Chereads / THE QUANTUM (Indonesia Ver) / Chapter 24 - KISAH ANAK MORIANA 4 : Takdir dan Tagar/ T^2

Chapter 24 - KISAH ANAK MORIANA 4 : Takdir dan Tagar/ T^2

Jeratan tali akar tumbuhan mulai hampir setengah badan ku, akar-akar ini mengisap mana yang ku miliki, cuaca ketika itu sangat cerah, Tuan Fray dan peneliti yang lain masih berada di ruang dinding sedang mencatat penelitian mereka, aku dapat merasakan jika Jack berjalan menghampiri ku.

"Bukan Anda masih memiliki banyak mana, Anda masih harus belajar tak-tik ketika pertandingan Tuan Muda, saya dapat melihat banyak cela di sihir Anda, oh! apa ini sudah berakhir?" ucap Jack, dia berjalan menghampiri ku dan mengaktifkan sebuah pedang dengan sihirnya "Jika di dalam pertandingan sebuah pedang di letakkan pada bahu lawan maka ia yang akan pemenang pertandingan, jadi sepertinya aku menang dalam pertandingan kali ini, Tuan Muda Rain."

Sebuah pedang besi terletak di bahu kanan ku dengan sisi tajamnya mengarah ke leher ku, Tuan Fray dan penelitian lain menghentikan pertandingan dan dinding transparan menghilang, aku bisa mendengar langkah kaki yang berjalan mendekati ku.

"HAHA Benarkah kurasa pertandingannya belum berakhir." Ucap ku tertawa dan memegang pedang besi dengan tangan kosong, aku menggenggam-nya sangat erat hingga tangan ku terluka meneteskan darah.

"Tu-tuann tangan Anda bisa terluka." Ucap Jack terkejut melihat tetesan darah dari tangan ku, tali akar tanaman itu mulai melepaskan kaki ku dan Jack menarik pedangnya "Anda baik-baik saja Tuan? Tolong segera panggil medis."

"HAHA..INI BELUM BERAKHIR!" Teriak ku menatap Jack dengan mata merah menyala dengan mata kiri ku meneteskan darah, aku berdiri dan melihatnya dengan tersenyum.

Seketika Tuan Fray dan penelitian lainnya datang melihat keadaan ku, sedangkan Jack memundurkan langkahnya dari ku, darah ku terus menetes hingga sebuah di sebuah mahkota bunga.

"Kau baik-baik saja, bocah? Sudah ku katakan jangan kelewatan batas," ucap Tuan Fray berjalan mendekati ku "Tangan mu terluka?"

"Ku bilang ini belum berakhir!"

Tampa kendali ku, aku mengangkat tangan ku ke depan dan mengaktifkan sihir peledak dengan lingkaran sihir sangat besar bahkan melebihi tinggi ku, melihat itu para peneliti menjaga jarak dengan ku dan para peneliti lainnya mencoba menghindari serangan ku.

"APA?! KAU GILA YA BOCAH!!" tuan Fray mencoba menghindarinya, terlihat beberapa peneliti tersebut mengalami luka-luka dan terbanting cukup jauh dari lapangan, bekas sihir ledakan membuat kawah kecil di tanah.

Sedangkan tuan Fray terus mencegah ledakan tersebut berakibat fatal dan melukai orang lain, mendengar keributan beberapa penjaga datang dan mencoba menghentikan ku, tangan ku terus mengeluarkan sihir tanpa ku sadari, dan menyerang para petugas keamanan.

"HAHA MENARILAH UNTUK KU!"

"APA yang terjadi?! Sihirnya!" Seketika hanya tersisa Tuan Fray yang terus mencoba mendekati ku dan menyerang ku dari dekat.

Dia mencoba melawan ku dengan sihirnya, sebuah Hira petir di aktifkan, langit berubah menjadi lebih gelap seketika, petir itu datang dan menyambar terus- menerus, aku bahkan tidak merasa sakit ketika salah satu sihir itu mengenai ku.

