Suasana ruang kerja kantor Tuan Han, terlihat beberapa dokumen dan laporan yang masih menumpuk di atas meja, jam dinding menunjukkan pukul 12 malam namun Tuan Han terlihat masih sibuk dengan pekerjaannya, seorang sekretaris berada di ruangan nya mengunakan setelan jasa lengkap terlihat ia lebih lama bekerja disana sebelum Tuan Han, seorang pengawal pribadi Tuan Han berdiri tidak jauh darinya.
"Duke Han, pesanan anda telah selesai," seorang ilmuan membawakan sebuah kotak yang berisi perhiasan yang sangat indah.
"Ah benarkah, terimakasih." Kotak itu terlihat sangat indah dengan hiasan biru tua dan tutup yang transparan, di dalamnya terdapat sebuah kalung, cincin, gelang, dan satu buah anting dengan batu berwarna biru tua, dengan rantai emas murni "Aku akan melanjutkannya besok."
Kereta kuda terdengar keluar dari tempat pakirnya Tuan Han dan pengawalnya pulang lebih dahulu dari Si Sekretaris, terlihat kantor yang sepi dan sunyi, sesampai di rumah Tuan Han langsung pergi ke kamar untuk istirahat.
"Rain?" ucap Tuan Han melihat Rain yang tertidur di sofa, Daniel dan ketua pelayan yang berdiri mengawasinya "Ada apa? Rain menunggu ku?"
"Tuan Muda Rain, membuat sebuah surat untuk Tuan," ucap Daniel berdiri di samping pintu keluar.
"Dia tidak perlu menunggu ku, apa suratnya sangat penting?."
"Tuan muda ingin memberinya langsung kepada Tuan."
"Hah baik lah, kalian boleh pergi aku akan mengurusnya."
Daniel dan Kepala Pelayan pergi meninggalkan ruangan kerja tersebut dan hanya tersisa Rain dan Tuan Han, Rain tertidur lelap di atas sofa.
"Buku 'Sang Pemburu dan Jubah Merah' dia terlihat menyukai-nya." Ucap Tuan Han melihat sebuah judul di bukunya "Ini kah suratnya, apa isi nya sangat penting hingga Rain menunggu ku pulang?"
Tuan Han mengambil surat itu yang berada di atas meja tamu, surat putih biasa dengan Cap merah yang masih tertutup, ia mengambilnya lalu duduk di sofa kecil samping Rain.
"JEAN?!" Ucap Tuan Han terkejut membaca pembuat surat.
Kesunyian ruangan sangat terasa, jam dinding yang terus berdetak mulai menunjukkan pukul satu subuh, sinar rembulan yang bersinar sangat terang, kata demi kata di bacanya dalam kesunyian, selembar surat dengan tinta hitam pekat, Cap merah tuan yang telah terbuka, air matanya yang terus tidak terbendung membasahi pipinya.
Aku terbangun lebih pagi dari biasanya, kasur yang lebih empuk dari kasur ku membuat ku ingin tiduran lebih lama lagi, suara sibuk seseorang di pagi hari membangunkan ku, tirai tempat tidur terbuka, sinar matahari yang mulai berdatangan dari sela-sela jendela.
"Hah? Dimana?" kata ku pelan-pelan melihat suasana yang berbeda dari kamar ku.
"Sudah bangun Rain?" ucap Tuan Han yang sedang bersiap-siap dengan Kepala Pelayan yang sedang sibuk merapikan jas nya "Semalam kamu tertidur di sofa jadi aku membawa mu ke kasur yang lebih hangat, terimakasih untuk suratnya, Rain."
"Bukan aku yang membuatnya, dia terus meminta ku untuk memberikannya."
"Benarkah? katakan padanya 'terimakasih untuk semunya', sebaiknya kamu siap-siap Fray selalu laporan pada ku bawah kamu selalu telat latihan haha.." Tuan Han terlihat berbeda dari biasannya, ia terlihat lebih bahagia dengan wajah dan sorot matanya.
"Haha benarkah, aku akan bersiap-siap dulu." ucap ku kesal ketika membayangkan Tuan Chaiden laporan pada Tuan Han, dia pasti menjelek-jelekan ku.
