Chereads / THE QUANTUM (Indonesia Ver) / Chapter 29 - KISAH ANAK MORIANA 9 : Arah dan Aras/ A^2

Chapter 29 - KISAH ANAK MORIANA 9 : Arah dan Aras/ A^2

Hari sabtu yang sangat gaduh bagi ku mulai dari misteri kereta di malam hari hingga sekarang latihan pertandingan dengan salah satu musuh teman ku Dio, dia seorang anak keturunan Moriana sifatnya tidak sengeselin si Polin bahkan berbeda 180 derajat dengannya kaku, pendiam, dan tidak perduli dengan keadaan sekitarnya, fisiknya terlihat sedikit lebih pucat, dia hanya seperti seorang anak no life yang terjebak di lingkungan yang ia benci.

"Dio?! Wah... ini sangat menarik jika Dio ikut dalam pertandingan kali ini." Ucap Guru Deren dengan senyum lebarnya, dinding pelindung sihir di aktifkan di tengah lapangan masing-masing kami di berikan sebuah pedang besi tumpul yang tidak terlalu berat bagi ku tapi tidak untuk badan ku yang kecil "Bersiap-siap pada posisi masing-masing! Sebelum memulai saya akan membacakan peraturan, 1. dilarang melakukan curang seperti membawa senjata lain selain pedang yang di berikan 2. Melakukan secara adil 3. Jangan kelewat batas ya ini hanya seru-seruan."

"Lividus?" gugam ku sebelum memulai pertandingan, kau tahu ini bukan curang ya aku hanya ingin memanfaatkan gugel yang ada di kepala ku.

"Iya Tuan?"

"Apa kamu bisa melihat atau merasakan elemen apa yang dia miliki? Air? Tanah?'

"Dia seorang sihir api dan tanah, mana aura yang ia miliki mana aura merah." ketika visual gambar yang di lakukan Lividus aku bisa melihat dengan mata ku sihir yang ia miliki.

"Merah?! Bukan kah ini mana aura yang paling tinggi, aku tidak bisa merendahkan lawan ku sekarang, haha... ini akan menjadi sangat menarik."

Aku melihat cincin ku yang berwarna ungu gelap.

"Semua siap-siap! 1...2....3!"

Kurang dari 1 detik aku menyerangnya dengan pedang ku, gerakan dan cara ku bertarung mulai meningkat dari sebelumnya mungkin karena Lividus membantu ku, dia menangkis dengan cepatnya sehingga aku dan dia bertatapan beberapa detik, sebelum menghindar ketika dia mengaktifkan sihir tanah untuk menjebak ku.

"Hati-hati dengan langkah mu." ucapnya datar pada ku.

"Terima kasih atas masukannya."

Secara tiba-tiba Dio menyerang ku dengan pedang sihir api dari arah belakang bahkan aku tidak melihat langkah dia berjalan, Aku menghindari dan membanting diri ku ke tanah untuk menghindari pedangnya, ia terus dengan cepat menyerang ku dengan pedang yang terselimuti api merah tersebut bahkan beberapa kali baju ku rusak terbakar.Taktiknya sangat pintar ia mengarahkan ku kepada jebakan di tanah yang telah ia letakan lalu mengarahkan ku untuk masuk pada jebakan yang ia buat.

"WAH apa yang terjadi? Aku tidak bisa melihat gerakan mereka?!" kata Chandra kagum.

"Wah gilaaa"

Setiap per detik aku tidak di beri ruang untuk menyerang bahkan mengaktifkan sihir ku, ia terus mendorong ku untuk salah langkah dan masuk dalam jebakannya.

"Hei beri aku ruang!" gugam ku kesal beberapa kali aku hampir masuk dalam jebakannya "Kenapa kaki ku sangat mungil ini membuat langkah ku sangat pendek."

Setelah beberapa menit aku terus menghindari jebakannya, tentu saja kaki anak kecil 4 tahun terasa cepat lelah membuat ku terjatuh cukup jauh, dia dengan cepat menghampiri ku dengan pendang apinya.

