Pesta panen di adakan sejak bertahun tahun lalu sebagai bentuk perayaan atas hasil panen tahunan yang meningkat, panen biasanya diadakan di balai kebudayaan namun karena terjadi renovasi sehingga pesta di adakan di rumah Duke Leonard, tentu saja Duke Leonard tidak setuju dengan diadakan sebuah pesta di rumahnya dan ia juga tidak terlalu tertarik dengan pesta para bangsawan, menurutnya lebih baik uang penyelenggaraan pesta di berikan pada sumbang festival rakyat.
Pesta panen di adakan dengan meriah para bangsawan menikmatinya namun tentu saja ini merupakan sebuah kesempatan bagi para musuh Duke Leonard mencari titik kelemahannya, tanpa sadar pesta ini mengundang para singa ke rumahnya.
Kabar burung mengenai Duke Leonard sampai hingga ke telinga para pemberontak dan Duke, karena itu ia ingin menolak perayaan pesta panen di rumahnya.Kabar burung itu mengenai keberadaan anak kandung Duke Leonard yang mengalami kecacatan dan kelemahan Duke Leonard merupakan keluarganya.
Pukul 9 malam pesta berjalan dengan lancar, tidak ada masalah serius terjadi, para tamu menikmati pesta yang meriah, makanan, minuman, kue, roti semua tersusun rapi di atas meja, suara alat musik beralunan ketika pesta berlangsung.
"Lihat baik baik setiap sudut rumah, kabar burung itu tidak mungkin ada tanpa sebab, Duke Leonard menyembunyikan sesuatu di rumahnya, Ervan."
"Pesta di adakan di lantai bawah, sudah tertebak di mana dia menyembunyikannya."
Dua orang pemuda menghadiri pesta yang berlangsung, mereka sedang berbincang bincang di sudut ruangan, terlihat dari lambang hiasan jas mereka berasal dari bangsawan Knight.
"Kamu kelihatan sangat suntuk, apa kamu berjemur lagi? Kulitmu gosong seperti kayu, lihat rambut bayam mu haha..." ucap salah satu pemuda berambut hitam, bermata gelap.
"Johans, kamu akan tahu jika dinas di bagian selatan dengan Tuan Marquiess Elnathan de Kany kamu akan merasakannya."
"Jangan marah padaku haha... aku hanya bercanda kepala bayam, ehh lihat Tuan Muda Han, dia sangat mirip dengan Ayahnya, ku rasa dia akan mendapatkan dukungan penuh dari Raja bodoh itu." salah satu pemuda melirik Tuan Muda Han yang sedang berbincang dengan para petinggi bangsawan.
"Kamu mewariskan kepintaran Duke Leonard, Tuan Muda Han haha.." ucap salah satu bangsawan tersebut ketawa kelas hingga terdengar satu ruangan.
"Tuan Muda Han harus ku akui dia anak yang sangat jenius dan pintar, tapi sayang takdir tidak memihak padanya, sudah jam sembilan sebaiknya ku lakukan sekarang."
"Semoga lancar, aku tunggu di sini melihat pertunjukan drama yang akan segera mulai."
Salah satu pemuda berambut hijau tersebut keluar ruangan dan berjalan jalan di taman, dia menghabiskan sejam memperhatikan setiap sudut rumah dan ruangan, tidak terlalu banyak penjaga pada malam itu, matanya setajam elang dia dapat melihat dengan mudah keberadaan Jean di jendela kamarnya yang tidak sengaja terbuka tirai.
"Lantai 2 lorong kiri ujung, tak ku sangka Duke Leonard celah pengamanan terbuka lebar, hmm sekarang bagaimana cara ku naik ke atas, lewat tangga? manjat?" pemuda tersebut berkeliling beberapa menit sebelum memutuskan.