"Sebelum itu kemari lah, aku ada hadiah untuk mu." Ucap Tuan Han mengeluarkan kotak perhiasan semalam "Ini adalah Batu Tia, batu sihir ini dapat menyerap mana orang yang memakainya, seperti sebuah wadah, jika kamu memerlukannya kamu dapat mengeluarkannya, kamu dapat melihat perubahan warna batu yang penuh dengan mana, jika warna merah maka batu tersebut penuh, jika warna ungu maka terisi setengah, jika biru seperti ini dia belum terisi atau belum sampai setengah terisi.."
"Wah sangat indah, tapi ini terlihat kebesaran dari ukuran ku." Ucap ku ketika melihat perhiasan besar itu, batu biru yang terlihat bersinar mengkilap, rantai emas yang mengelilinginya, ini pasti sangat mahal.
"Dia dapat mengepas dengan ukuran tangan mana pun, apa kamu ingin mencobanya." Tuan Han mengeluarkan sebuah cincin dari kotak tersebut, aku mengulurkan tangan ku, seketika cincin itu mengecil dan pas pada jari manis ku.
"Ke-keren bagaimana caranya, dia melakukan itu." Pikir ku terpana melihat keindahan dari batu itu pancarkan, Tuan Han memasang perhiasan lainnya pada ku aku terus terkejut ketika tiba tiba ia mengepas di tangan ku begitu juga anting yang bergantung di telinga ku tanpa harus di tindik terlebih dahulu.
"Kamu tidak boleh melepaskannya Rain, karena mana yang di dalamnya secara otomatis langsung masuk pada wadah utamanya."
"Baiklah aku mengerti."
Aku berjalan kembali ke kamar ku terlihat Daniel yang sudah menyiapkan baju baju ku, untuk sekian akhirnya aku tidak telat sarapan, perhiasan itu membuatku sangat berbeda, walaupun aku mencoba menutupnya di balik baju ku.
Pukul sembilan kurang Tuan Chaiden datang, aku sudah menunggunya di lapangan, sinar matahari yang mulai naik, terdengar suara kereta kuda yang memasuki halaman.
"Wah tumben kamu tidak telat bocah," ucap Tuan Chaiden terkejut melihat keberadaan ku di sana.
"Karena aku mendengar keluhan mu dari Tuan Han."
"Wah benarkah haha... baik lah kita langsung mulai saja, pertama mulai dari beberapa teknik dasar sihir, sebenarnya teknik dasar memiliki beragam matra dari pada aku menyebutkan-nya satu satu lebih baik kamu membaca buku ini dan langsung mempraktikkannya." Tuan Chaiden memberikan setumpuk buku tebal dengan kategori sihir yang berbeda beda dari api, air, tanah, dan angin.
"Setebal ini??"
"Iya, apa kau buta tidak bisa melihat?"
"Dasar, kalo bukan karena Tuan Han aku akan meminta guru lain." pikir ku pasrah dan tetap membaca buku itu sambil mempraktikkannya, sedangkan Tuan Chaiden hanya duduk dan mengawasi ku sambil minum teh.
Kalimat mantra cukup mudah untuk di hafal, aku dengan mudah berhasil melakukannya, tidak ada yang terlalu sulit bagi ku, selama itu aku hampir menyelesaikan 2 buku, buku itu tebal karena penjelasannya di setiap sihir, jika di hitung rata rata mantera sihir dasar sekitar 15 buah bahkan lebih.
"Bisakah kamu melakukannya dengan lebih baik, lihat sihir mu meleset sasaran!!' Teriak Tuan Chaiden dengan teh dan makanan manis di tangannya.
"Berisik, kamu tidak mengajari ku apa-apa!!"
Elemen dasar sihir satu per satu selesai ku pelajari, aku tidak memiliki kendala serius ketika melakukannya, mantra itu seakan sudah pernah ku gunakan dan pelajari sebelumnya.
"Wah ternyata aku memang terlahir jenius haha.." ucap ku bangga dengan apa yang ku lakukan, tersisa satu halaman lagi, dengan sinar matahari yang sangat terik ketika itu "Ah Panasnya, aku istirahat dulu saja kali ya, lagi aku sudah selesai mempelajari 4 buku hari ini."
Tuan Chaiden terlihat sangat sibuk dengan dunianya, ia mengawasi ku tapi seakan matanya tidak melihat ku, beberapa serbuk makanan yang berjatuhan di bajunya.
"Sudah jam 12 siang bagaimana, nanti kita lanjutkan jam 1" kata ku berjalan mendekatinya, Daniel yang sedang sibuk menyiapkan makan siang ku dan Tuan Chaiden di ruang makan.