"Hmm..." katanya harus menatap ku dari atas.

Seketika tanah di bawah ku terdapat sebuah jebakan sihir, terdapat lingkaran sihir cokelat terang di bawah ku terduduk tiba-tiba muncul sebuah gumpalan tanah dari tanah yang menangkap ku pada tangan dan kaki kanan ku.

"BAGUS!! BERI DIA PELAJARAN!!" Teriak Polin dari sudut lapangan dengan gembira memberi semangat pada temannya.

"Sudah? Ini sangat membosankan dari yang ku kira." Ucapnya dengan melihat ku kesal, dia mengangkat pedangnya mengarahkan ke pundak ku sebagai tanda kemenangan.

"Haha ini baru awalan."

BROUHMMSs

Aku dari kejauhan mengaktifkan sihir bola api yang terus mengikuti langka dari Dio, dari arah kanannya bola api tersebut menyerangnya dengan cepat, ia terjatuh dan terpental cukup jauh dari ia berdiri.Sihir tanah yang menjebak ku menghilang, semua orang hanya diam dan terkejut dengan sihir yang ku aktifkan, bola api tersebut bergerak sangat cepat hanya berbeda per sekian detik dari target.

"Wah AHAHAH... sangat menarik, jarang ada anak panti yang berhasil menjatuhkan ku." Ucap Dio dengan seyuman lebar di wajahnya "Dasar."

Aku hanya mengerakkan tangan ku dan menyerang tanpa harus mendekatinya dengan pedang ku, beberapa kali ia terjatuh dan terpental yang membuat baju dan celananya robek dari bekas api.Guru Deren terlihat ingin menghentikan pertandingan yang berlangsung sedangkan Dio kelihatan kesulitan untuk menyeimbangi gerakan yang ku lakukan, jujur saja ia sangat berbakat dalam sihir jika terus di asah, dia beberapa kali mencoba menyerang cela ku ketika ia dalam kejaran bola api.

"Sebaiknya aku akhiri pertandingannya dengan cepat." Ucap ku melihat Dio yang kesulitan dengan langkahnya.

Aku bergerak dengan cepat dan mendekatinya mengarahkan pedang ku pada pundak belakangnya, dengan cepat ia menunduk dan mendorong ku di dada mengunakan sihir apinya membuat ku terpental cukup jauh hingga pada dinding berbatas sihir, belakang punggung ku sedikit sakit rasanya.

"Aku bisa melihat cela yang sangat terbuka dari mu, hanya segini? membosankan."

"Wah... gila dia tidak main-main hahaha..." Gumam ku dengan luka di tubuh ku, mencoba bangkit dari tanah.

"HEI! JANGAN KELEWATAN BATAS!!" Teriak Guru Deren ketika melihat pertarungan sengit antara aku dan Dio.

"HAHA! RASAKAN!!" Polin terlihat paling bahagia di sana ketika aku tersudut dan juga sebaliknya ia merasa kesal jika aku dapat melawan temanya.

Aku mencoba sebisa mungkin berdiri namun kaki ku seakan sulit untuk menompak badan ku.

"Tuan biarkan saya mengambil ahli." Ucap Lividus pada ku.

"Tidak! Kamu bisa saja melewati batas." Gugam ku ketika aku teringat dengan apa yang terjadi ketika Lividus mengambil ahli tanpa perintah ku.

BROOUK BROOUK

Dio lagi-lagi menangkap ku dengan jembakan tanah pada kedua kaki ku, ia berjalan mendekati ku.

"KAKI KU tidak bisa bergerak, HAH SIALAN!!" Ucap ku kesal sambil mencoba lepas dari perangkap yang telah dia pasang "Tenang lah Rain..."

"Selesai? Kau membuat pertandingan ini menjadi menyenangkan.Kamu membuat ku kagum walau sekarang berbeda 180 derajat." Ucapnya beberapa meter dari ku.

