Chereads / THE QUANTUM (Indonesia Ver) / Chapter 19 - CAP DARAH 19 : Marigord dan Merpati/ M^2

Chapter 19 - CAP DARAH 19 : Marigord dan Merpati/ M^2

Pandangan hamparan taman bunga violet disertai serbuk bunga Dadelion terbang tertiup angin, langit biru cerah yang sangat indah bagaikan sebuah lukisan, bayang-bayang pohon melindungi ku dari hamparan sinar matahari, aku hanya duduk dan menyandar di batang Pohon Angsana dengan daun yang ke kuningan.

Seorang anak laki-laki, ia mengunakan celana pendek merah tuan dengan kemeja putih creamnya, sebuah dasi Western Bowtie merah menggantung di lehernya, rambut seputih perak, mata biru langit yang sangat cerah dan kulit seputih salju, ia memiliki tinggi yang sama dengan ku, bahkan ia terlihat seperti ku.Anak laki-laki itu hanya duduk di samping ku dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun, angin yang terus datang menghempas serbuk bunga Dadelion.

"Terimakasih," ucapnya dan melihat ku.

"Apa?"

"Terimakasih, untuk semuanya."

Aku melihatnya tersenyum pada ku, dia terlihat sangat bahagia, lesung pipi manisnya terlihat matanya yang bersinar, angin yang berdatangan bersama serbuk Dadelion bersamaan air mata ku terus keluar tanpa perintah ku, aku merasa jika aku tidak akan dapat bertemu dengannya lagi.

"Jangan pergi," ucapku, aku mengangkat tangan ku dan berusaha mengapai-nya "Kumohon tetap bersama ku jangan pergi... jangan.., Jean."

"Terimakasih untuk semuanya.."

"JEAN...!"

Dia hanya tersenyum pada ku, dan melihat ku dengan sangat bahagia, seketika aku hanya melihat gerak bibirnya, bersamaan dengan aku terbangun dari bising-nya suara Tuan Chaiden di pagi hari, ia mendatangi ku dengan kesalnya.

"BOCAH! Sudah ku bilang jang-" Ia datang dan membuka tirai tempat tidur ku, ia seketika berhenti dan terkejut "Kenapa kamu menangis?"

Aku terduduk di tempat tidur ku, air mata ku yang terus mengalir tanpa perintah ku, bayangan hamparan bunga violet dan serbuk Dadelion yang teringat jelas di pikiran ku.

"Apa dia sudah pergi?" pikir ku, aku belum mengucapkan satu kata pun kepadanya hati ku terasa sangat sakit saat ia pergi.

"EH kau baik-baik saja, bocah!" ucap Tuan Chaiden memegang pundak ku, dengan raut wajah heran.

"Hah sudah jam 9, aku akan segera ke lapangan, maaf karena aku telat lagi."

Aku mengusap air mata ku dan berjalan dengan piama ku menuju kelapangan latihan, disana sudah tersedia beberapa alat latihan penembak sasaran sihir, terlihat seperti papan target panahan Tuan Chaiden terlihat tidak searogan biasanya, ia mengajarkan ku cara mengaktifkan sihir, mengendalikannya dan membatalkannya.

"Jadi setiap orang memiliki elemen dasar yang mereka miliki, elemen-elemen dasar ini sudah ada sejak seseorang lahir 4 elemen dasar tanah, api, air, udara jadi, bagaimana jika kita mencoba elemen dasar mana yang kamu kau kuasai, walaupun orang berusaha mempelajari elemen dasar selain ia punya itu bisa saja berhasil jika ia tekun mendalami-nya, namun terkadang seseorang sangat sulit untuk menambah elemen dasarnya, seperti sebuah takdir garis tangan," Ucap Tuan Chaiden ia langsung mempraktikan-nya di depan ku, dia dapat menguasai semua elemen dasar dan beberapa Hira, wajar jika ia menjadi ahli sihir sekaligus dosen.

"Baiklah, aku akan mencobanya, hanya fokus dan merasakan diriku kan." Ucap ku melihat Tuan Chaiden di samping "Fokus?bagaimana dengan mencoba sihir air?"

Aku mengangkat tangan ku ke depan dan mencoba memfokuskan ke dalam pikiran ku, seketika lingkaran sihir biru aktif, di sekeliling lingkaran biru itu terdapat sebuah simbol yang tidak ku paham, terlihat setetes air yang cukup besar dan terus membesar muncul di balik lingkaran sihir ku.

