Duke Leonard Vanz de Kany Duke of Zafia de Kany Wilayah Selatan Provinsi bagian Kerajaan Negeri Agasthya Ira Ekaraj, ia sosok pemimpin yang tegas dan di cintai rakyatnya pada masa kepemimpinan-nya wilayah Zafia menjadi pusat perekonomian terbesar ke dua di Kerajaan Negeri Agasthya Ira Ekaraj bahkan di dunia, banyak para turis yang melakukan perdagangan dan kerja sama dengan wilayah Zafia, tak hanya di bidang perekonomian pada bidang politik kepemimpinan Duke Leonard Vanz de Kany di dukung penuh oleh Raja Randrik Eknath de Agasthya dan para menterinya, semua kebijakan-nya selalu mendapat dukungan baik para dewan maupun rakyatnya, di balik kehormatan dan kepemimpinannya banyak mata-mata jahat yang mengintainya secara diam-diam.
Sebelum ia menjadi seorang Duke, Leonard sempat mengambil tugas komandan militer di sisi utara Agasthtya, menjadi perwakilan kerja sama antar negara sehingga dia diberi kepercayaan untuk memimpin Zafia setelah sang kakak Trian Vanz de Kany gugur dalam perang.
Cellin Vanz de Kany dari keluarga bangsawan Brezan Vicount bidang ekonomi tengah, ia tumbuh menjadi wanita yang sangat cantik, pintar, tinggi, putih memiliki rambut pirang panjang dan mata jingga, merupakan istri sah dari Duke Leonard dan ibu Tuan Muda Han, dia sosok ibu dan istri yang penyayang dan lembut, untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai Duchess dia sering melakukan kegiatan sosial bersama Tuan Muda Han.
Bangsawan Duke de Kany tidak memiliki banyak pelayan untuk sebuah keluarga bangsawan hanya sekitar satu Kepala Pelayan dan empat pelayan biasa, Duke Leonard seseorang tidak terlalu menyukai keramaian sehingga ia membatasi jumlah pelayannya, Duchess Cellin sedang mengandung anak kedua mereka, kehamilan ini tidak di publikasikan, seperti yang di lakukan pada kelahiran Tuan Muda Han yang di publikasikan setelah kelahirannya.
6 juli 1372
Malam itu hujan yang cukup deras, para pelayan dan bidan sedang sibuk berada di kamar persalinan, Duke Leonard menemaninya ketika persalinan, hingga lahir seorang anak laki laki dia memiliki kulit dan rambut nya yang sangat putih pucat, dengan salah satu matanya juling bermata biru terang yang di beri nama Jean, para dokter, ahli kesehatan di datangkan untuk menyembuhkan penyakit yang di derita Jean yaitu 'Albus yang mengartikan putih', pada zaman itu tidak ada obat maupun cara untuk menyembuhkannya, namun mereka tetap yakin bahwa nanti Jean akan sembuh dari penyakitnya dan beraktivitas seperti anak-anak normal lainnya.
Melihat kelainan yang di alami anak ke duanya Duke Leonard berencana untuk tidak memberi nama bangsawan, nama keluarga, maupun mempublikasikan-nya karena Duke Leonard bermaksud agar Jean bisa hidup bebas tanpa tekanan sosial, politik, dan gelar bangsawan yang ada di namanya, oleh karena itu nama Jean Vanz de Kany tidak pernah tercatat di buku mana pun.
Tuan Muda Han berusia mulai menginjak remaja, ia mengetahui penyakit yang di derita adiknya, namun ia tetap sangat menyayanginya dan menjaganya setiap saat, sepulang sekolah ia selalu menyempatkan dirinya untuk bermain dengan sang adik.
Pada usia 4 tahun, aku tumbuh dengan sebuah kursi roda, kaki ku di diagnosa lumpuh kelainan pada saraf, dan kesulitan untuk berbicara, dan ada sebuah penutup di mata kiri ku, dari sejak kecil aku selalu di beri obat entah untuk menyembuhkan ku atau mencegah penyakit lainnya, di balik semua penyakit yang aku memiliki kecerdasan ku di atas anak-anak biasanya, aku memahami semua perkataan orang-orang padaku, namun bibir dan suaraku tidak bisa mengucapkan apa yang aku inginkan.