"Di taman terdapat beberapa penjaga aku butuh waktu yang tepat untuk memanjat, naik tangga? Pesta di adakan di bawah, ruang ganti atau istirahat berada di bawa tidak ada alasan untuk naik ke atas, walau kelemahan penjaga terlihat besar tapi hal ini cukup sulit, sekarang jam 10.15 dua jam lagi pesta akan segera selesai, aku tidak bisa membiarkan kesempatan emas ini sia sia" pemuda itu memperhatikan pola penjaga taman yang tidak terlalu berubah secara signifikan "Sepertinya tidak ada cara lain selain memanjat ya-baiklah."
Sebelum ia memanjat naik melalui dinding bangunan, dia memperhatikan celah para penjaga yang sedang berkeliling taman, pemuda tersebut jalan mendekati dinding dengan salah satu jendela yang terbuka.
"Aku berterimakasih pada seseorang cerobah yang lupa menutup jendela, kalo sesuai apa yang di katakan jendela ini menuju ruang perpustakaan, seharusnya tidak ada penjaga atau mungkin pintunya akan terkunci."
Dengan mengawasi para penjaga taman, pemuda tersebut memanjat dinding dengan sebuah tali dan alat panjat tajam seperti pisau di tangan dan kaki nya, perlahan-lahan memanjat menaiki dinding dan menghindari pengamatan petugas.
"Ini kalo aku jatuh sudah-tamat," gumam pemuda tersebut melihat seberapa tingginya ia sedang memanjat.
Dengan memerlukan sedikit waktu pemuda tersebut sampai di atas dan memasuki jendela perpustakaan secara pelan pelan, terlihat suasana perpustakaan yang gelap, kosong dan, terkunci rapat, suasana malam itu sangat cerah cahaya sinar bulan purnama memasuki ruangan melalui sela-sela jendela.
"Ahhh menyeramkan, untung aku masih hidup, perpustakaannya terawat sangat baik seseorang pelayan sudah membersihkannya, sekarang tinggal keluar dan menunggu keberuntungan." kata pemuda tersebut mengeluarkan sebuah alat seperti obeng untuk membuka pintu, dengan mudah ia dapat membuka kunci tersebut dan keluar dari perpustakaan, pemuda itu berjalan jalan menyusuri lorong setiap ruangan.
"Tidak ada satu pun penjaga di sini, balkon lantai kedua menembus aula pesta, kamar dia ada di kiri ujung, di kamar, dia pasti tidak sendirian pasti ada seorang pelayan atau lebih dengannya."
Dari balkon tangga atas dapat terlihat pesta yang sedang berlangsung secara meriah, para pelayan terlihat sibuk berlalu lalang, suara musik pesta terdengar hingga ke atas, pemuda itu berjalan menyusuri lorong dan mengecek keadaan dia lantai atas yang sangat sepi berbeda 180 derajat dengan keadaan lantai bawah.
Sesampai di depan pintu kamar Jean, pemuda tersebut mengamati sekeliling lorong, tiba tiba ganggang pintu kamar Jean bergerak, pemuda tersebut langsung cepat sembunyi di balik gorden jendela.
"Pelayan? Suara nya dari kanan, pintunya terbuka keberuntungan memihak ku, anak kecil yang malang."
Melihat kesempatan emas pemuda itu dengan cepat memasuki kamar Jean dan menguncinya dari dalam, di dalam kamar hanya terdapat Jean yang sedang duduk di kursi roda sendirian.
'Si siapa? dia pasti tamu pesta, apa dia tersesat hingga ke kamar ku?' aku mencoba mundur menjauhinya, pria itu terlihat sangat tinggi kurus, kulitnya sedikit gelap, rambut dan matanya berwarna hijau tua, dia melihat ku dengan tersenyum 'Dia terlihat sangat mencurigakan, nona Kalina sebentar lagi akan kembali.'
"Jangan takut, ini sebuah pertemuan yang sangat kebetulan, aku sedang mencarimu, tak aku sangka Duke Leonard menyembunyikan seekor kelinci di rumahnya hahaha..."
Pemuda tersebut melihat ku seperti sebuah mangsa, beberapa menit dia berjalan berkeliling memeriksa setiap sudut ruangan, aku hanya duduk dan melihatnya, gerak geriknya terlihat jika dia sering melakukannya.
