Malam mulai larut, Tuan Muda Han dan Jean masih bermain kembang api, cahaya kembang api itu terlihat jelas dalam kegelapan, rumah sakit sangat sepi bagaikan bangunan kosong dikarenakan pesta festival panen di pusat kota Zafia, jam saku pengawal itu menunjukkan jam 21.14 malam.
"Tuan Muda, sudah jam 9 malam, sebaiknya kita kembali," ucap pengawal itu khawatir jika ketahuan oleh Duke Leonard.
"Ahh iya, di luar juga sudah mulai dingin, ayo kita masuk Jean." Tuan Muda Han melihat Jean dan kembang api yang sudah habis "Apa mau ku dukung Jean?"
'Boleh kakak, aku belum pernah digendong kakak sebelumnya' aku memberi isyarat kepadanya jika aku menyetujuinya.
"Tuan Muda apa baik-baik saja, saya bisa mendukung Jean kembali." Pengawal itu menyakinkan Tuan Muda Han.
"Tidak apa apa aku bisa melakukannya, kalo begitu ayo naik di punggungku, Jean." Tuan Muda Han mengarahkan punggungnya dan menggendong Jean ke kamar inapnya "Lihat, tubuh Jean seringan kapas, apa Jean sudah makan dengan benar?"
'Wahh ...Nanti ketika besar aku ingin menjadi kuat seperti kakak dan ayah.'
Suasana lorong yang sepi dan beberapa suster yang berlalu lalang, para pelayan dan pengawal itu hanya mengikuti mereka dari belakang.
"Beberapa hari ke depan aku akan ke ibu kota untuk tes ujian masuk Sekolah Tinggi, jadi Jean harus janji menunggu ku pulang ya."
'Tentu saja.'
"Dan berjanji ketika aku pulang Jean harus sudah sembuh! Nanti aku akan membawakan banyak oleh-oleh untuk Jean." Di lorong rumah sakit hanya terdengar suara langkah kaki kakak yang sangat tegap "Jean mau apa? Buku? Baju? Tas, sepatu, mainan, kue? Apapun yang Jean mau akan kakak bawa jadi beritahu Jean mau apa?"
'Apa ajah boleh.' aku menggerakkan tangan ku dan memeruk Kakak Han dari belakang punggungnya.
"Aku?! Hahaha...Kakak akan mengirim surat buat Jean nantinya."
Sesampai di kamar inap Kakak mendukung ku hingga ke tempat tidur, hari ini sangat menyenangkan.
"Dahh, Jean cepat sembuh ya, mungkin beberapa hari aku akan Rindu dengan Jeannn," ucap Tuan Muda Han memeruk ku dengan sedih karena harus meninggal adiknya.
'Tidak apa apa Jean baik-baik saja jangan khawatir.'
"Aku akan membawa kan oleh oleh yang banyak untuk Jean." Senyum Tuan Muda Han melihat adiknya di tempat tidur "Tunggu aku ya Jean."
Tuan Muda Han dan pengawalnya berjalan kembali ke festival panen, mereka kembali mengenakan baju pestanya, di pejalan mulai terlihat beberapa orang yang berjalan pulang, festival panen masih berlangsung dengan meriah, Tuan Muda Han kembali ke atas panggung dengan Duke Leonard, dia tidak menceritakan kepada siapa pun tentang kejadian rumah sakit, jam 10 malam Tuan Muda Han di antar kan ke untuk pulang sedangkan Duke Leonard masih menghadiri pesta festival panen.
Tidak banyak hal yang terjadi setelah Tuan Muda Han pulang ia langsung mengganti baju, melihat kondisi ibunya dan pergi tidur lebih cepat karena besoknya ia berangkat untuk ke ibu kota bersama pengawalnya Ryan Grosf.
Di pagi hari, suasana rumah sakit terlihat cukup ramai beberapa orang datang menjenguk membawakan bingkisan, suara ramai kereta kuda terdengar hingga ke kamar inap Jean.
"Selamat pagi Nona Kalina, saya mengantarkan sarapan untuk Jean," seorang suster datang dengan sebuah troli makanan dan membagikan sarapan pada setiap pasien.
"Ah baik terima kasih suster." Terdapat sebuah nampan dengan semangkok bubur, roti dan segelas air.
Aku sudah berada di rumah sakit selama 4 hari, ibu dan ayah tidak pernah menjenguk ku mungkin mereka sangat sibuk, di sini sangat ramai aku belum pernah melihat orang sebanyak ini pelayan Kalina sangat baik pada ku di selalu merawatku dengan sangat baik, di suatu siang hari dua orang kepolisian Detektif mendatangi ku.