"Haah benar juga tubuh ku keram karena terlalu lama duduk." Ucapnya berdiri dan meregangkan tubuhnya "Wah apa itu, Batu Tia? Jadi ini kenapa Han sibuk sekali meminta ku mencarinya, ia terus mengirim surat setiap hari menanyakan batu itu."
"Apa sesulit itu mencarinya?"
"Tentu saja batu itu sangat langkah, hanya ada beberapa di sini, sebenarnya ada batu sihir biasa yang dapat menampung mana, namun tidak sebanyak si Batu Tia ini, satu perhiasan batu ini bisa menampung jika sesuai perkiraan ku 1 minggu mana mu jadi kalo di total yang seharusnya kamu harus mengeluarkan sebagian mana mu setiap hari kamu dapat menampungnya sekitar untuk 1 bulan lebih aku cukup beruntung dapat menemukan batu ini hanya beberapa minggu, itu tidak boleh di lepas apa lagi kamu mengidap benturan mana itu bisa jadi pisau yang menyerang mu bocah."
Selesai makan siang dan istirahat aku melanjutkan latihan, terik matahari yang cukup panas, Tuan Chaiden membawa sebuah tumpukan buku yang ia ambil dari keretanya.
"Jangan bilang, kau hanya menyuruh ku membacanya saja," gumam ku kesal melihatnya.
"Baiklah, sepertinya kau tahu apa yang akan kau lakukan bocah hahah..." ucapnya tertawa melihat wajah kesal ku.
"Lagi?"
"Tidak tenang saja aku hanya bercanda, jadi karena ini lebih sulit yaitu kita akan mempelajari HIRA!!! atau gabungan dari sihir-sihir dasar, kita akan mempraktik-kan dari yang paling mudah, lebih di katakan paling aku kuasai."
Tuan Chaiden menghadapkan tangannya ke atas dan terdengar beberapa mantra dari lisannya, keluar sebuah lingkaran sihir, langit tidak terlihat bendung, tidak ada satu pun awal gelap, tapi secara tiba-tiba petir datang dan menyambar di tengah lapangan.
TRRRRRK DUARKK
"AAHHH, APA ITU??!" ucap ku terkejut berjalan mundur selangkah, secara tiba-tiba petir datang menyambar, terlihat bekas dari sambaran petir tersebut.
"Kau akan mencoba melakukan nya, sebenarnya ini merupakan Hira yang tergolong cukup sulit tapi aku yakin Hira yang biasa kamu dapat melakukannya dan mempelajarinya sendiri, petir terjadi dari pertukaran muatan negatif dan positif dari awan ke bumi, pada proses pembuangan muatan, media yang akan dilalui elektron atau muatan negatif merupakan udara, sedikit ribet tapi jika kau paham caranya akan mudah, manteranya 'La Vaina Fulgur Elesca" artinya agak sulit untuk di pahami, tapi intinya 'kemarilah petir~'"
"Baiklah aku akan mencobanya."
Aku berdiri dengan tegap, memfokuskan mana dan pikiran ku dan mengucapkan manteranya.
"La Vaina Fulgur Elesca!!" Lingkaran sihir muncul dari tangan ku namun setelah menunggu beberapa menit petir tersebut tidak muncul.
"GAGAL ya? Wah," ucap Tuan Chaiden menertawakan ku di belakang.
"Cih ini baru awalan!" gumam ku kesal aku mulai mencoba lagi "La Vaina Fulgur Elesca!" namun hal yang sama terjadi lagi, aku terus mencoba beberapa kali namun dengan hasil yang sama.
"Wahh ini akan lama sepertinya, aku akan minum teh dulu."
"La Vaina Fulgur Elesca!!"
Tiba-tiba aku merasakan angin di sekeliling ku, lingkaran sihir yang lebih besar dari milik Tuan Chaiden, secara tiba-tiba petir dengan cepat datang bergantian setiap detiknya selama 1 menit, suaranya terdengar sangat keras, bekas sambarannya terlihat seperti tanah gosong dan beberapa api kecil muncul, Tuan Chaiden yang tadinya berjalan menuju meja minum teh terhenti dan terlihat terkejut dan petir yang terus berdatangan.
TRIISSS DUUUAAR\\
"Wah..GILA," matanya melotot melihat kejadian sedang terjadi terpaku melihat petir yang terus berdatangan, para penjaga sekitar rumah berdatangan mengecek kejadian begitu juga para pelayan melihat dari dalam jendela, beberapa saat langit terlihat mendung.