"WAH GILA BAGAIMAN DIA..." Ucap Jack terluka, melihat ku dengan terkejut dan mencoba mengobati luka-luka yang ia alami, Nona Jurna sedang sibuk menolong para korban yang terluka dengan sihir penyembuh yang ia miliki.

"SUDAH? SEKARANG GILIRAN KU, mata mu.. keturunan Chaiden." aku melihat jelas raut wajah Tuan Fray dengan amarahnya, aku berjalan mendekatinya dan ia terus menyerang ku "SUJUD DI HADAPAN KU!"

Seketika semua orang yang berada di lapangan bersujud mengarah ku termaksud para penjaga yang sedang mencoba menghentikan ku, air mata darah mulai menetes di mata kiri ku, tekanan udara mulai berubah menjadi lebih berat, aura mana ungu mulai berada di sekeliling ku.

"A-APA?! Aku tidak bisa bergerak!!"

"MON-MONSTER."

"BAGAIMAN BISA DIA MENGUASAI PENGENDALI PIKIRAN?! IN-INI HIRA PALING TINGGI." Ucap terkejut Tuan Dairen seketika wajah angkuhnya berubah menjadi ketakutan, dia bahkan tidak berani menatap ku.

"DI-DIA BUKAN TUAN MUDA!" Ucap Jack bersujud melihat ku.

"INI..! INI SEMUA, AKU SUDAH MENCURIGAINYA." Ucap Tuan Hardey dengan suara ketakutannya menunduk kepala ke tanah "DI...DIA.."

"Pertandingannya belum selesai, kenapa kau menyerang ku dengan ragu-ragu, apa karena anak ini?" Ucap ku melihat Tuan Fray bersujud melihat ku "HAHA.. Aku belum pernah merasa sebebas ini, kau tahu tangan ini di penuhi banyak darah."

Pandangan ku melihat darah yang terus menetes dari tangan kiriku, terlihat lukanya yang cukup dalam namun bahkan aku tidak dapat merasakan rasa sakitnya.

"TUAN MUDA RAIN! Sadar lah kau sudah kelewatan batas." Ucap Tuan Drawan mencoba menyadarkan ku.

"RAIN?!! BERANI SEKALI KAU MEMANGGIL TUAN KU DENGAN MULUT KOTOR MU!" aku mencekik dan membantingnya ke tanah dengan sihir ku.

"HENTIKAN! TUAN MUDA..." Teriak Nona Jurna.

"HAHAHAH...AKU AKAN MENGHUKUM MU DENGAN TANGAN KU, MATILAH....!."

"BERGERAK LAHH!!!" Katanya pada dirinya sendiri yang masih terpengaruh sihir pengendali pikiran, dia tersujut mencoba sebisa mengerakan badannya tapi semua itu hanya sia-sia.

"MATI! MATI! MATI! HAHA..."

Ketika aku sedang mengaktifkan sihir untuk kesekian kalinya, seketika Tuan Fray tanpa ku sadari ia berhasil lepas dari pengendali pikiran ku dan dengan sangat cepat menyerang ku dengan sebuah jarum cahaya kecil yang menembus jantung ku.

"KAU..! Chaiden," ucap ku melihat asal dari jarum cahaya tersebut, membungkuk dan menahan rasa sakit dada ku, aku seperti merasa sangat kesakitan tetapi rasanya sangat hambar pada ku.

Semuanya kembali menjadi gelap dan aku terbangun di atas kasur ku, seketika ingatan itu muncul di pikiran ku seakan aku yang melakukannya.

"Apa yang terjadi, aku melukai orang-orang?" banyak pertanyaan yang terus bermunculan di kepalaku, apakah ini kejadian yang sama ketika aku kehilangan kesadaran di gedung penelitian Zafia yang berakibat sangat fatal "APA Jangan-jangan di-"

"Tuan Muda Anda sudah siuman?" Tanpa ku sadari kepala pelayan memasuki ruangan kamar ku, sepertinya ia sedang mengecek keadaan ku.