"Hmm tidak ada sihir atau sesuatu yang spesial." Ucap pemuda tersebut mengamati ruangan dan memperhatikannya dengan detail, ia mengeluarkan jam saku di jasnya "Ada sekitar kurang dari 15 menit sebelum pelayan datang ke kamar, kurasa aku harus bergegas, jadi siapa nama mu nak?"
'Siapa dia, dia terlihat seperti orang jahat, apa yang harus ku lakukan? nona Kalina sebentar lagi datang aku hanya perlu mengulur waktu, Kakak..." pemuda tersebut mendekat dan menanyakan kepadaku lagi, jantung ku berdetak lebih cepat, ketakutan ku menjalar ke seluruh badan ku.
"Kamu tidak bisa bicara? Tidak bisa jalan, rambut dan kulitnya putih pucat, apa kamu mengidap penyakit Albus, anak kecil yang malang, kenapa aku jadi tidak tega melihatnya." pemuda itu memegang rambut ku dan membungkuk mendekati dirinya ke depanku melihat ku dengan sangat dekat, hingga aku bisa merasakan nafasnya di dekat ku.
'Albus? Itu nama penyakit ku?, ibu tidak pernah mengatakan apapun tentang ini, kenapa ia melihat ku dengan menyeramkan.'
"Mata mu juling ya, karena itu tertutup dengan benda aneh ini, ah penutup mata." Ucapnya dan melepas penutup mata ku dengan tangannya, pemuda itu lalu berbalik badan dan berjalan ke area rak buku, aku memikirkan cara mencari perhatian agar seseorang datang ke kamar.
'Bagaimana aku mengedor pintu kuat kuat-HAH tidak! bagaimana aku melempar sesuatu ke kaca agar kacanya pecah dan mengeluarkan suara cukup keras sehingga para penjaga di taman melihat ku, mungkin itu berhasil.'
Sebuah buku kamus yang cukup tebal terletak di atas meja kerja kakak sisi sisi sampulnya terdapat besi untuk melindungi cover buku, ujung lancip besi itu cukup untuk membuat kaca jendela retak, aku mencoba berjalan pelan pelan dengan kursi roda ku mengarah ke meja kerja kakak dekat dengan jendela mengarah taman halaman belakang, aku mengambil buku tebal tersebut di atas meja.
'Pelan pelan Jean, tunggu dia tidak melihat ku.' memeluk buku tersebut erat erat, aku terus memanggil kakak Han berharap ia datang dan menyelamatkan ku 'Kakak.. Dimanaa.."
Pemuda itu berdiri dan melihat ke arah brankas besi ruang kerja di dekat rak buku, brankas tersebut berisi dokumen-dokumen penting milik kakak Han, terlihat pemuda-pemuda itu tertarik dengan isi brankas terebut.
"Haruskah aku mengecek-nya juga, mungkin ada berkas yang penting hmm" pemuda itu sibuk mengotak atik brankas besi tersebut.
'Ini kesempatan ku!' aku melepas buku tersebut sekuat tenaga ke arah jendela, tiba tiba buku itu berhenti melayang di udara.
"APA YANG KAU LAKUKAN?!!, mencari pertolongan dengan memecahkan jendela?" ucap pemuda itu tersenyum, berjalan mendekati ku "Sayang sekali."
Jantung ku berdetak lebih cepat, ketakutan terlihat jelas dari wajah ku, suara musik pesta terdengar di balik suasana kesunyian di kamar ini.
"Kau tahu, aku di minta untuk memberi pelajaran kepada Ayah mu, karena sudah melewati batas, pria tua itu hanya meminta ku untuk melukai mu saja." pemuda itu mengeluarkan senjata belati tajam dari sakunya dan menodongkan belati ke perut ku
'Jangan kumohonn kakakk ibuu ayahh... kumohon jangan.' aku menggerakkan kepalaku, terlihat wajah ku yang ketakutan, dan air mata ku yang mengalir, aku terus meminta ampunan kepada pemuda itu dengan menggerakkan kepala ku.
