas.

"Iya kita langsung pulang saja, lagian bukunya sudah ketemu." Terian meletakan buku tersebut di atas meja kasir.

Kakek tua menjual menghitung jumlah harga buku dengan sebuah alat ketik yang terlihat sangat tua, besi-besinya pun berkarat di balik itu mesin ketik tersebut dapat di gunakan dengan sangat baik.

"Semuanya 5 perunggu 3 tembaga." Ucap Kakek penjual buku.

"Nanti ku ganti ya Rain, ku kira aku tidak akan belanja banyak hehe..." Ucap Lukas setelah mengecek uang yang dia bawa tidak cukup.

"Tidak perlu aku akan mentraktir Lukas juga."

"Heh benarkah? Terima kasih ya Rain."

Aku mengeluarkan 1 keping emas dalam kantung saku ku.

"AH!! E-EMAS??!" Teriak Terian dengan terkejut melihat koin emas yang ku bawah.

"WAH A-AKU baru kali ini melihat keping emas..." Lukas memajukan badannya dan melihat keping emas dengan sangat dekat "Boleh kah aku menyentuhnya?"

"Tuan Muda bisa menggunakan uang kecil saja, saya tidak memiliki kembalian sebanyak ini." Entah mengapa Kakek Tuan tersebut berbicara sangat sopan pada ku.

"Saya tidak memiliki uang kecil sekarang, apa bisa saya tukar terlebih dahulu?"

"Penukaran emas hanya bisa di lakukan ke bank Tuan Muda."

"Kalo begitu ambil saja kembalian untuk An-"

"Tidak Tuan Muda saya tidak bisa mengambil dengan kembalian sebanyak ini."

"Izin biar saya saja yang membayarnya, Tuan Muda Rain." Seseorang laki-laki dewasa dengan rambut pirang mencolok dengan mata jingga, menghampiri kami dan membayar buku ku "Anggap saja ini pembalasan budi saya Tuan Muda Rain haha..."

"Siapa?" Aku bahkan tidak mengingat siapa dia dan apa yang pernah ku lakukan padanya.

"Heh?! Anda tidak mengingat saya??" tiba-tiba Pria berambut pirang bersikap emosional.

"Siapa Rain? Dia kelihatan mengenal mu dengan baik." Bisik Terian pada ku.

"Selamat siang Tuan Muda Rain Vanz de Kany Cahaya Negeri Zafia Kerajaan Negeri Agasthya Ira Ekaraj, saya Jerry Kornel penjaga khusus kediaman Duke Zafia." Seketika dia memberi salam ala militer "Sa-saya penjaga kediaman Duke Han, kita pernah berbincang sejenak ke rumah kaca."

"Hati-hati Tuan Muda, ada sesuatu yang tersembunyi darinya," ucap Lividus pada ku, mendengar ucapan dari Lividus aku mencoba tidak melakukan kontak dengannya.

"Ahh... aku mengingatnya." Walaupun sebenarnya tidak, kalian tahu semua wajah penjaga itu rata-rata mirip-mirip.

"Be-benarkahh?!! Anda mengingat saya."

"Iyah... tentu saja Tuan Kornel." Berbohong untuk kebaikan itu tidak apa-apa, lagi pula dia sudah mau membayar buku ku.

Kakek tua penjaga buku melihat ku dengan mata tajamnya. Aku bisa mengetahui dengan mudah jika dia merupakan pensiunan prajurit atau memiliki tingkat yang lebih tinggi, Mata elang yang melihat ku penuh penasaran, postur tubuh yang masih tegap, tangan yang kasar, menggunakan tongkat untuk menjaga jalan kakinya yang tidak stabil dan yang paling mencolong pajangan bingkai foto kecil di atas meja yang tersembunyi di balik tumpukan buku. Seorang berpakaian lengkap dengan pedangnya berdiri bersama seorang wanita muda.

"Tolong jangan melihat ku dengan tatapan menyeramkan, apa dia mencurigai ku?" pikir ku mengalihkan pandangan ku padanya.

"Terima kasih atas kunjungan Anda, silakan kembali lagi." Ucap sang kakek dengan membungkuk ala militer.

Tidak ada rencana spesial setelah ke toko buku, Terian dan Lukas berencana langsung pulang karena sakit di dada ku yang terjadi secara tiba-tiba.

"Terima kasih atas bukunya." Ucapku pada Penjaga Kornel.

"Jangan di pikirkan haha, apa setelah ini Anda ada rencana?"

"Tidak ada."

"Kalo begitu bagaimana kita jalan-jalan sebentar, saya memiliki sebuah rekomendasi tempat makanan enak! Sebuah kehormatan bisa mentraktir Anda Tuan Muda hohoho..."