"Selamat siang Nona Kalina, saya dari kepolisian meminta saksi kepada Jean," ucap seorang polisi detektif Gran bersama temannya Edwin.
"Silakan Tuan."
"Saya dapat kabar dari pihak rumah sakit bawah Jean sudah sembuh dan stabil, mungkin dia mengingat beberapa kejadian mengenai kejadian itu, jangan khawatir saya membawakan sebuah buku, pensil, pena, pensil warna untuk Jean." Detektif Edwin, mengeluarkan buku dari tas kecilnya, aku mengetahui nama mereka dari pin nama perak di jas baju mereka.
'Kejadian kemarin?' tangan ku sangat gugup terlihat wajah ku yang sangat takut ketika mengingat kejadian yang masih terbayang jelas di ingatan ku.
"Tenang saja Jean, dia tidak akan melukai mu lagi sekarang, apa kamu bisa melakukannya? Jika itu masih sulit kami tidak akan memaksa mu, Jean," ucap Detektif Gran dengan suara lembut dia berdiri di samping dan mencoba menenangkan ku.
'Tidak, aku baik-baik saja, semuanya akan baik-baik saja, aku akan melakukan yang terbaik untuk memberi tahu mereka.' Aku memberikan isyarat pada mereka bahwa aku akan melakukannya.
"Jangan memaksakan dirimu Jean, lakukan sebisa kamu saja ya." Detektif Edwin mulai melakukan wawancaranya, dia mengeluarkan sebuah buku kecil dan pena, aku di beri sebuah buku gambar dan pensil "Baiklah, apa Jean ingat mengenai apa yang dia katakan? Atau cara dia bisa menemui mu?"
"Wah, kamu bisa menulis Jean? Kamu sangat pintar." Aku menulis sebuah kalimat apa yang aku ingat pada saat itu dan menggambarkan sebuah pintu.
"'Pertemuan kita kebetulan, memberi ajaran pada Si pria tua itu, datang dari pintu' Si Penjahat masuk dari pintu, kamu melakukan dengan sangat baik Jean, kamu mengingat wajah Si Penjahat jika tidak, tidak apa apa Jean."
Aku menggambar sebisa ku, bayang bayang kejadian masih berbekas di ingatanku, membuatku cemas terhadap beberapa hal, terkadang tangan ku bergetar. Luka di badan ku mulai sembuh namun beberapa luka meninggalkan bekas di badan ku, selesai menggambar dan memberi sedikit keterangan.
"Gambar mu sangat bagus Jean 'wajah yang sedikit kasar, rambut dan matanya hijau tua, kulit sedikit cokelat, tinggi, kurus, dia mengunakan jas berwarna hitam dan kemeja putih' kamu sangat pintar bisa mengingatnya, apa kamu pernah bertemu dengannya sebelumnya?"
'Tidak, aku belum pernah bertemu dengannya.' Aku memberi isyarat bawah aku belum pernah bertemu dengannya sama sekali.
"Sepertinya sudah cukup kamu harus masih banyak istirahat," ucap Detektif Edwin tidak ingin Jean mengingat hal hal yang menyeramkan itu lagi.
"Terimakasih Jean, kamu anak yang sangat pintar kamu sangat membantu penyelidikan polisi, oiya ini ambil saja untuk kamu Jean mungkin akan bosan seharian di rumah sakit." Kedua polisi itu pergi keluar, setelah wawancara mereka memberi ku sebuah buku kecil cokelat dan pensil warna.
'Cantik..' Hampir seharian aku menulis di buku itu, aku menulis apa yang aku alami ke dalam buku tersebut 'mungkin aku bisa membuat surat untuk Kakak Han nanti.'
Seorang dokter sudah mengizinkan pulang besok untuk rawat jalan, Pelayan Kalina sangat sibuk dengan berkemas, aku tidak mau mengganggunya jadi aku hanya duduk dan menulis sebuah surat untuk kakak Han yang terus ku ulang-ulang.