"Hahaha.. Kamu sangat pede dengan kekuatan mu? Aku yakin kau pun belum mengeluarkan kartu AS." Ucap ku tersenyum padanya "La Vaina Fulgur Elesca."

BROUUSSS TREIKKSS DRUAR

Seketika langit dia atas ku berubah menjadi gelap dengan pusaran angin di tengahnya, suasana angin terasa sangat kencang mengelilingi ku, lingkaran sihir Hira petir terbuka lebar di depan ku.Para anak-anak lain melihat sekeliling dengan ketakutan begitu juga Guru Deren yang mencoba menenangkan situasi.

"HAHAHA Kau menangkap kaki ku tapi tidak tangan ku!" Aku bisa melihat wajah terkejut Dio melihat ku dengan sihir tanahnya terlepas dari kaki ku dari hitungan detik petir dengan cepat menyambar dan mengikuti setiap gerakannya, para anak-anak panti berlarian masuk kedalam panti.

"Apa yang terjadi? Aku tidak mengalirkan mana sihir ku sebanyak ini."

Satu, dua, tiga kali ia salah langkah dan terkena petir ku, suara kesakitannya bergema di telinga ku.Guru Deren mengnonaktifkan dinding sihir dan menolong Dio yang terlihat kesulitan berjalan.

"HENTIKAN SIHIRNYA !!" Teriaknya

"RAIN!!"

"HENTIKAN SIHIRNYA RAIN!!"

Cincin ungu ku berubah menjadi biru langit, haruskah aku menghentikannya tiba-tiba badan ku terasa berat.

"Apa yang terjadi Lividus? Apa yang kau lakukan?!"

"Saya hanya memberi pelajaran padanya."

"Ini perbuatan mu?! Hentikan ! Aku perintahkan hentikan LIVIDUS!!"

Tanpa ku sadari Lividus mengambil ahli sebagian dari badan ku tanpa seizin ku, ia mengaktifkan sihir Hira dan mengalirkan banyak mana pada lingkaran sihir.

"RAIN HENTIKAN!!"

"RAIN!!"

Aku berdebat cukup lama dengan Lividus, sedangkan badan ku terbungkuk terasa semangkin berat aku sebisa mungkin tetap sadar dari rasa berat mata ku.

"LIIVIDUS KU PERINTAHKAN MU HENTIKAN!!"

"...."

"LIVIDUS!!"

"Baik Tuan, maaf atas keegoisan saya."

"Kau..!"

Ketika aku sedang menunduk menahan badan ku Tuan Fray datang dan memengangi pundak ku, ia membatalkan sihir Hira petir dan melihat ku dengan khawatir, sedangkan Guru Deren dan Dio mengalami luka luka cukup parah penjaga panti dan beberapa pelayan lain segera memberi pertolongan pada mereka.

"RAIN!! SADAR LAH!!" Ucapnya menopang badan ku "RAIN!"

Dari mata ku setengah sadar aku bisa mendengar dan melihat Tuan Fray terus memanggil ku, hingga kesadaran ku kembali.Aku terduduk di atas tanah dengan Tuan Fray dan beberapa peneliti berada di sekeliling ku.

"Anda baik-baik saja Tuan?" Tanya Jack pada ku.

"Apa yang terjadi? kepala ku sangat pusing."

"Anda hampir membunuh Teman dan Guru Sihir Anda, Tuan Muda Rain." jawabnya.

"Apa aku?!" ucap ku terkejut "Apa yang terjadi barusan."

"Dasar bodoh! apa kau gila bocah, coba pikirkan apa yang terjadi jika aku tidak ada di sini HAH!!" ucap Tuan Fray pada ku dengan kesalnya "Sudah ku katakan kendalikan mana mu! dengan memiliki mana sebanyak itu kamu tak hanya untuk menyelamatkan orang lain tapi bisa saja sebaliknya, kau mengerti bocah?!"

"Iya.."

"Sekarang aku harus melakukan cek up, aahhh.. bisa tidak Han beri waktu sebentar...."