"Jeaaan, lihat di sekolah aku memenangkan juara satu memanah lagiiii" ucap kakak laki laki ku membawa medali emasnya dengan tersenyum lebar ketika aku sedang duduk di taman halaman belakang dengan kursi roda bersama ibuku dan seorang pelayan perempuan "Satu minggu lagi ada festival panen di pusat kota, Jean harus cepat sembuh agar nanti kita bisa pergi ke festival sama-sama."
'Iyaa, aku ingin berjalan jalan di kota dengan Kakak Han' jawabku dalam hati, aku hanya bisa membalas dalam hati ku karena jika aku berbicara tidak satu orang pun yang mengerti.
"Han, kamu masih ada kegiatan lagi-kan? Nanti terlambat," ucap ibuku sedang membaca sebuah buku.
Aku meletakkan buku yang sedang ku baca dan memberi perhatian pada kakak laki laki ku, aku hanya diam tersenyum dan menggerakkan kepala ku sebagai sebuah isyarat.
"Iyaaa..nanti akan ku bawakan buku cerita yang banyak ya Jeann, daaahh"
Aku hanya tersenyum dan melambaikan tangan ku, lalu lanjut membaca buku yang di hadiahi oleh kakak laki laki ku, Kakak Han sering membawakan banyak buku untuk ku baca, Kakak Han juga yang mengajari ku membaca.Aku seorang anak yang cukup ceria, memahami sesuatu dengan cepat, dan bersikap baik pada semua pelayan di rumah.
Aku dan ibu biasa menghabiskan waktu di taman halaman belakang rumah di penuhi berbagai macam bunga yang indah bunga Mawar, bunga Anyelir, bunga Violet, bunga Dadelion dan bunga Aster.
'Aku menyukai bunga Dadelion, serbuk bunganya yang berterbangan di hadapan ku, bunga Dadelion bisa pergi dan terbang ke mana pun dia mau tanpa harus diam di tanah' pikirku ketika melihat bunga tersebut terus terbang di taman tertiup angin.
Ayah juga membangun sebuah rumah kaca untuk ku, Ayah bilang agar aku bisa istirahat dan cepat sembuh, aku dan ibu juga sering ke sana, rumah kaca merupakan tempat kesukaan ku sangat tenang dan cantik, banyak tanaman indah yang pernah ku lihat di buku, selama waktu ruang ibu dan aku melakukan kegiatan kegiatan yang menyenangkan seperti membaca buku, menulis, melukis, berkebun dan lain lain..
"Hari sudah mulai malam, ayo kita masuk" ucap Ibu kepadaku langit mulai berubah ke jingga "Bersiap siap untuk makan malam~"
Di sore hari Ibu akan memandikan ku dan memakaikan baju tidur, kaus kaki, mantel, dan penutup di mata kiri ku, setiap makan malam Ayah, Ibu, Kakak Han selalu makan bersama di meja makan, terkadang Ayah dan Kakak Han sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga hanya aku dan ibu.
Setiap kegiatan makan, mandi, tidur, belajar bermain semuanya di lakukan bersama Ibu, ketika Ibu sedang sibuk bekerja, Ibu selalu akan menyempatkan waktunya untuk bersama aku dan seorang pelayan akan menemani ku, Ibu terkadang menggendong ku dan mengunakan kursi roda jika jalan jalan di taman, Ibu selalu menemani ku kemana pun aku pergi.
Ibu menggendong ku dan berjalan menuju ruang makan, terlihat Ayah dan Tuan Han sudah berada di meja makan, para pelayan sedang menyajikan makan malam, aku duduk di kursi yang lebih tinggi di samping Ibu, para juru masak biasanya selalu menyajikan semangkuk bubur hangat untuk ku mungkin karena aku tidak boleh makan makanan sembarangan.
"Han, Ayah dengar kamu menang juara memanah lagi?"
"Iyaa yah, skor ku beda tipis dengan Fray haha, dia kelihatan kesal karena itu," ucap Kakak Han dan melanjutkan makan malamnya.
'Lomba panahan kah? aku belum pernah melihat sebuah perlombaan panahan, pasti sangat seru.' sebelumnya ucap ku dalam hati dan tersenyum melihat Kakak Han.