"Air? Coba tembak ke sasaran sana, cukup seperti menembak pistol, beri dorongan pada sihirnya."

Aku melakukan apa yang di perintahkan Tuan Chaiden pada ku, aku mendorongnya seakan menembak sebuah pistol, air itu tertembak tepat pada tengah sasaran dengan sekali coba, tembakan itu membuat sasaran busur itu terlihat patah.

"Wah kamu belajar dengan cepat ya bocah, bagaimana dengan tanah?aku penasaran apa kamu juga menguasainya, dari hipotesis ku mengidap benturan mana dapat menguasai semua elemen dasar." Terlihat Tuan Chaiden sangat terkejut melihat kemajuan ku.

"WAH Tuan Muda Anda sangat hebat, biasanya di umur 7 tahun hingga 10 seseorang baru bisa mengendalikannya," ucap Daniel kagum pada ku, ia terlihat seperti orang tua yang bangga pada anaknya.

"Mungkin karena aku membaca caranya di buku sihir terlebih dahulu, sehingga tidak terlalu sulit untuk ku." pikir ku, apa ada sebuah hafalan yang harus ku ucapkan sebelum mengaktifkan-nya dari buku sihir yang ku baca beberapa sihir mengunakan hafalan mantra "Caranya seperti tadi?"

"Iya, ini merupakan sihir yang paling dasar jadi kamu tidak perlu menghafal mantra-nya, bocah."

"Baiklah." Aku melakukan hal yang seperti yang ku lakukan tadi, lingkaran sihir cokelat terang dengan simbol huruf aneh sekelilingnya keluar.

GRUAKKK

Seketika tanah dibawah bermunculan naik ke permukaan secara tiba-tiba, julangan tanah itu tidak terlalu tinggi dan sangat keras seperti sebuah batu cokelat terang, julang-julangan itu membuat getaran di sekeliling, setelah beberapa menit julangan batu itu kembali ke tanah, hingga kembali rata.

"WAH ku pikir kejadian yang di filem tidak pernah ku rasakan, sama persis dengan sihir-sihir di filem, novel, komik fiksi" pikir ku terkejut melihat julangan tanah yang tiba-tiba muncul.

"Hmm bagus, sekarang angin."

Aku mencoba memikirkan dan memfokuskan diriku, seketika lingkaran putih transparan dengan simbol-simbol anehnya muncul, aku mencoba menembakkan pada papan sasaran.

BRUSHHH

Papan sasaran itu seketika terjatuh dan hempas ke belakang, aku tidak melihat jelas apa aku tepat sasaran atau tidak, tekanan kuat dari angin membuat papan sasaran itu patah tepat pada tiang penyangga-nya.

"Bagus bagus, yang terakhir api."

"Ogeh"

Aku paling penasaran dengan elemen api, mungkin karena para tokoh utama kartun yang memiliki elemen api sebagai elemen utamanya, aku mengangkat tangan kanan ku mengarah ke papan sasaran yang tersisa.

BRAHHSSS

"WAh." Mata ku terpaku dengan munculnya tiga buah bola api di lingkaran sihir merah terang itu.

Aku mencoba menembakkan pada papan sasaran, papan itu terjatuh ke tanah dan terbakar di beberapa sisinya, beberapa menit kemudian api itu mulai padam dengan sendirinya.

"Sesuai dugaan ku kamu menguasai semua elemen dasar dan kamu belajar dengan cepat ya bocah, jadi aku tidak perlu mencontohkan-nya satu per satu." Tuan Chaiden terlihat cukup kagum dengan ku "Jika kamu sudah terbiasa dengan sihir dasarnya, kamu tidak perlu mengaktifkan dengan lingkaran sihir cukup dengan tangan mu saja maka ia akan muncul."

Seketika Tuan Chaiden mempraktikan sihir dasar tanpa lingkaran sihir pada ku, dia hanya mengakat tangannya seperti sebuah wadah dan seketika bola api muncul di tangannya.

"Menarik, lalu api ungu kemarin?"

"Hah..Api Sesium, api itu memiliki tingkat yang sangat tinggi bahkan ia tidak bisa padam dengan air, memerlukan mana yang sangat besar untuk mengaktifkan-nya, di tambah dia sangat mudah menjalar pada benda yang mudah terbakar." Ucapnya dengan wajah sedikit bingung "Aku saja cukup sulit untuk mengaktifkan sihir api sesium, bagaimana cara kamu mempelajari-nya, hah bocah?"