"Ahh,,." ucap ku terkejut dengan sihir ku sendiri dan berjalan mundur untuk menjaga jarak dari petir tersebut.
Setelah selesai Tuan Chaiden melihat ku dengan sinis, ia membatalkan niatnya untuk minum teh, tentu saja aku membalasnya dengan sebuah senyuman.
"Bagaiman hohoho.." Ucap ku padanya.
"Bocah, sebaiknya aku harus mengajari mu cara megendalikan mana yang harus di alirkan pada lingkaran sihir terlebih dahulu."
"Kenapa, cukup mengalirkan mana ku kan?"
"Apa kau gila tadi itu sangat berbahaya, untuk orang normal mungkin akan memerlukan mana yang besar untuk mengaktifkan sihir tadi, kau harus bisa memperhatikan mana kamu seberapa banyak yang harus di alirkan pada lingkaran sihirnya, semakin sulit Hira nya memerlukan mana yang besar, semakin kuat sihir yang di hasilkan maka semakin besar mana yang di perlukan, sebagai contoh 1 petir memerlukan mana 5 jadi kalo 2 petir memerlukan mana 10 seperti itu." Ucap Tuan Chaiden seketika ia sangat serius ketika meneranginya "Kau harus bisa mengendalikannya atau seberapa besar mana mu miliki dan mencoba mengendalikannya, ini mungkin bisa menjadi keuntungan mu tapi juga dapat menjadi pisau yang melukai mu, Rain."
"Sebaiknya kita akan mempelajari Hira lainnya lusa, untuk sekarang kita akan mencoba mengendalikan mana diri mu, Rain.Pertama rasakan di hati kamu, lebih tetapnya pusat Zia."
Tuan Chaiden meminta ku menenangkan diri dan memejamkan mata lalu di lanjutkan dengan mengaktifkan sihir dasar, aku mencobanya berulang-ulang kali hingga aku bisa merasakan sebuah aliran tipis seperti listrik menjalar ketika sebuah lingkaran sihir aktif, rasanya seperti ada sebuah aliran air dalam tubuhku, aku terus melakukannya hingga aku terbiasa dengan membagi-bagi mana ku, terkadang tuan Chaiden menghentikan ku dan memperbaikinya, sasaran target terlihat sudah hampir hancur terkena sihir ku ber ulang-ulang, Tuan Chaiden masih di dekat ku untuk mengawasi ku, sinar terik matahari berganti menjadi lebih redup.
"Kau memiliki kemajuan yang luar biasa bocah, jam 04.12 lebih baik kita sudahi latihannya terlebih dahulu, aaahhh badan ku kelelahan kita lanjut lusa ya bocah."
"Baik Tuan Chaiden, terimakasih atas pembelajaran-nya," ucap ku walaupun ngeselin dia guru yang baik sebenarnya, entah mengapa aku lebih nyaman dengan nya.
"Chaiden? Fray, panggil saja Fray jangan nama keluarga ku haha..." Dia terlihat tertawa ketika mendengarkan itu, dan mengusap-usap kepalaku
"Ah iya, Tuan Fray."
"Daahh.bocah"
"Ahh dahh.."
Aku melihatnya hingga ia terlihat memasuki keretanya, terlebih dahulu berbincang-bincang dengan para penjaga di sana, aku membersihkan diri dan menganti baju ku.
"AHH lelahnya," ucapku berbaring di atas sofa kamar ku beristirahat sejenak sebelum makan malam tiba, terdengar kereta kuda memasuki halaman "Tuan Han? Dia pulang lebih awalkah?"
Benar saja di ruang makan Tuan Han sedang duduk di sana terlebih dahulu, ia terlihat sangat bahagia hari ini.
"Ha Rain, kemari lah kita makan malam bersama." Ucapnya kepada ku dengan senyuman lesung pipinya "Bagaimana latihan nya? apa kau menyukai-nya."
"Sangat menyenagkan, Tuan Fray memberikan banyak pembelajaran, aku sudah bisa membagi-bagi setiap mana yang harus dikeluarkan, menguasai semua sihir dasar dan mantra dasar api, air, tanah, angin, dan menguasai Hira petir."
"Aku sudah menduganya kamu dapat dengan mudah menguasainya Rain, besok jam 10 ada persidangan pengadopsian mu, aku sudah katakan pada Daniel di gedung V pusat, nanti kamu cukup menjawab apa yang hakim tanyakan tidak perlu takut.."
"Baiklah, berapa hari pengadilan-nya?"