"Tiga minggu lagi ada festival panen, aku ingin mengajak Jean bersama-"
"Tidak Han, disana sangat ramai," ucap Ibu, Kakak Han selalu ingin mengajak ku berkeliling keluar tapi ibu selalu melarangnya.
"Tapi ma, aku bisa menjaga Jean."
"Tidak Han, Jean masih sakit nanti kalo sudah sembuh bole jalan jalan kemana pun."
'Sebenarnya aku ingin melihat kembang api di festival bersama Kakak Han.'
"Benarkah, kalo begitu Jean harus cepat sembuhh, minum obat, tidur, istirahat, nanti sepulang festival aku berjanji akan membawakan kembang api untuk Jean."
Entah bagaimana Kakak Han seperti membaca pikiran ku, dia selalu mengetahui apa yang ada di pikiran ku, apa karena ikatan batin ku dengan Kakak Han seperti sebuah telepati.
Selesai makan malam, aku dan Kakak Han tidur di kamar yang sama, walaupun kakak sangat sibuk dengan tugas sekolahnya tetapi dia selalu menemani ku ketika bermain di kamar, aku dan kakak tidur bersama satu ranjang dan biasanya aku akan tidur lebih cepat dari Kakak Han.
Jam 9 malam ibu menidurkan ku dan menyanyikan lagu tidur, suara ibu sangat indah dan merdu, sedangkan kakak masih sibuk dengan tugasnya, di malam hari kakak tidur di samping ku dan aku selalu membangunkannya di pagi hari.
Di pagi hari, aku membangunkan Kakak Han dengan menempuk-nempuk pipinya pelan-pelan hingga ia terbangun, walaupun Kakak Han sangat sibuk dan kurang tidur terlihat dari mata panda-nya, ia selalu terbangun dengan tersenyum padaku.
"Selamat pagi Jeann" ucap kakak mengusap dan memeluk ku "Jean, membangunkan ku lagi, terimakasih ya."
'Kakak Han selalu berusaha keras di tuntut memenuhi semua ekspektasi semua orang, terkadang Kakak Han lupa tentang dirinya, di malam hari terkadang aku terbangun karena suara tangisannya di balik bantal, aku tidak mengerti apa yang terjadi tapi apapun itu aku akan selalu bersama Kakak.'
Jam 6 pagi ibu dan seorang pelayan memasuki ruangan dan menyiapkan Kakak Han, di hari biasa Kakak Han mengunakan setelan baju sekolahnya, di hari libur kakak tetap sibuk di pagi hari belajar, kursus, tugas, rapat dan banyak lagi, jadi tidak ada hari libur menurutnya.
"Hari ini, kakak ada perlombaan balap lari dan kebersihan kelas, Jean nanti kakak bawa kan permen gulali dan buku-buku."
"Tidak Han, Jean belum bisa makan makanan manis."
"Padahal Jean suka-kan?"
'Hmm aku belum pernah memakannya, apa rasanya enak? semangkuk bubur terasa hambar di lidah ku' ucapku dalam hati dan tersenyum pada Kakak Han.
Jam 8 pagi setelah sarapan Kakak Han dan Ayah pergi menaiki kereta kuda yang sangat cantik, aku dan ibu mengantar mereka di depan pintu.Kadang di siang hari seorang dokter dan alih sihir datang memberi sebuah obat untuk ku rasanya sangat pahit hingga berbekas di lidah ku, sepanjang hari aku selalu menunggu Kakak Han pulang sekolah, kakak selalu menyempatkan waktunya untukku.
Aktivitas seharian ku berjalan dengan biasa, namun suatu hari di rumah di adakan sebuah pesta di malam harinya yang cukup besar, ibu dan para pelayan sibuk menyiapkan pesta, para pelayan dan tukang terus berlalu larang sepanjang ruangan, aku tidak ingin merepotkan ibu jadi aku hanya duduk dan membaca buku di sudut ruangan.
"Jeann, lihat aku membeli sebuah buku baru untuk Jean 'Sang Pemburu dan Jubah Merah', apa Jean menyukai-nya?" ucap kakak ku tersenyum masih mengenakan seragam sekolahnya memegang buku di tangannya.
'Iya!, terlihat sangat menarik, tapi masih ada 10 tumpukan buku yang Kakak Han berikan masih belum selesai ku baca.' ucapku dalam hati dan menggerakkan kepalaku.