Matahari mulai berada di atas kepala ku lapangan belakang yang kehijauan berubah menjadi retak beberapa bagian, para anak-anak panti lain berada didalam panti.

"Sebelum kita mulai beberapa cek up, sepertinya sudah waktunya makan siang hahaha...." Ucap Tuan Fray melihat jam sakunya "Ahhh aku laparr."

Sebelum cek up di adakan aku dan para peneliti makan siang di ruang makan, kehadiran mereka sudah di siapkan oleh pihak panti, kami makan bersama di atas meja dengan beberapa makanan yang telah di sajikan.

Terian, Chandra dan Lucas mereka melihat dari sudut meja makan yang berbeda, aku bisa merasakan jika mereka khawatir pada ku, jadi sebelum aku pergi ke meja makan aku berbincang singkat dengan mereka dan mengatakan aku baik-baik saja, Chandra terus memujiku dan memintaku mengajarinya sihir sedangkan Terian dan Lucas melihat ku degan rasa cemasnya dan berulang kali menanyakan kondisi ku.

Guru Deren dan Dio tidak mengalami luka yang berat mereka bisa beraktifitas walau masih terbatas, Polin dia masih melihat ku dengan mata rendahnya menatapku dengan kesal.

Selama makan malam Para peneliti dan Tuan Fray sibuk berdiskusi mengenai ku, sepertinya tidak ada waktu istirahat untuk tidak membicarakan hipotensis mereka.Bahkan untuk ku tidak ada istirahat tidur siang, menceritakan pada mereka mengenai kejadian yang baru saja terjadi tentu saja tidak menceritakan masalah Lividus yang mengambil ahli bagian kesadaran ku.Selesai makan siang aku bertemu dengan Guru Deren di ruangannya dan meminta maaf atas kesalahan ku.

"Maafkan saya atas kecerobohan yang terjadi." ucap ku dan meminta maaf padanya, ini semua memang bukan kesalahan ku sepenuhnya tapi apa salahnya meminta maaf telah membuatnya terluka.

"Tidak apa-apa Rain ini hanya kecelakaan haha.."

"Sebagai perminta maaf ku, aku sudah izin pada Tuan Fray untuk bertemu dengan mu beberapa menit sebelum cek up." Lagian aku juga sudah janji padanya.

"BENARKAH?!! TU-TUNGGU aku harus bersiap-siap sebentarrr!" ucapnya dan mengambil beberapa buku dan alat sihir anehnya.

Tuan Fray menunggu di lorong aula ia terlihat sibuk berbincang dengan pelayan aula, entah apa yang sedang mereka bicarakan sedangkan Guru Deren kelihatan gugup.

"Se-selamat Siang Tua-Tuan-"

"Fray, salam kenal Anda pasti Guru ahli sihir Rain di panti, hahaha.. Maafkan dia memang sedikit merepotkan." Ucap Tuan Fray dengan senyuman lebarnya dan memukul-mukul pundak ku.

"Ah! Sakit." Kata ku melihatnya sinis.

"Sa-saya penggemar Anda Tuan Fray, bi-bisa kah Anda mentanda tangani bu-buku ku?" Ucapnya sambil memperlihatkan koleksi buku yang ia miliki, terdapat 5 tumpukan buku cukup tebal dengan beberapa alat sihir anehnya.

"Haha.. terimakasih sudah mendukung karya ku Tuan Deren, kau lihat itu Rain." Ucapnya bangga pada ku "Dengan senang hati saya akan memberikannya."

"Haha saya yang merasa sangat terhormat tak hanya itu saya juga mengoleksi alat sihir ciptaan Anda yang jumlahnya terbatas! Seperti tongkat Nula, kalung Sulai, jam Jenlli, bla... bla... bla.."

"Wah luar biasa bla...bla..bla.."