"Bole-bole" Ucap Terian dengan semangat.

"Apa tidak apa-apa?" Bisik Lukas pada ku tentu saja orang yang masih asing mencoba mentraktir akan terlihat mencurigakan.

"Hmm sepertinya dia memiliki wajah polos yang baik-baik." Ucap ku melihat wajahnya yang sangat ramah pada setiap orang yang berlalu lalang, peringatan dari Lividus membuat ku penasaran siapa dia sebenarnya sisi otak ku berbicara jika dia bukan hanya sekedar penjaga rumah biasa.

Penjaga Kornel mengajak ku berkeliling dan melihat-lihat area toko penjualan yang sangat ramai, mulai dari penjual toko roti, makan pasar, toko kerajinan, hingga toko alat-alat sihir. Beberapa kali Penjaga Kornel mentraktir dan memaksa ku menerimanya, Terian dan Lukas terlihat menikmati liburan hari ini.

"Wahhh... terima kasih banyak Tuan Kornel Anda sungguh baik hati, apa tidak masalah Anda memberikan hadiah sebanyak ini?" Ucap Terian dengan tangannya yang penuh berbagai macam makanan dan barang.

"HAHAHA... Tidak apa-apa sungguh sebuah kehormatan bisa membantu Tuan Muda Rain dan Temannya, Ha! Lihat ini merupakan tempat makan favorit saya Tuan Muda." Penjaga Kornel menunjukkan ku pada sebuah bar makan kayu yang cukup ramai, di depan terdapat sebuah spanduk kayu besar bertulis 'BAR MAKAN PAK BUDI'

"Wah pak Budi memang terkenal hingga dunia paralel..." Gumam ku ketika membaca spanduk bar makan tersebut.

Suasana Bar makan ini terlihat cukup berantakan, beberapa meja dan kursi penuh dengan orang yang sedang sibuk, terlihat bar makan yang cukup terkenal di wilayah ini, di depan pintu langsung berhadapan dengan seorang pramutamu yang sedang meracik minuman.

"Kita duduk di sini Tuan Muda, saya akan memesan makan sebentar.Terian bisa bantu ku sebentar membawa minuman nantinya." Ucap Penjaga Kornel mengarahkan kami pada meja makan kosong di sudut ruangan.

"Baik lah Tuan Kornel Terima kasih atas makanannya, apa ada yang perlu saya bantu?" ucap Lukas.

"HAHA... Tidak masalah, Lukas cukup di sini mengawasi Tuan Muda Rain."

"Ba-baiklah."

Aku sedikit tidak biasa dengan suasana berisik orang-orang bahkan aku bisa mendengarkan percakapan seseorang saking besarnya dia bersuara, untungnya kami mendapatkan meja dekat dengan jendela sehingga aku bisa menghirup udara segar sejenak.

Sebuah kereta yang tidak asing di mata ku berhenti tepat di depan pintu bar makan, Kereta kuda sederhana dengan kusir ber kuda dua, jendela tertutup rapat dengan lapisan kaca gelap, bayangan seseorang sedang duduk di dalam kereta tidak terlalu jelas, Kereta kuda tersebut memiliki patahan roda, serta 2 kuda cokelat penarik dan sebuah peti penyimpanan yang cukup besar di belakang kereta mereka.

Mata ku tidak berhenti terdiam, dengan mudah aku dapat mengetahui kereta siapa yang terparkir di depan Bar makan.

"Kereta Si Penculik." Gumam ku, tentu saja aku tidak dapat membiarkan mereka lolos begitu saja "Luar biasa bagaimana cara mereka bisa menghindari polisi, kereta yang sama berubah menjadi kereta taksi dengan sebuah gantungan kayu di pintu depan kereta, aku sangat yakin ini merupakan kereta yang sama dengan si Penculik."

2 orang laki-laki dewasa turun dari kereta, mereka berpakaian rapi dengan setelan jas, sepatu hitam mengkilap, topi hitam tinggi, salah satu dari mereka berambut ungu gelap dengan berjalan lebih santai dari rekannya yang terlihat lebih sopan dan kaku.

"Hahaha sudah ku katakan pada mu kemarin, Josep." ucap si bangsawan berambut ungu gelap, terlihat dari penampilannya dia merupakan seorang keturunan bangsawan, memiliki postur tinggi, mata biru langit dan tidak lupa dengan topi hitam tingginya.