"Nanti malam akan di adakan pesta panen dan besoknya baru festival panen di pusat kota nanti malamnya akan di adakan sebuah pertunjukan dan kembang api!, ayo kita pergi sama sama ke sana Jean."
'Aku juga mau ikut melihat kembang api, aku belum pernah melihat kembang api sebelumnya, hanya sebuah ilustrasi di buku cerita ku saja.' tersenyum dan menggerakkan kepalaku.
"Tidak Han, Jean belum bisa pergi jauh sebentar lagi Jean akan sembuh baru boleh pergi."
"Tidak apa apa nanti aku akan membawahkan kembang api nya ke rumah untuk Jean."
"Iya Han."
Hiasan aula sangat mewah dan megah, terdapat beberapa lampu gantung kaca memancarkan cahaya terang ke kuningan, gorden jendela yang indah, kue, makanan, minuman yang telah di siapkan berada di atas meja, Kakak Han berpakaian jas resmi Zafia yang sangat indah, di dominasi warna biru tua dan merah terdapat lambang Zafia di selendang panjang pundak kirinya, begitu juga Ayah dan Ibu mengunakan pakaian resmi Zafia.
Jam 7 malam pesta di mulai terdengar dari banyak kereta kuda memasuki halaman rumah, dari kereta kuda yang sangat mewah hingga yang lebih sederhana, aku hanya melihat kereta kuda berdatangan terparkir di halaman belakang dari balik jendela kamar tempat kerja Kakak Han yang tersambung ke kamar tidur.
'Ayah, Ibu, dan Kakak Han pergi ke pesta, hanya aku yang tidak ikut.' Selama pesta ibu meminta ku untuk tidak keluar dari kamar, pintu kamar pun di kunci, aku menghabiskan waktu ku membaca buku dan ditemani dengan seorang pelayan Nona Kalina, Nona Kalina selalu menemani ku jika ibu tidak ada bersama ku 'Kenapa aku tidak boleh keluar, aku tidak akan merepotkan Ibu nantinya.'
Malam mulai larut namun pesta masih terdengar meriah, suara musik pesta terdengar hingga ke kamar, pelayan itu berdiri di samping ku terkadang ia menanyakan ku jika menginginkan sesuatu, jam menujukan pukul 10 malam tapi Kakak belum kembali.
'Sangat bosan, aku ingin pergi ke pesta dengan Kakak, apa karena penyakit ku? Pestanya terdengar sangat mariah' aku terus memikirkan pesta tersebut sehingga tidak fokus dengan cerita buku yang ku baca 'Kapan aku akan sembuh? Aku terus meminum obat yang di berikan hampir setiap hari, aku juga ingin seperti kakak sekolah, belajar, bertemu teman, makan gulali, ke festival.'
Tenggorokan ku terasa kering, jadi aku meminta minum kepada pelayan dengan cara sebuah isyarat tubuh, aku biasa berkomunikasi dengan sebuah isyarat tubuh dengan para pelayan jadi mereka akan mengetahuinya dengan mudah.
"Tuan Muda ingin segelas air? Oh saya akan segera mengambilkan-nya." pelayan itu pun pergi ke luar kamar mengambil segelas air.
'Pintunya terbuka? nona Kalina pasti lupa menutupnya, aku akan menutupnya dan menunggu nona Kalina.' pikirku dan berjalan mengunakan kursi roda ku dengan mengayunkan roda di kiri kanannya berjalan ke arah pintu.
Ketika aku sedang menghampiri pintu, tiba tiba seorang pria muda datang memasuki pintu, dia mengambil kunci dan mengunci pintu tersebut dari dalam dengan sangat terburu-buru.
'Si-siapa? Apa yang harus aku lakukan.' Aku mencoba mundur menjahuinya, pria itu terlihat sangat tinggi kurus, kulitnya sedikit gelap, rambut dan matanya berwarna hijau tua, dia melihat ku dengan senyumnya yang menyeramkan 'Dia pasti tamu pesta, apa dia tersesat hingga ke kamar ku?'
"Jangan takut, ini sebuah pertemuan yang sangat kebetulan, aku sedang mencarimu, tak aku sangka Duke Leonard menyembunyikan seekor kelinci di rumahnya."