"Tenang saja, aku tidak akan membunuh mu hanya luka kecil saja." mata pisau tersebut mulai terasa di perutku "OHH.. tapi aku punya rencana yang sangat menyenangkan, kamu akan menjadi peran utama ku di pertunjukan meriah malam ini, kau ingin pergi ke pesta bukan."
Pemuda itu menarik kembali belati-nya dan menyimpanya kembali di saku hitamnya, dia mencekik ku sambil mendorong ku ke dinding, hingga aku terjatuh dari kursi roda ku, aku memegang, mencakar, memukul tangannya berusaha melawan agar melepaskan cekikannya.
"Kakak...lepaskann.. kakak.Tolongg..' beberapa detik aku kesulitan bernafas, aku terus memberontak sebisa ku, pria itu membanting ku ke lantai dengan kepalaku terbentur lantai keramik.
BBRUAKK
"Jangan takut, sakitnya hanya sebentar badan mu sering-an kapas, dasar anak yang malang kamu harus menanggung dosa dari ayah mu."
'LEPASKANN... KAKAK IBUU AYAHH" aku mencoba teriak sebisa ku, namun suaraku tidak bisa keluar "AHKKK...GKAHH.."
"Kau tidak bisa bicara ya haha, sekarang pertunjukan-nya akan segera di mulai." Pemuda itu mencekik ku lagi dan mengangkat ku ke atas dengan tangannya hingga aku tidak bisa merasa injakan lantai di kaki ku.
BRUUAKK
Pemuda membanting ku ke lantai dan menyeret ku dengan menarik kera baju belakang ku sehingga aku kesulitan bernafas, dia menyeret ku keluar kamar hingga di lorong rumah, aku memegang kera baju agar dapat bernafas, sepanjang jalan tidak seorangpun berpapasan dengan ku.
"Sebentar lagi, aku penasaran reaksi dari Duke Leonard hahaha...."
"AHKK GKAH..." aku mencoba berteriak sekuat tenagaku, aku mencoba sebisa mungkin memperlambat gerakannya 'KAKAK.... TOLONGG... KENAPA SUARAKU TIDAK KELUARR"
"DIAM LAH BUKAN KAH KAMU INGIN KE PESTA?!!"
Dalam perjalanan terdapat sebuah meja hias yang cukup besar yang akan melewati ku, aku berusaha sekuat tenaga mengapai salah satu kaki mejanya dengan mengulurkan tangan kanan ku kearah meja tersebut dan tangan kiri ku memegang kera bajuku.
'Kumohonn-BERHASILl!' jalan pemuda itu menjadi lambat, aku sebisa mungkin sekuat tenaga ku bertahan pada kaki meja tersebut, pemuda itu berbalik badan melihat ku dengan raut wajah sangat marah dan menendang-nendang punggung ku.
"LEPASKAN MEJANYA!!, DASAR SIALAN!!"
Seketika pegangan tangan ku terlepas, aku mencoba memberontak sekuat tenaga, pemuda itu berjalan menuju balkon yang mengarah aula lantai satu, pesta masih berlangsung, alunan musik klasik terdengar, sorak tertawa para bangsawan.
"Tidak apa apa, ini tidak sakit, ini akibat kau melawan kami, Duke Leonard." dia berjalan lebih cepat "Semoga Anda, menyukai hadiah-nya."
Dia berlari lebih kencang dan melempar ku ke balkon mengarah ke aula pesta, tubuhku menabrak salah satu lampu gantung, badan ku terasa melayang beberapa detik di udara, bersamaan dengan serpihan kaca lampu gantung yang ikut jatuh bersama ku, aku dapat melihat pemuda itu berdiri tersenyum dengan ku dan melambaikan tangannya seakan salam perpisahan.
'Jangann kumohon.. KAKAK.." Aku memejamkan mataku erat erat membayangkan Kakak Han bersamaku.
KRRAKK BRUUK BANKK
Tubuh ku seakan mati rasa, terdengar teriak para tamu yang bergema di telinga ku, pandangan ku mulai kabur, aku hanya merasa kakak sedang mencoba memeluk ku.
'Kenapa? Apa salah ku?'