Ke besokkan-nya aku sudah tidak mengunakan baju rumah sakit lagi, sebelum pulang pelayan Kalina sangat sibuk dengan mengurus dokumen rumah sakit, di ruang tunggu terlihat sangat ramai beberapa orang mengenakan baju rumah sakit, para suster dan dokter mengunakan baju serba putih suster dengan membawa sebut troli kayu, seketika aku sangat bahagia melihat sesuatu yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
"Halo nak, kamu sendirian?" Ketika ku sedang sibuk dengan tulisan ku, seseorang wanita muda mengunakan topi kain berambut cokelat dengan mata hijau seindah emerald ia menunduk dan menyapa ku.Aku menggelengkan kepalaku untuk menjawab pertanyaan-nya, aku sedikit merasa aneh tiba-tiba seseorang asing menyapa ku.
"Oh begitu, anak yang malang dengan takdir yang menyedihkan." Ucap wanita itu berdiri melihat ku dengan tatapan dingin, dia pergi sebelum Nona Kalina menghampiri ku.
'Siapa dia? apa yang dimaksudnya?' pikir ku bingung dengan kejadian barusan saja terjadi.
"Jean... akhirnya selesai juga berkas dokumen-nya, ayo kita pulang."
Setelah selesai pemeriksaan dokumen rumah sakit, Pelayan Karina dan aku menunggu kereta kuda di taman rumah sakit, taman rumah sakit sangat indah banyak terdapat bunga bermekaran, pohon, hiasan, sebuah kolam, bangku taman aku mencoba menggambar suasana taman dengan pensil warna hadiah dari Tuan polisi.
Di perjalanan aku terkejut melihat suasana kota yang sangat indah dan ramai, beberapa bendera bekas festival panen masih tergantung di langit-langit, aku terus melihat keluar jendela dengan rasa kagum, banyak orang berlalu lalang dengan payung indahnya, semua orang sibuk dengan kegiatan mereka masing masing.
"Jean sebentar lagi kita sampai, lihat." Pelayan Kalina menunjuk sebuah gerbang besi besar dengan ukiran yang sangat indah.
Di depan rumah terlihat ibu dan pelayan menunggu ku di depan pintu masuk rumah, aku sangat senang bisa bertemu dengan ibu sudah sekian lamanya, ketiak kereta kuda berhenti ibu membuka pintu dengan terburu-buru dan menggendong ku keluar.
"Jean ku, ibu sangat merindukan Jean, maaf ibu tidak bisa menjenguk Jean di rumah sakit," kata ibu sambil berjalan memasuki rumah dan mendudukkan ku di sebuah kursi roda "Bagaimana keadaan mu Jean, apa masih sakit? Maafkan ibu seharusnya ibu datang lebih cepat."
'Tidak apa apa, Jean sudah sembuh kata dokter ibu.' Aku berusaha untuk mengatakan aku baik baik saja dan menunjukkan sebuah gambar yang ku buat sebelumnya pada ibu, sebuah taman bunga di halaman depan rumah sakit.
"Wah sangat indah, Jean kamu menggambar-nya dengan sangat baik."
Setelah melepas rindu dengan ibu, tiba-tiba ibu mengantar ku sebuah kamar pelayan untukku, kamar itu terlihat sangat rapi dan sederhana dengan sebuah kasur, rak, meja dan lemari, terdapat jendela kotak dengan gorden pendeknya.
"Jean, untuk sementara Jean akan tidur di sini, hanya sebentar saja." Ibu terlihat sedih ketika mengatakannya "Jangan takut Jean ibu akan tetap menemani Jean di malam hari."
'Aku tidak mengerti kenapa aku harus berada di kamar ini, tapi aku akan mengikuti apa yang ibu minta.' Aku tersenyum dan memberi isyarat bahwa aku menyukai-nya walaupun ini sedikit terasa lebih dingin dari kamar sebelum ku.
"Ibu akan selalu bersama Jean jadi jangan khawatir, oh iya di sini ada sebuah lonceng jika Jean memerlukan sesuatu Jean bisa membunyikannya." Ibu menunjukkan sebuah lonceng besi ke kuningan di atas meja dekat belajar ku "Ibu juga menyiapkan buku-buku kesukaan Jean."
Setelah berkeliling ruangan dan istirahat di kamar sejenak, aku dan ibu berjalan jalan di taman pada sore hari, suasana taman bunga sedikit berbeda dengan biasanya, beberapa bunga terlihat layu, pada makan malam ibu tidak menyiapkan aku pada ruang makan, tetapi seseorang pelayan bersama ibu datang dan membawa troli makanan, pada saat itu Nona Kalina bersama aku dan mencoba menghibur ku.
"Jean, maaf menunggu lama, ibu membawakan makan malam untuk Jean" menyiapkan ku makanan di atas kasur "Jean, setelah makan harus istirahat dan tidur ya, ibu akan bersama Jean sampai Jean tidur."