"Hah.. Iya barusan."

"Saya akan memberi kabar kepada Tuan besar jika Anda telah siuman."

Kepala Pelayan itu pergi meninggalkan ku sendirian dengan beberapa saat Tuan Han dan Tuan Fray memasuki ruangan ku, aku sedang duduk di sofa kamar ku dengan piyama dan sendal tidur ku, mereka kelihatan sangat terkejut melihat kehadiran ku.

"Wah kau masih hidup ya, bocah," ucap Tuan Fray dia melihat ku dengan sangat sinis, ku rasa hal ini berkaitan dengan perbincangan yang baru saja ku dengar.

"Kau baik-baik saja, Rain?" tanya Tuan Han melihat ku

"Iya sudah lebih baik"

Untuk beberapa menit perbincangan di mulai walaupun suasana-nya terasa lebih canggung dari biasanya, Tuan Fray mengatakan pada ku penelitian ini akan sulit jika harus di selesaikan dalam satu minggu walaupun terlihat Tuan Han tetap memaksakan penelitian ini di lakukan secepatnya.

"Han, ini sangat bahaya jika harus terburu-buru kau juga seorang dokter dan ilmuan bukan? Kurasa kau memahami maksud ku." Ucap tuan Fray kesal melihat Tuan Han, ia menyadarkan punggungnya di sofa "Lihat Rain, apa kau keberatan jika harus pergi ke panti?"

"Sebenarnya apa yang di katakan Tuan Fray memang benar adanya, mustahil jika harus di selesaikan dalam 1 minggu." pikirku, mungkin aku bisa menenangkan situasi ini dengan meyakinkan Tuan Han jika aku bisa menjaga diri ku "Iya aku tidak keberatan jika harus pergi kesana, aku mengerti rasa khawatir Tuan Han terhadap ku tapi jika harus memang pergi ke sana aku bisa menjaga diri ku sendiri, ku rasa Tuan Fray juga sudah menceritakan mengenai sihir ku."

Mendengar jawaban ku Tuan Han hanya diam dan meminum segelas teh di meja, terlihat jelas ia sangat membenci menyerahkan calon anak angkatnya ke tangan si pembunuh adik dan ibunya.

"Hahaha.. Dari mana kau mempelajari semua sihir itu Rain?" tanya Tuan Fray dan mendekatkan badannya penasaran "Ini sangat berbahaya! Kau tahu jangan melakukan hal-hal bodoh!"

"Haaa... entah lah sihirnya hanya terus keluar dari kepalaku." Ucap ku mengalihkan pandangan ku dan menunjukkan Lividus berada.

Malam mulai cukup larut dalam perbincangan kami, keesokan paginya aku bangun cukup siang tidak ada yang membangunkan ku di pagi hari, kepala pelayan menyiapkan pakaian dan cemilan ku, hampir seharian aku berada di ruang kerja ku.

"Dia sudah berdiri disana satu jam lebih, harus kah aku menyuruhnya dia pergi?" pikirku, melihat Kepala Pelayan berdiri di samping ku, untuk usianya ia memiliki badan yang sangat sehat "Hmm Kepala Pelayan."

"Iya ada yang bisa saya bantu Tuan Muda?"

"Anda boleh pergi istirahat."

"Tidak perlu Tuan Muda, saya di tugaskan untuk menjaga Anda."

"Istirahatlah aku akan memanggil mu jika memerlukan sesuatu."

"Baiklah Tuan Muda" Ucapnya dan berjalan keluar ruangan dengan langkah yang berat, suasana ruang kerja menjadi lebih sunyi.

"AHH!! Akhirnya aku sendirian tanpa ada yang mengawasi! Rasanya sangat lega." Aku menyadarkan punggung ku di kursi kerja ku, menaikkan kaki ku ke atas meja, dan duduk dengan santai sembari membaca buku.