Sekarang aku merasa berada di situasi yang sangat aneh melihat 2 orang dewasa yang tergila-gila dengan sihir, bahkan aku sudah berdiri 30 menit mendenggar ocehan mereka mengenai sihir dan beberapa unsur-unsur kompleks yang tidak ku pahami

"Hamh! Sudah jam satu siang apa kita jadi mau cek up?" kata ku seketika mereka terhenti.

"Hah benarkah? Hahaha Anda sangat luar biasa." Kata Tuan Fray tidak memperdulikan ucapan ku.

"Tidak juga, Anda merupakan inspirasi saya haha.. Apa Anda akan ada projek kedepannya?"

"Tentu saja ini mengenai Rain terkait antara pemilik dan mana yang terlibat jika seseorang dengan bla...bla..bla.."

"HAHKM!! Sepertinya kita akan telat." ucap ku dan menjadi penghalang antara mereka.

"Ha..! Sudah jam 1 siang kita lanjut diskusinya nanti Tuan Deren," ucap Tuan Fray mengakhiri perbincangan berat mereka.

"Terimakasih atas kesempatan berharga Tuan Fray, saya tidak sabar menunggu proyek teknologi baru Anda."

"HAHA..! Terima kasis atas dukungannya nanti akan saya undang Anda ke acara resmi perdana alat sihir saya Tuan deren.."

"Sungguh saya merasa sangat terhormat atas kesempatan berharga ini.."

"Kapan ini berakhir" gugam ku.

Selesai salam perpisahan yang sangat panjang antara mereka, aku dan Tuan Fray di izinkan mengunakan ruang tamu sebagai pengecekan kondisi ku.Suasana ruangan biasa untuk para bangsawan lantai beralasan karpet merah tua dengan hiasan panjangan di beberapa sudut ruangan meja dan sofa bersilang di tengah-tengah ruangan, jendela panjang dengan gorden terbuka membuat cahaya matahari berbias dalam ruangan.terihat para peneliti sedang duduk menunggu.

"Maaf-maaf telah menunggu lama HAHA" ucap Tuan Fray dengan santai masuk dalam ruangan "Dari pada membuang-buang waktu langsung saja kita mulai, oke."

Pengecekan kondisi ku berlangsung dengan lancar pengecekan meliputi kesehatan fisik maupun metal, fungsi organ hingga sihir ku, Nona Jurna menanyakan beberapa pertanyaan yang harus ku jawab, dan melakukan selangkaian tes baru sejak terjadinya peristiwa Lividus menyerah aku tidak di izinkan untuk memakan obat, makanan, maupun minuman yang mengandung obat sihir yang efek sampingnya sangat berbahaya di karenakan tidak di ketahui oleh pihak peneliti.

Setelah melakukan pengecekan kondisi ku, mereka sibuk dengan hipotesis yang mereka buat, dokumen-dokumen berserakan di atas meja mulai membuat ku suntuk diantara berbincangan mereka.

"Jam 3 sore lebih baik kita lanjutkan nanti, ad beberapa hal penting yang lebih baik di bahas pada tempat lain." ucap Tuan Drawan sedang membereskan beberapa dokumen.

"Kamu benar Tuan Drawan, Baiklah kita lanjutkan nanti dan Rain Kami akan melakukan cek up setiap satu bulan sekali oke!" ucap Tuan Fray menutup bukunya.

Sinar jingga mulai terbias di langit biru laut, aku mengantar mereka dari pintu depan panti terdapat 2 kereta pengantar.Hanya tersisa Tuan Fray dengan keretanya.

"Apa besok kamu ada waktu Rain?" tanyanya pada ku.

"Besok libur ada apa?"

"Hmm kalo begitu aku akan menjemput mu jam 2 siang dengan Han ya, ada sesuatu yang harus kita bicarakan."

"Baiklah."

"Sampai jumpa, Rain"

Tuan Fray menaiki kereta kudanya dan pergi ke luar pagar panti hingga hanya tersisa debu yang berterbangan.Hari yang melelahkan berakhir aku segerah bersih-bersih dan melakukan aktifitas ku seperti biasa hingga terbit fajar.