"Jika cepat besok sudah selesai, tenang saja aku sudah menyiapkan semua dokumen mu."
"Baiklah."
Selesai makan malam aku kembali ke kamar, di pertengahan perjalanan aku dapat mendengar sebuah kereta kuda keluar dari kandangnya.
"Tuan Han? Dia hanya menyempatkan waktu makan malam dengan ku? Dia pasti sangat sibuk." untuk mengisi waktu ruang ku, aku melanjutkan buku novel yang ku baca 'Sang Pemburu dan Jubah Merah' menceritakan seorang pemburu liar, angkuh, tidak kenal takut berkelana tanpa tujuan bersama seorang anak perempuan kecil berjubah merah, tak hanya perbedaan sifat, perbedaan pakaian mereka pun yang terlihat mencolok, entah mengapa ini menyita waktu ku.
Aku berbaring membaca buku ku di atas kasur, sedang Daniel sibuk dengan pekerjaan nya, ia terlihat sedang melakukan persiapan untuk persidangan esok hari.
"Besok persidangan-nya, terlihat dari Tuan Han yang meminta ku tenang kemungkinan persidangan itu akan di hadiri oleh banyak pihak, apa lagi Tuan Han seorang Duke jika ia tidak berencana memiliki keturunan maka aku yang akan di angkat, siapa yang akan datang bangsawan? Politikus? Media? Kepolisisan? Warga asing?" pikirku yang bermunculan mengganggu waktu membaca ku "Kemungkinan pasti akan menolak kehadiran ku yang memperberat pembatalan pengadopsian ku, apa lagi kesejangan kasta terlihat jelas, walaupun faktanya aku memiliki darah murni tapi mereka tidak akan percaya begitu saja."
"Sekarang aku mengerti tekanan yang di pegan Jean jika dia di angkat menjadi salah satu penerus Duke, aku bisa membayangkan mata jahat itu mulai mendekati ku, bahkan dinding dapat mendengar semua yang ku ucapkan, tidak salah lagi jika kasus pembunuhan Jean terlibat 'orang dalam' mereka di bayar mahal untuk itu." Pikiranku mulai menjadi liar, setiap pelayan dirumah ini membuat ku menjadi prasangka buruk "Tenang saja Jean aku akan membalas semuanya dengan tangan ku sendiri, membuat dia tersiksa hingga ajalnya, bersujud di bawah kaki dengan orang yang telah ia bunuh."
Surat itu tersampaikan hingga 12 tahun lamanya, kata setiap kata yang ia tulis masih berbekas di ingatan ku bahkan ingat Jean menjadi ingat ku, ia harus kedinginan setiap hujan di malam hari, sebuah hadiah ulang tahun dari ayahnya yang masih tertutup rapat, ucapan terakhir kakak Han membuatnya terus menunggu dalam kegelapan.
Sebuah surat dengan kertas sederhana putih susu, berlapis tinta hitam pekat, memiliki Cap merah tua dengan cetakan mawar, tersimpan di balik saku celananya.
7 Juli 1376
Salam Kakak laki-laki ku 'Kak Han'
Apa kabar mu kak, baik-baik sajakan.
Jangan khawatir kesehatan Jean mulai membaik karena para dokter sekarang tidak sering memeriksa Jean terus, ibu dan ayah terlihat sangat sibuk tapi ibu, ayah setiap malam meruangkan waktunya untuk Jean, sejak pulang dari rumah sakit Jean tidur di sebuah kamar kecil dekat kamar nona Kalina tapi ibu bilang jika Jean di sini hanya sebentar, terkadang di malam hari terasa sangat dingin namun nona Kalina selalu menyiapkan selimut yang sangat tebal untuk Jean jadi terasa lebih hangat.Hari ini Jean berulang tahun hadiah dari kakak sangat indah, kakak Han tidak perlu khawatir Jean baik-baik saja sekarang, Jean selalu mengharapkan yang terbaik untuk kakak, ini untuk pertama kali Jean menulis sebuah surat untuk kakak, Jean ingin memberi tahu sesuatu yang tidak bisa Jean katakan, Terimakasih untuk semunya, terimakasih telah menjaga Jean dengan baik, terimakasih sudah memberi banyak mainan, terimakasih selalu berada di sisi Jean, sekarang kakak tidak perlu khawatir lagi Jean sudah bisa melakukan banyak hal sendiri sekarang.
Jean akan selalu menunggu kakak pulang,
Dari:
Jean
CAP DARAH (END)