Di masa lalu ku aku sangat menyukai membaca novel fiksi, komik, kartun maupun cerpen, aku selalu membayangkan diri ku berada di dalam dunia cerita tersebut, tentu saja karena aku tidak dapat melakukan itu semua di dunia nyata ku yang cukup memperhatikan, aku harap aku tidak kembali kesana.

"Tunggu dulu Lividus pernah mengatakan jika ada sesuatu yang sama berada di tubuh Tuannya dulu, Yuki?" seketika aku menutup buku ku dan pikiran ku terahlikan "Aku sempat membaca beberapa mengenai sihir-sihir Hira tinggi salah satunya pengendali pikiran, Yuki dia mengusainya dengan sangat baik, bahkan ketika itu naga Chairvyd Hara de Agasthya 'Pembunuh Kelinci' naga pelindung Kerajaan Negeri Agasthya Ira Ekaraj sejak turun menurun ratusan tahun lalu dari raja Edward IV Eknath de Agasthya, di ceritakan naga itu tunduk padanya, ia memiliki mana yang sangat besar menguasai semua sihir dan teknik dasar, menguasai Hira yang paling Tinggi, mananya berbeda dengan kebanyakan orang pada umunya.

.Pada manusia mana aura di bagi 3 tingkatan merah, kuning, biru warna biru merupakan mana aura yang sebagian banyak manusia memilikinya merupakan tingkatan paling bawah, warna kuning merupakan tingkatan kedua orang yang memiliki mana ini biasanya merupakan para tentara, ahli sihir, dan lainnya, warna merah merupakan tingkatan tertinggi hanya beberapa orang saja yang memilikinya biasanya orang yang memiliki warna aura ini mempunyai mana yang besar dan kuat.

"Di buku mengatakan jika memiliki mana aura berwarna ungu gelap."

"Iya Tuan, sesuatu sama yang pernah saya rasakan dengan Tuan saya sebelumnya, aura mana yang berbeda dari kebanyakan orang dan rasa jiwa Anda sama persis namun aku merasa ada sebuah retakan sehingga bagian kecil lainnya tertinggal, Tuan," kata Lividus di pikiran ku, hanya aku yang dapat mendengarnya.

"Jiwa ku, tertinggal?"

"Ya, jiwa Anda tertinggal."

"Apa maksudnya?"

"Sebagian jiwa anda tertinggal."

"Hah apa ini dia hanya mengulang pertanyaan ku, seperti mbah gugel berada di otak ku sekarang." pikir ku kesal dengan jawaban yang di beri Lividus "Dari buku sejarah jika Pahlawan Yuki dia mengorbankan dirinya pada suatu perang, seingat ku buku itu tidak tertulis secara detail apa yang sebenarnya terjadi, apa ku tanya ke Livi-."

Tiba-tiba suara pelayan mengetuk pintu, aku segera memperbaiki sikap duduk ku dan mengizinkannya masuk, seorang pelayan wanita memberi ku sebuah surat,Aku belum pernah menerima surat sebelumnya, surat ini kelihatan mahal dengan cap lilinnya.

"Selamat siang Tuan Muda Anda memiliki sebuah surat."

"Dari siapa?'

'Mohon maaf tapi saya tidak bisa baca." Pelayan wanita itu kelihatan gugup ketika memasuki ruangan ku.

"Baiklah, Terimakasih." ucap ku dan mengizinkannya keluar ruangan "Tidak ada nama pengirim, depan surat hanya sebuah tulisan alamat rumah."

Aku membukanya dengan rasa penasaran surat itu berbunyi

'Selamat atas kesuksesan dan penelitian yang sedang Anda kembangkan Tuan ku, Duke Han.."

"Duke Han ini bukan untuk ku." gumam ku terkejut ketika membaca surat ter sebut, pikiranku sangat penasaran sehingga membuat ku ingin menerus membacanya.