'Tapi di sini' aku sedikit takut dengan suasana sepi, udara dingin juga terasa di balik selimutku yang agak tipis di tambah aku harus tidur sendirian di sini, aku mencoba memberanikan diriku walau suara denyitan jendela yang tertiup angin membuatku kesulitan untuk tidur.
Aku mencoba memejamkan mataku, dalam setengah sadar aku melihat ayah memasuki ruangan ku, bayangan ayah tidak terlalu jelas karena gelapnya kamar ayah seperti mengecek keadaan ku, duduk di samping ku beberapa saat hingga aku tertidur.
Di pagi hari sarapan datang ke kamar ku, Nona Kalina mengantar ku sarapan, dia mengatakan bawah ibu sedang sibuk dengan kegiatannya sehingga aku hanya bersamanya seharian itu, aku menghabiskan waktu ku membaca buku dan menulis di meja belajar dekat jendela.
Di suatu malam ketika aku sedang sibuk menulis di meja belajar sendirian, aku mendengar suara ayah pulang dari keretanya lebih awal Nona Kalina maupun ibu sedang berada di dapur sejenak menyiapkan makan untuk ku, aku berencana untuk menyambut ayah.
Ketika aku keluar mengunakan kursi roda ku, aku melihat ayah sedang sibuk dengan dua tamunya yaitu detektif Gran dan Edwin yang pernah mewawancarai ku sebelumnya, aku merasakan kehadiran ku akan mengganggu pekerjaan mereka jadi aku berniat untuk kembali ke kamar, saat aku sedang mengintip di balik sudut lorong detektif Edwin melihat keberadaan ku dan tersenyum ramah, aku segera berbalik badan dan kembali ke kamar aku mendengar suara ayah yang sedang marah dia mengatakan sesuatu yang tidak aku mengerti "Knight itu memang di undang ke pesta tapi aku tidak mengundang mereka secara langsung, mereka sempat mengirim surat itu di atas meja kerja ku." Ketika aku memasuki ruangan ku lagi Nona Kalina sedang berjalan menghampiri ku.
"Jean dari mana? Jean tidak boleh pergi tanpa pengawasan."
'Hah iya, aku hanya mau menyambut ayah tadi tapi ia kelihatan sangat sibuk.' Di ruang kamar ku sudah terdapat makan malam ku, semangkuk bubur dan beberapa obat-obatan.
Aku sedikit merasa aneh karena setiap makanan di antar ke kamar ku ibu juga terlihat sibuk beberapa hari, di sore hari biasanya para pelayan mengajak ku berkeliling sekitar taman.Hari-hari ku berubah sejak aku pulang dari rumah sakit sudah 2 minggu aku berada di kamar ini dan mulai terbiasa dengan keseharian baru ku luka luka dan perban di tangan dan kaki ku sudah mulai di buka.
Suatu hari seorang Nona Kalina membawakan sebuah kiriman hadiah kakak Han untuk ku, hadiah itu di bungkus dengan bungkus kado yang sangat indah aku sangat penasaran dengan isi hadiah yang di kirimkan kakak Han.
'Wah kira kira, apa ya isinya.' Hadiah itu berisi sebuah buku, pena, pensil, mainan, dan permen terdapat sebuah surat beserta sebuah foto keluarga ayah, ibu, dan kakak Han tanpa aku, surat tersebut berisi bahwa kakak Han akan pulang sebentar lagi dan sebuah kartu ucapan tertulis 'Selamat Ulang Tahun Jean ke 5 Tahun.'
'Terima kasih kakak, aku sangat merindukan kakak, mungkin aku juga akan mengirim sebuah surat untuk kakak.' Sepanjang hari aku menulis sebuah surat untuk kakak Han setelah selesai aku mengecapnya dengan lilin merah untuk penutup belakang suratnya, aku selalu menyimpannya di kantong celana ku dan berencana memberikan surat ini langsung ketika kakak pulang, ibu terlihat sangat sibuk sehingga terkadang di malam harinya aku tidur sendirian tetapi aku tidak mempermasalahkan hal itu karena aku sudah besar bukan.
Di siang harinya ibu datang dan menyiapkan kue sederhana, beberapa cemilan untuk ulang tahun ku dengan sebuah lilin hiasan yang sangat indah di atasnya.