"Y." Ucap rekannya yang sangat terlihat kaku dan sopan, wajah tegasnya dengan rambut pirang, mata elang merah gelap yang melihat sekeliling ruangan, sifatnya yang sangat teliti berbanding terbalik dengan rekannya yang ceroboh "Hentikan kita di sini untuk istirahat sejenak lalu pergi, Alex."

Aku terus memperhatikan mereka hingga setiap detail hal kecil, tentu saja akan ku laporkan pada Tuan Han, seorang pria berambut pirang, Josep, memperhatikan ku seketika melihatku dengan rasa penasaran.

"A-apa dia menyadari ku? Pakaian ku bukan sebuah pakaian mencolok tidak mungkin dia menyadari keberadaan ku secepat ini." gumam ku menutupi wajah ku dan berpaling darinya.

"Ada apa Rain?" tanya Lukas penasaran melihat tingkah laku ku yang sedikit aneh.

"Jangan melihat kesini!" gumam ku pelan ketika melihat si bangsawan rambut pirang tetap mencuri pandang pada ku.

Ketika mereka sedang sibuk berbincang sambil berjalan mengarah tempat duduk depan bar pramutama.

"Lukass.. Rai-"

BRUKKK

Terian yang sedang berlari tidak sengaja menjatuhkan dan menabrak mereka, sehingga minuman gelas jatuh dan membasahi baju si pria berambut gelap, suara jatuh itu terdengar cukup keras yang membuat suasana canggung menyelimuti seluruh bar makan.

"HAH KECOAK SIALANN!!"

"MA-MAAF SA-SAYA TI-" Terian terlihat sangat gugup dan hanya menunduk ketakutan.

"APA KATA MAAF MU BISA MEMBERSIKAN BAJU KU?!" Si bangsawan berambut gelap membentak keras Terian yang dapat di dengar seisi ruangan.

"TERIAN?! Aku akan membantunya kamu tungg-"

"Tidak tetap diam di sini Lukas." Terian dalam masalah besar, tentu saja aku dan Lukas tidak bisa tinggal diam tetapi aku harus bisa melihat situasi yang terjadi terlebih dahulu.

"A-APA?!" Aku menahan Lukas yang sedang berdiri.

Penjaga Kornel tidak terlihat berada di area ruang makan bar ini sedangkan kejadian ini membuat semua mata tertuju pada mereka bertiga.

"Sa-saya akan membersihkannya...."

"APA KAMU TAHU BERAPA HARGA YANG HARUS KAMU BAYAR?! DASAR BOCAH BUSUK."

"Sa-saya aa..."

"Hey sudah lah Alex, kita di sini untuk senang-senang bukan?" Ucap rekannya yang berambut pirang dia terlihat ingin menghentikan tindakan temannya.

"ANAK INI?! KAMU AKAN KU BERI PELAJARAN!" Dia mengangkat tangannya dan berusaha melukai Terian.

PLAKK

"RAINN?! Ka-kamu baik-baik saja?"

Si bangsawan berambut gelap mencoba menampar Terian, tentu saja aku tidak bisa tinggal diam, ini sudah kelewatan batas.

"Bermain fisik dengan seorang anak kecil? Dasar pecundang." Bekas merah di pipi ku masih berbekas.

"HAHAHA.... KAMU PIKIR KAMU SIAPA DI SINI?!" Ucap si pria berambut gelap melihat ku dengan rasa rendah.

"Berapa?"

"APA?"

"Berapa harga baju mu? Akan ku ganti."

"HAHA.. Ini sangat lucu, ku rasa dengan kamu bekerja 1 bulan pun tidak bisa mengganti baju ku yang mahal ini."

Melihat wajahnya sombongnya sudah membuat ku muak, sifat bangsawan tamak sudah terukir di wajahnya dengan seusia yang cukup muda dia pasti hanya sebagai penerus yang belum pasti.

"Apakah ini cukup?" Aku mengeluarkan kantong saku ku dan melempar 3 keping emas di hadapan mereka.

"E-EMAS?!" Wajah terkejutnya membuat ku sangat puas, aku memandangnya dengan ras hina.

"Wah... Kartu AS atau Jenderal sekarang? hahaha.." Ucap Si bangsawan berambut Pirang tersebut.

Untuk seorang anak bangsawan busuk, tentu saja hal ini akan membuat dia sangat terhina dan tidak akan meninggal kan mata elangnya dari ku.

Suasana bar makan ini menjadi ricuh, namun tidak satu pun orang yang berani melerai, pertengkaran yang terjadi tentu saja mereka semua sudah mengetahui jika dua orang laki-laki ini merupakan keturunan bangsawan.

"HEY KEMARI LAH NAK AKAN KU BERI KAMU PELAJARAN YANG MENARIK."