'Saya mengirim surat ini sebagai ucapan terimakasih atas kepercayaan Anda berikan pada panti asuhan saya, Anda tidak perlu merasa khawatir atas Tuan Muda Rain, saya bisa menjamin jika Tuan Muda Rain di berikan fasilitas yang layak.Panti Asuhan Sweria sudah berdiri puluhan tahun dan merupakan panti asuhan dengan fasilitas yang sangat baik, saya sendiri yang akan mengurus tuan Muda Rain.

Jika Anda tidak keberatan saya sedang menunggu persetujuan yang saya ajukan panda Anda, Anda tidak perlu menunda-nunda lagi, saya mengharapkan Anda selalu di berikan kebaikan cahaya Zafia.

Earl Gred Verdenrik'

"Bukan kah ini terlihat seperti sebuah surat ancaman?!" pikirku bingung ketika membacanya, rasa keraguan ku ketika membacanya "Seperti Tuan Han sudah menyetujui keberadaan ku ke panti, dan kata ' saya sendiri yang akan mengurus tuan Muda Rain.' seperti mengisyaratkan jika aku berada di tangan nya, ditambah terlihat permintaan permaksaan persetujuan sesuatu karena keberadaan ku."

"HAHA... kau pikir aku hanya anak bodoh ingusan yang akan mengikuti kemauan mu?!" Ucap ku kesal karena sikap angkuhnya, seakan ia yang merasa paling hebat disini "Apa aku harus memberi tahu Tuan Han? Mungkin nanti malam akan ku berikan."

Hari ini para ilmuan maupun peneliti tidak datang ke rumah, aku menghabiskan waktu sendirian bersantai-santai membaca buku, makan, rebahan. Di malam harinya aku memberikan surat itu pada Tuan Han, ia sedikit terkejut melihat ku memberikannya dan ia bertanya apakah aku membaca isinya, ku katakan tidak, aku hanya membaca awalnya saja seorang pelayan salah memberi surat kepada ku.

Beberapa hari berikutnya tepatnya sehari sebelum keberangkatan ku ke panti asuhan para pelayan sibuk menyiapkan beberapa koper pakaian, sejak terakhir kali bertemu dengan peneliti aku belum bertemu dengan mereka lagi, kurasa karena Tuan Han sudah menuju aku pergi ke panti asuhan mereka jadi tidak terlalu terburu-buru, perban ditangan kiri ku telah dibuka.Seperti biasa aku hanya rebahan seharian dengan membaca buku di sofa kamar ku, terkadang aku membaca buku ilmiah terkadang buku novel.

"Menarik juga, aku harus menyelesaikan buku ini karena besok aku akan pergi ke panti asuhan, ahh....kehidupan ku kaum rebahan akan segera berakhir."

"Tuan semua pakaian sudah di kemas," Ucap kepala pelayan dengan sebuah koper tangan cokelat di sudut ruangan "Saya akan segera menyiapkan makan malam, Tuan Muda."

"Ah iya, mungkin ini makan-makanan enak terakhir ku untuk beberapa bulan ke depan." gumam ku.

Betul saja juru masak menyiapkan makan-makanan yang cukup bayak di atas meja, di sana aku belum melihat keberadaan Tuan Han, mungkin ia akan pulang larut malam hari ini.Di malam hari aku menyiapkan beberapa benda penting yang ku bawah, seperti buku catatan ku, pena, jam saku dan beberapa uang untuk pegangan ku nantinya.

"Tuan Han selalu memberikan uang untuk ku tabung ia memberikan satu bulan 30 emas, walau menurutku itu terlalu banyak untuk ku."Aku mengecek brankas yang berisi uang tabungan ku, di sebuah kain tempat penyimpanan koin "Berapa yang akan kubawa? 50-terlalu banyak, 20 saja itu sudah cukup untuk 5 bulan lebih jika aku tidak banyak pengeluaran."

Ketika aku selesai menyiapkan beberapa keperluan yang akan di bawah, aku berencana akan tidur lebih cepat dari biasanya, tiba-tiba Tuan Han mengetuk pintu kamar ku.

"Apa kau sudah tidur Rain?" ucapnya ketika membuka pintu kamar.