"Entah lah ia muncul dengan tiba-tiba, karena itu aku hampir menghancurkan kota Zafia, apa api sesium ada kelemahannya?"

"Semua orang tidak sempurna begitu juga sihir, api sesium memiliki kelemahan dengan kedap udara, bahan bakar api yaitu oksigen, heat, dan fuel, jika salah satunya tidak ada maka api itu tidak dapat bertahan."

Matahari mulai meranjak di atas ku, terik matahari mulai panas, Daniel sedang sibuk di dalam menyiapkan makan siang, aku dan Tuan Chaiden memutuskan istirahat sejenak duduk di rumputan bawah bayang bayang rumah.

"Apa masih terasa sesak di dada mu, Rain?" tanyanya pada ku, walaupun ia guru yang nyebelin tapi Tuan Chaiden sangat baik pada ku.

"Tidak, sudah lebih baik akhir-akhir ini."

"Sepertinya kita akhiri sampai sini saja dulu, besok akan mempelajari Hira dan beberapa teknik sihir dasar jam 9, oh iya Han bilang hari sabtu kamu akan ada pengadilan adopsi kan?"

"Ahh iya Tuan Han bilang begitu." Aku hampir lupa tentang hari pengadilan itu "Besok hari Jumat ya."

"Karena hari Sabtu libur, jadi besok kita akan latihan selama 8 jam berturut-turut ohohoh..." ucap Tuan Chaiden tertawa, dia terlihat senang dengan latihan ini, ia berdiri dan melihat ku kesal "JAM 9, JANGAN TELAT YA BOCAH!!"

"Ah MENYERAMKAN.." pikir ku melihat Tuan Chaiden dan mengalih pandangan ku "Ba-baik."

Selesai latihan, aku menganti baju dan pergi makan siang seperti biasa, dari balik luar jendela kamar ku aku melihat Tuan Chaiden dengan kereta kudanya meninggalkan rumah ini.

"Tuan Chaiden, Frey Chaiden dari keluarga Chaiden keluarga bangsawan sederhana Marquess sisi utara desa Utaran ia anak ke 2 dari 2 bersaudara, ia berbeda 180 derajat dengan kakaknya, Heri Chaiden yang lebih terlihat tertarik pada bidang politik dan militer dan di tuntut sebagai penerus keluarganya." Aku mengetahui ini dari buku yang ku baca terlihat jelas ia dan kakaknya tidak terlalu dekat "Keluarganya terkenal sederhana dan ramah, di tambah gelar terhormat.yang banyak mereka dapatkan."

Selesai makan siang aku teringat dengan sebuah surat yang ku tulis, aku berencana untuk memberikan surat ini langsung kepada Tuan Han nanti malam kemungkinan ia akan pulang larut malam lagi.

"Ruang kerja ku di penuhi buku novel fiksi, apa ini miliki Jean semua? Tuan Han sangat suka memberi buku untuknya." Aku melihat-lihat rak buku yang sangat besar dengan 8 tingkatan yang menyatu pada dinding, buku-buku di sini sangat terlawat tidak terlihat debu yang menempel pada buku.

"Wah ternyata banyak buku yang menarik juga." Aku mengambil sebuah buku yang berjudul 'Sang Pemburu dan Jubah Merah' terlihat kertas kuning lama dan bau buku jadul, karena aku punya banyak waktu ruang hingga sore aku mencoba membacanya di ruang kerja ku.

Sinar Jingga mulai memasuki ruangan ku, waktu berjalan begitu cepat tanpa ku sadari aku menghabiskan waktu ku hanya membaca buku ini, ceritanya sangat ringan namun alurnya sangat menarik, aku membersihkan diri ku dan pergi untuk makan malam, para pelayan seperti biasa hanya berdiri di depan ku, walaupun canggung namun aku mulai terbiasa dengan ini.

"Sudah cukup istirahatnya, aku harus melakukan sesuatu, sebenarnya aku masih penasaran dengan ruangan Jean." Ucapku duduk di sofa kamar ku "Tadi sih aku lihat sebuah jendela terkunci yang tertutup tirai, melihat saja jendela itu pasti tembus ke ruangan Jean, tinggal menentukan waktunya sedangkan kuncinya? Semua kunci jendela di suatu rumah itu sama, aku cukup meminta kunci jendela kamar Daniel."