"Selamat ulang tahun Jean ku, maaf ibu sedikit terlambat, lihat ibu dan ayah juga menyiapkan hadiah untuk Jean." Kata ibu sambil mengeluarkan mengeluarkan sebuah bingkisan kado yang sangat indah "Tapi Jean jangan membukanya sekarang nanti malam dengan ayah dan kak Han."
'Kakak Han dan ayah juga akan datang dan merayakannya ulang tahun ku bersama? Ini pasti akan menyenangkan haha.." Aku memberi isyarat aku sangat menyukai kejutan-nya ini mungkin akan menjadi hari yang sangat menyenangkan, pada hari itu ibu meruangkan banyak waktu bersama ku.
"Karena kemarin ibu sibuk, jadi sebagai gantinya hari ini satu hari ibu akan bersama Jean kemana pun Jean mau pergi."
'Hari ini sangat menyenangkan ibu menemani ku.'
Sore harinya aku mengajak ibu ke taman, sudah lama aku dan ibu tidak menghabiskan waktu di taman bersama sama, bunga violet mekar dengan sangat indah, warna ungu dan hijau yang terlihat kontras, aku duduk di kursi taman tempat di mana biasanya aku dan ibu duduk,
"Jean, kakak Han hari ini akan pulang, ibu dengar Han mengirim banyak hadiah ulang tahun untuk mu Jean?" ucap ibu, ini sangat menyenangkan walau aku hanya duduk di taman "Nanti malam akan merayakan ulang tahun Jean, Ayah, Han, dan ibu, semuanya, Ibu harap Jean akan menyukai kejutan-nya."
'Tentu saja Ibu, ulang tahun ini akan menjadi ulang tahun yang terbaik, untuk Jean haha..' aku sedang menggambar taman yang di penuhi bunga violet, aku menulis 'Terimakasih Ayah, Ibu dan Kakak Han' aku juga menggambar mereka di buku ku dan menyimpan surat untuk kakak di kantong celana ku yang nanti akan ku tunjukkan pada mereka nanti malam.
DOR DOR DOR
Tiba-tiba sebuah peluru pistol menembus perut ku seketika waktu seperti berhenti, aku tidak dapat melihat asal dari suara tembakan tersebut, seketika aku terjatuh dari kursi taman bersamaan dengan buku di pangkuanku yang sudah berubah warna merah aku dapat merasakan darah yang mengalir keluar dari perutku, aku mulai kesulitan bernafas rasanya seperti ada batu besar di dadaku dan pandangan ku mulai kosong.
'Apa..... ya-yang terjadi?'
"JEAN!!! TOLONGG PENJAGA!!, JEAN KU BERTAHAN LAHH, IBU.. IBU AKAN MELINDUNGIII MU, JEAN..." Aku dapat merasa jika ibu sedang mengangkat dan memeluk ku erat erat di pelukan-nya yang hangat, aku mencoba tetap sadar dan menggerakkan tubuhku.
'Jangan-jangan...lukai dia.. '
Pelayan Kalina tiba-tiba berdiri di depanku dan mencoba melindungi ku dan ibu, aku memejamkan mataku erat-erat di saat yang sama terdengar beberapa suara keras tembakan seketika cipratan merah membasahi ku, mataku seakan semakin berat, suara di telinga ku semakin samar samar, aku hanya mendengar suara ibu berteriak ketakutan di telingaku.
"KALINAA!!, kumohon jangan bunuh mereka, dia.. Tidak ada kaitan dengan permasalahan ini.., kumohon... KU MOHON jangan bunuh JEAN DAN KALINA.. KU MOHON PADA MU..."
'Semuanya.. akan ba-baik-baik saja... ka-kakak... akan pulang.. sebentar.. Lagi...'
Pandangan ku mulai kabur, badan ku tidak dapat bergerak seakan rasanya mati rasa sama dengan kaki ku terdengar suara langkah kaki berjalan mendekat, suara rumput yang terinjak, warna bunga violet menjadi warna ungu di mataku.
'Siapa...dia?'
"KU MOHON A-Aku akaan melakukan apa pun, TOLONG selamatkan Jean dan Kalina.. KU mohon....KU-KUMOH-."
DOR DOR DOR
'Ibu? Ka-kakak....sebentar lagi.. A-akan...pulang.'
Aku tidak bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi, yang ku rasakan hanya ibu yang tiba tiba berbaring di atas ku, Si Pria itu melihat ku, dan aku bisa merasakan sebuah besi dingin di atas kepalaku.
'Suratnya... aku belum memberikan suratnya untuk... Kakak.'
DOR.