"Belum baru saja mau pergi tidur." ucap ku ketika melihat jam pukul 11 malam "Kamu pulang lebih cepat?"

"Hah iya, duduk lah aku mau memberi mu sesuatu." katanya sambil mengajak ku ke sofa kamar ku, ia mengeluarkan dua buah mainan kalung dari kotak sakunya "Ini Liontin sihir, Batu Shin, aku bisa merasakan keadaan mu dari liontin ini, jika terjadi sesuatu Rain bisa memberi tahu kuk lewat liontin ini, tentu saja aku tidak mempercayai dia untuk menjaga mu di sana."

"Wah bagaimana cara mengunakan-nya?" batu liontin itu berwarna kuning keemasan dengan pinggiran besinya yang sangat indah.

"Cukup memakainya di kalung mu dan satu lagi pada ku." Ucap Tuan Han menggantungkan liontin tersebut di kalungnya dan batu Tia ku yang sedang ku gunakan, seketika warna kuning berubah menjadi lebih gelap "Kamu tidak boleh melepaskannya, lihat jika warnanya berubah aku sudah dapat merasakan mana mu, jika batunya terlepas dari dari mu aku tidak bisa merasakan mana dari batu mu Rain, dan kamu ingin memberi tahu sesuatu atau pertanda darurat cukup memberi sedikit mana pada batu ini, maka batu satunya akan memberikan pertanda dengan sebuah sinar."

Tuan Han mempratikannya di depan ku, batu miliki Tuan Han bersinar dengan sinar yang amat terang bahkan menembus kain.

"Wah keren bagaimana bisa terjadi? apa ini seperti telepon kuno?" pikir ku

"Berjanji lah untuk tidak melepaskannya." Serunya melihat ku dengan dalam dan memakai liontin satunya, aku bisa merasakan rasa khawatir yang ia rasakan.

"Aku berjanji, aku tidak akan melepaskannya."

"Baiklah, aku akan langsung bertindak jika beberapa menit batu ku tidak bisa merasakan mana mu, Rain."

Selesai urusan itu aku kembali ke tempat tidur dan pergi tidur, pagi harinya aku terbangun dengan suara kepala pelayan yang sedang sibuk di pagi hari malam ini tidurku tidak setenang biasanya, cuaca pagi itu terlihat sangat cerah.

"Kau sudah bangun Rain, duduk lah dan sarapan." Ucap Tuan Han di ruang makan "Jam 9 aku akan mengantar mu ke panti asuhan, apa semuanya sudah di kemas?"

"Sudah Tuan Besar."

Selesai sarapan kami pergi ke panti asuhan mengunakan sebuah kereta kuda Tuan Han, sepanjang jalan tidak satu pun suara terdengar, suasana kereta terasa sangat berat aku bisa merasakan cergaman tangannya, sebuah pagar pintu besi terbuka dengan tulisan di atasnya Panti Asuhan Seweria, terlihat sebuah gedung tua dengan masih di dominasi batu dan kayu, terdapat 2 lantai bertingkat, beberapa bangunan kecil di sudut halaman, memang kelihatan cukup mewah untuk ukuran sebuah panti asuhan. Lantai aulanya yang berkelamik dan lampu gantung, pintu utama dengan ukiran yang indah, terlihat beberapa anak-anak melihat ku dari jendela dengan para pengurus panti dan tentu saja Earl Venderik berdiri di depan pintu menyambut kedatangan ku.

"Rain kirim kan surat 3 hari sekali aku juga akan membalas surat mu," ucap Tuan Han pada ku.

"Baik lah, aku bisa menjaga diri ku jadi jangan terlalu khawatir." tentu saja setiap ku yakinkan Tuan Han aku baik-baik saja, dia tetap menampilkan rasa kesal dan amarahnya.Seorang Kursir membuka pintu kereta.

"Selamat datang di Panti Asuhan Sweria tuan Muda Rain Vanz de Kany Cahaya Negeri Zafia Kerajaan Negeri Agasthya Ira Ekaraj,.."