Kesunyian dan kebosanan mansion ini mulai menyiksa ku, aku tidak tahu harus melakukan apa lagi selain duduk di meja kerja ku dan membaca buku, mungkin belajar hal baru akan menyenangkan, melukis, menulis, latihan sihir, mengetik.

"Daniel apa di sini ada mesin ketik?"

"Tentu ada Tuan tapi mesin ketiknya hanya berada di ruang kerja Tuan Besar."

"Bisa kah kamu mengambilnya?"

"Ruangan kerja Tuan Besar biasanya di kunci dan kuncinya hanya di pegang oleh Tuan Besar saja, Tuan Muda, bahkan untuk membersihkannya hanya Kepala pelayan yang di izinkan."

"Hubungan Tuan Han dan Ketua pelayan terlihat sangat dekat, aku bisa mengerti kenapa hal itu terjadi." pikirku dan mengecek keluar jendela menunggu kereta Tuan Han.

Jam mulai menunjukan pukul 10 malam, hanya terdengar kesunyian di luar mansion, terlihat beberapa penjaga dengan lentera berjaga di malam hari bagaikan seekor kunang-kunang.

"Bagaimana jika aku menunggunya di kamarnya, jadi aku tidak perlu mengecek keadaan di luar terus menerus." pikir ku terahlikan dari buku yang ku baca "Daniel, aku akan menunggu di kamar Tuan Han saja."

"Baiklah Tuan Muda"

Karena kamar kami sangat dekat hanya berseberangan, aku mengambil surat itu dan sebuah buku yang ku baca tadi untuk menghilangkan rasa bosan ku nanti, Daniel membukakan pintu terlihat ruang kerja pribadi Tuan Han, beberapa buku dan surat tertumpuk di atas meja, tirai kamar yang tertutup, beberapa hiasan gantungan lukisan dan pajangan, lampu gantung yang terpajang sangat indah, ketika aku masuk aku bertemu dengan ketua pelayan yang sedang menyiapkan beberapa keperluan Tuan Han.

"Selamat malam Tuan Muda, ada yang bisa saya bantu?" ucap kepala pelayan terkejut dengan kehadiran ku.

"Aku ingin memberi sebuah surat untuk Tuan Han." Kata ku sambil menujukan sebuah surat putih dengan cap merah di tangan ku.

"Saya akan memberikannya pada Tuan Besar."

"Tidak, aku akan memberikannya langsung padanya."

"Tapi Tuan muda, Tuan Besar akan pulang larut malam hari ini, tenang saja saya pasti akan memberikan pada Tuan besar."

"Tidak apa-apa, aku akan menunggunya di sini dan membaca buku Daniel akan menemani ku, Anda boleh melanjutkan pekerjan Anda, kepala pelayan." Ucap ku dan duduk di sebuah sofa dan membaca buku, Daniel menyajikan sebuah minuman dia atas meja untuk ku.

"Jean...?!" ucap Ketua Pelayan terkejut, walau ia mengucapkan sepelan mungkin aku dapat mendengarnya dengan jelas di balik kesunyian ruangan ini.

"Dia mengetahuinya? Ah tentu saja dia tahu dia si pengawal pribadi Tuan Han."

Kepala pelayan melihat ku dengan tatapan dingin, walaupun ia sibuk dengan pekerjaan nya tapi aku bisa merasakan ia mengawasi ku, aku meletakkan surat itu di atas meja di dekat minuman ku. Sudah 2 jam aku menunggu di sini, Daniel dan ketua pelayan tetap di sini menemani ku.

"Besok masih ada latihan dengan Tuan Chaiden" gumam ku, aku sedang berbaring di atas sofa, cangkir minuman yang di sediakan Daniel pun telah habis hanya menyisakan hampasnya saja "Bahkan sofa ini lebih empuk dari kasur ku yang lama, ahhh mengapa aku jadi sangat ngantuk ya, apa di sini ada kopi?"

Tanpa sadar aku tertidur di sofa Tuan Han dengan buku yang terbuka di dada ku, walau pun aku tertidur aku dapat mendengar langkah kaki Tuan Han memasuki kamar hingga aku tertidur lelap di atas sofa.